24

38.1K 2K 171
                                    

Kiara bangun saat jam setengah tiga, tapi dia merasa ada tangan kekar yang melingkar di perutnya. Saat dia melihat ternyata itu adalah tangan suaminya, sungguh Kiara sempat merasa kaget tadi karena perasaan dia kemarin tidur sendiri dan kenapa sekarang bisa ada suaminya disini.

Kiara berusaha melepaskan tangan Ali di perutnya. Bukannya menyingkir, Ali malah semakin mengeratkan pelukannya.

"Mas aku mau sholat tahajjud"

Tidak lama kemudian Ali melepaskan pelukannya dan ikut Kiara bangun untuk mengambil wudhu dan sholat.

Setelah sholat Kiara dan Ali sama-sama memilih untuk membaca Al-Quran sembari menunggu adzan shubuh.

Saat adzan shubuh tiba Ali dan Kiara sholat berjamaah. Selesai sholat tanpa bicara apapun Kiara langsung keluar dari kamarnya untuk pergi ke dapur dan sudah mendapati umi dan pembantu di rumahnya.

"Selamat pagi umi dan bibi" sapa Kiara dengan senyuman ramah.

"Pagi anak umi"

"Pagi neng Rara"

"Umi udah sembuh? Duh mending umi istirahat aja di kamar"

"Umi udah sembuh kok Ra, dah yuk sini bantuin umi"

Dengan cepat Kiara ikut membantu uminya itu memasak.

Setelah lama berkutat di dapur akhirnya masakan untuk mereka sarapan pun sudah jadi dan sekarang Kiara sudah berjalan menuju kamar Arkan.

"Bang Arkan yuhuu" ucap Kiara sambil mengetuk pintu kamar Arkan.

Tidak lama kemudian pintunya terbuka dan nampak Arkan yang sudah rapi dengan setelan kantornya.

"Cepetan turun gih"

Arkan mengangguk, "Kamu belom mandi ya dek?"

"Hehe belom"

"Pantesan bau asem"

Refleks Kiara memukul lengan Arkan, "Sembarangan aja, udah sono aku mau mandi dulu"

Kiara berjalan masuk ke dalam kamarnya yang memang kamarnya berada tepat di samping kamar Arkan.

"Turun sana, sarapan" ucap Kiara dengan datar pada Ali yang hendak memasang kan dasinya.

"Kamu nggak sarapan?"

"Mau mandi dulu"

Ali mengangguk mengerti, "Kiara, kesini"

Kiara yang sudah hendak masuk ke kamar mandi pun jadi harus berhenti.

"Apa?"

"Sini"

Akhirnya Kiara berjalan mendekati Ali dan berdiri tepat di depan Ali.

"Tolong pasangin dasiku" ucap Ali sambil memberikan dasinya pada Kiara.

Tanpa menjawab apapun Kiara memasang dasinya, setelah selesai pun Kiara langsung masuk ke dalam kamar mandi tanpa mengatakan apapun juga.

-

Kiara merasa sangat lelah hari ini, karena dia baru sampai di rumah tepat di jam 3 sore tadi. Setelah Kiara kuliah tadi, dia harus kembali rapat dengan seluruh panitia untuk acara ulang tahun kampusnya.

Dan sekarang Kiara sedang menonton televisi di ruang keluarga bersama dengan bi Sumi.

"Bi kepalaku kok pusing gini ya" ucap Kiara sambil menyandarkan tubuhnya.

"Tuh kan neng, neng Rara tuh jangan terlalu kecapean ntar sakit lagi. Ayo coba sini kepalanya dipijitin sama bibi"

Kiara hanya menuruti apa kata bi Sumi.

"Apa mau ke dokter aja neng?" tanya bu Sumi yang sudah mulai memijat kepala Kiara.

"Nggak usah bi"

"Atau bibi kasih tau den Ali aja?"

"Ih nggak usah bi, lagian aku cuma pusing biasa aja kok"

Disisi lain Naila sedang berada di rumah Farhan karena dia memerlukan sesuatu.

"Kamu mau ngapain dah ke rumahku?"

"Kamu punya nomernya Kiara nggak?" tanya Naila.

"Punya, kenapa?"

"Aku minta dong"

"Buat apaan?"

"Aku mau ngomong sama Kiara, makanya bentar lagi aku mau ngajak dia ke taman deket kampus"

"Heh mau ngomong apaan kamu Nai? Jangan macem-macem"

"Nggak lah, macem-macem apaan sih"

Akhirnya karena Naila terus memaksa, Farhan memberikan nomer Kiara pada Naila.

-

Kiara tadi mendapat telpon dari Naila, bahwa Naila mengajak Kiara untuk bertemu di taman dekat kampus. Entah untuk membicarakan apa Kiara tidak tau, tapi Kiara berpikir mungkin tentang Ali.

Dan disinilah Kiara sekarang, di tamah dekat kampusnya. Dia sudah menunggu selama 10 menit disini, apalagi langit sudah mulai mendung dan anginnya berhembus lumayan kencang. Dia rela pergi dengan keadaan kepalanya yang masih pusing, makanya tadi Kiara kesini dengan mengendarai taksi.

"Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam" jawab Kiara sambil mendongak dan sudah mendapati Naila yang ada di depannya.

Kemudian Naila duduk di sampingnya, "Udah lama nunggu ya?"

"Nggak kok bu, baru aja. Kalo boleh tau bu Naila mau bicara tentang apa ya?" tanya Kiara dengan sopan.

"Tentang Ali"

Dugaan Kiara sama sekali tidak salah, Naila mengajaknya bertemu untuk membicarakan tentang Ali.

"Apa kamu sudah tau apa hubungan saya dengan Ali dulu?"

Kiara hanya mengangguk.

"Boleh saya menceritakan semuanya?"

Kiara kembali mengangguk, karena jujur saja dia juga sangat penasaran tentang hubungan Ali dan Naila dulu seperti apa.

"Saya, Ali, dan Farhan dulu bersahabat sejak kelas 1 SMA dan lama-kelamaan saya jatuh cinta sama Ali dan Ali pun juga begitu. Kami pacaran mulai kelas 2 dan ya begitulah kami menjalani hari-hari seperti pasangan diluaran sana. Lalu saat kami sudah hendak lulus, saya harus memutuskan Ali karena saya harus kuliah di Singapura. Saya mutusin Ali karena saya tidak ingin menjalani hubungan jarak jauh, saya yakin jika memang kita berjodoh maka Allah akan mendekatkan kita kembali"

Kiara hanya diam sambil mendengarkan cerita dari dosennya ini.

"Bahkan saat saya ingin berangkat pun saya tidak bilang ke Ali dan setelah bertahun-tahun berlalu, saya sudah lulus kuliah dan saya kerja jadi dosen di Singapura. Tapi ayah saya menyuruh saya untuk bekerja di Indonesia saja, saya pun pulang ke Indonesia. Tapi beberapa hari sebelum itu saya mendapat kabar dari Farhan bahwa Ali sudah menikah denganmu, tentu saja saya sangat terkejut. Lalu saya pulang ke Indonesia, sebelum itu saya memberanikan diri untuk menghubungi Ali dan mengabari jika saya akan pulang. Kemudian Ali menjemput saya di bandara waktu itu"

Dunia Kiara rasanya runtuh saat mendengar kata-kata Naila yang terakhir, yang mengatakan bahwa Ali menjemput di bandara waktu itu. Dia baru ingat saat dia melihat ada orang yang perawakannya mirip sekali dengan Ali di bandara, ternyata itu memang benar Ali.

"Jujur saja saya masih mencintai Ali sampai sekarang, saya melihat Ali juga masih peduli dengan saya. Tapi saya tidak tau dia masih mencintai saya atau tidak"

Lagi-lagi Kiara merasa seperti dunianya runtuh karena Naila masih mencintai Ali sampai sekarang.

"Jadi saya mohon sama kamu, kalau bisa tolong kamu jauhi Ali"

Kening Kiara mengkerut mendengarnya, "Saya istrinya bu, bagaimana bisa saya menjauhi mas Ali? Bukannya yang harusnya menjauhi mas Ali adalah bu Naila? Karena mas Ali adalah suami saya bukan suaminya ibu"

-

Asekk gantung nih:)

Kalo ada typo mohon dimaklumi yaa:)

Tolong vote dan komentarnya yang banyak dulu baru ntar dilanjut lagi😁

My Cold Husband [ SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang