Suamiku Tidak Mencintaiku

4.9K 140 1
                                    

Part 5

Tiga tahun yang lalu sewaktu Nurlan belum menikah dengan Aira, Nurlan pernah merasa sangat tersakiti karena Aira menolak perasaan cintanya. Sehingga membuat Nurlan merasa dendam dengan Aira dan berniat membalas semua perbuatan Aira yang pernah menyakitinya.

"Jadi maksud kedatangan saya disini, saya ingin melamar Aira, anak Ibu." Dengan keberanian yang besar Nurlan berhasil melontarkan kalimat itu pada Ibu Ririn, Ibu dari Aira.

"Masya Allah, kedatanganmu sangat baik Nak. Ibu pasti menerima lamaranmu Nak," sahut Ibu Ririn gembira. Ia langsung menerima lamaran Nurlan tanpa memberitahu Aira sebelumnya.

"Alhamdulillah, terima kasih Bu," ucap Nurlan tersenyum.

"Aira di mana Bu? Kenapa nggak pernah kelihatan." Nurlan melihat ke sekitarnya namun tidak mendapati Aira.

"Sebentar ya, Ibu panggil Aira dulu." Nurlan mengangguk. Ibu Ririn pun masuk ke kamar Aira dan mengajak Aira ke ruang tamu.

"Aira, ayo ikut Ibu sebentar." Ibu Ririn langsung menarik tangan Aira tanpa menunggu balasan dari Aira.

"Ibu, kok aku ditarik-tarik gini sih? Kan aku bisa jalan sendiri," gerutu Aira yang merasa kesal pada Ibunya.

Setibanya diruang tamu, Aira terbelalak melihat sosok pria berbaju biru yang sedang duduk manis di kursi. Aira menatap pria itu cukup lama sambil berusaha menebak siapa pria itu.

"Nurlan?" ucap Aira sembari menunjuk ke arah Nurlan. Nurlan bangkit dari duduknya. "Kau? Apa yang kau lakukan di sini?" Perasaan Aira mulai tidak karuan karena Nurlan tiba-tiba bertandang di rumahnya.

"Dia kemari untuk melamarmu," ujar Ibu Ririn. Aira sontak mengalihkan pandangannya ke Ibunya.

"Apa? Melamar?" tanya Aira seperti tak percaya.

"Iya Ra. Aku kemari untuk melamarmu, kau mau kan jadi istriku?" timpal Nurlan. Kini Aira kembali menatap Nurlan. Aira masih sangat tidak percaya dengan ajakan Nurlan.

"Kau bercandakan?" tanya Aira.

"Dia tidak bercanda," timpal Ibu Ririn. "Ibu sudah menerima lamarannya," lanjut Ibu Ririn tersenyum.

"Apa?" Aira sangat kaget mendengar penuturan Ibunya. "Ibu menerimanya?"

"Iya," jawab Ibu Ririn. "Lagi pula Nurlan sepertinya orang yang baik," lanjutnya.

"Ra, tolong terima lamaranku. Kau sudah sering menolakku dan mungkin itu semua karena aku belum berani melamarmu. Tapi hari ini aku datang dengan segala kekuatan dan keberanianku untuk melamarmu agar kau percaya betapa aku sangat mencintaimu," terang Nurlan menitikkan air matanya.

Aira merasa tersentuh mendengar semua penuturan dari mulut Nurlan. Jika memang Nurlan ingin serius denganku maka aku harus berhenti mengharapkan Syam. Batin Aira.

"Baiklah, aku terima lamaranmu." Aira berusaha tersenyum pada Nurlan meski hatinya saat ini menangis karena harus berusaha melupakan Syam, pria yang paling ia cintai dan ia tunggu-tunggu.

"Alhamdulillah," ucap Nurlan.

Nurlan pov.

Setelah melakukan lamaran di rumah Aira kini aku kembali ke rumahku. Dalam perjalanan aku begitu bahagia karena tidak lama lagi aku akan berhasil membalaskan segala dendamku pada Aira yang pernah menyakitiku.

Setibaku di depan rumah, aku berjalan gontai masuk ke dalam kamarku. Aku membuang jaketku ke atas tempat tidur lalu tersenyum sinis keluar jendela membayangkan nasib Aira yang sebentar lagi akan kuhancurkan.

Seminggu sebelum pernikahan, aku berencana untuk mengajak Aira jalan-jalan agar ia percaya bahwa aku benar-benar mencintainya meskipun sebenarnya aku tidak mencintainya. Selain itu, aku juga akan merayunya dengan kata-kata manisku karena selama ini rayuanku padanya sama sekali tidak berpengaruh.

Aku ingat sekali dengan kejadian yang pernah benar-benar membuatku syok. Saat itu, aku kembali berkenalan dengan Aira setelah lama berpisah karena Aira kembali ke kota asalnya.

Hari itu aku mengirim pesan padanya lewat Facebook dan memberitahukan kalau aku ini adalah Nurlan, teman kelasnya di bangku SMP. Setelah mendapat balasan dari Aira, aku pun tahu ternyata Aira masih ingat denganku. Betapa bahagianya aku saat itu. Akhirnya kami berdua pun sering chatingan bahkan kami kadang meluangkan waktu untuk ketemuan dan akhirnya  aku pun merasa nyaman dan suka pada Aira hingga suatu hari aku memberanikan diri untuk menyatakan perasaan. Namun, saat aku mengatakan pada Aira bahwa aku mencintainya, Aira malah menolakku dan mengatakan bahwa ia masih mencintai mantannya yang bernama Syam. Dan hal inilah yang membuatku ingin balas dendam pada Aira.

Rencanaku pun telah berhasil membuat Aira jatuh cinta padaku dan melupakan Syam, mantannya itu. Sehari sebelum pernikahan, aku keluar kota dengan Fina, pacarku. Meskipun Fina tahu aku akan menikah dengan Aira, ia sama sekali tidak berniat untuk memutuskan hubungannya denganku karena dia tahu kalau aku hanya menikahi Aira untuk balas dendam dan akan meninggalkannya di waktu yang tepat. Tentang hubunganku dengan Fina, Aira sama sekali tidak tahu sebab aku merahasiakannya.

Sewaktu aku sedang berbelanja dengan Fina di sebuah mall yang terdapat di kota tempat tinggal Aira, aku tak sengaja berpapasan dengan Syam. Ia melihatku dan Fina dengan mulut menganga. Dengan cepat aku menutup wajahku dengan jaket yang kupakai. Namun sayangnya, ia sudah melihat wajahku dan kemudian ia datang menghampiriku.

"Permisi," ucap Syam sambil berusaha melihat wajahku. Aku benar-benar tidak bisa berbuat apa-apa saat itu. Aku pun memperlihatkan wajahku yang sedari tadi aku tutupi kemudian berbalik menghadap Syam. Kini tatapan mataku dan Syam bertemu.

"Ada apa ya?" tanyaku basa-basi. Syam mengarahkan telunjuknya ke wajahku.

"Kau Nurlan kan? Calon suami Aira?" tanyanya dengan ekspresi wajah yang tak percaya.

"Iya. Memangnya kenapa?" tanyaku seraya menatap Fina yang dari tadi mematung.

"Hebat ya kau. Dengan bangganya kau menyebut dirimu sebagai calon suami Aira sedangkan di belakang Aira kau berduaan dengan wanita lain?" puji Syam mengejek. "Wow sangat hebat!" Ia bertepuk tangan di depanku.

"Maksudmu? Sejak kapan aku berduaan dengan wanita lain?" kataku melawan.

"Lalu siapa wanita itu?" tanya Syam seraya mekirik Fina.

"Dia adikku," jawabku singkat sembari mengedipkan mata ke Fina.

"Benarkah?"

Aku mengangguk kemudian keluar dari dalam mall dengan menarik tangan Fina.

Begitu tiba di depan mobil, Fina meronta-ronta memintaku agar melepaskan tangannya yang sejak tadi kutarik sangat keras.

"Lepaskan tanganku Nurlan! Kau mencengkramnya sangat keras," pinta Fina. Aku pun langsung melepaskan tangannya dan menyuruhnya masuk ke mobil.

"Nurlan, tadi itu siapa?" tanya Fina ketika sudah berada dalam mobil.

"Mantan Aira," jawabku sembari mempercepat kecepatan mobilku.

"Nurlan, jangan membalap! Aku takut," seru Fina yang mulai terlihat pucat. Tangannya terus saja mencengkram pahaku karena rasa takutnya. Aku sengaja membalap agar kekhawatiranku hilang. Aku khawatir kalau Syam memberitahu Aira tentang aku yang berduaan dengan Fina.

Yah Fina jahat yah:(

Maaf yah kalo ceritanya kek gini. Soalx gak punya imajinasi lain hiks ... Hiks ... Hiks ...

Kasih semangat buat mimin dong:(
Caranya klik bintang yg ada di bawah itu/tuh.... Trus jgn lupa follow akun mimin... Jangan kikir ihhk:v

Suamiku Tidak MencintaikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang