Suamiku Tidak Mencintaiku

4.1K 113 0
                                    

Part 9

"Nurlan, kenapa kau terlihat begitu santai? Apa kau tidak merasa bersalah pada istrimu?" tanya Ibu Melda. "Sikapmu ini benar-benar keterlaluan Nurlan!" Ibu Melda lalu melayangkan tangannya ke wajah Nurlan.

PLAAAKK!

Aira terkejut melihat Ibu Melda tiba-tiba menampar Nurlan. Ia tak habis pikir bahwa Nurlan akan dimarahi seperti ini.

"Ibu, jangan seperti ini Bu." Aira berusaha menenangkan Ibu mertuanya. "Aku sudah memaafkan semua kesalahan Nurlan Bu. Jadi tolong maafkanlah dia juga Bu," pinta Aira.

Pak Giman dan Ibu Melda saling menatap. Mereka tidak menduga kalau Aira mau memaafkan Nurlan yang sudah menyakitinya berkali-kali.

"Ibu, Nurlan sudah berjanji padaku kalau dia tidak akan menyakitiku lagi. Dan itu semua demi anaknya," lanjut Aira.

"Anaknya?"

"Iya Bu. Aku sedang hamil," sahut Aira.

Setelah Aira memberitahu pada Ayah dan Ibu mertuanya bahwa dirinya sedang mengandung, Pak Giman dan Ibu Melda memilih untuk diam. Mereka seperti tidak percaya dengan pernyataan Aira.

"Ayah, aku tahu Ayah sangat marah padaku. Tapi Ayah, Aira sudah memaafkanku jadi aku mohon tolong maafkan aku juga Ayah, Ibu." Nurlan menatap Ayah dan Ibunya bergantian sambil memohon maaf.

"Aira masuklah ikut dengan Ibu," ajak Ibu Melda kepada Aira.

"Bagaimana dengan Nurlan Bu?" tanya Aira.

"Ayah ingin bicara dengannya. Jadi kau masuk dan ikuti Ibumu," ujar Pak Giman. Aira mengangguk lalu masuk ke dalam rumah dan meninggalkan Nurlan.

***

Pak Giman mengajak Nurlan masuk ke ruang kerjanya. Disana hanya ada mereka berdua.
Suasana di ruangan itu cukup mencekam. Hening dan gelap. Nurlan berdiri di belakang Ayahnya. Ia tidak tahu harus bicara apa. Saat ini ia sedang merasa ketakutan.

"Nurlan,"

"I ... Iya Ayah?" jawab Nurlan gugup.

"Katakan pada Ayah kenapa kau menikahi Aira kalau kau mencintai wanita lain?" tanya Ayahnya. Kali ini Nurlan tidak bisa menjawab Ayahnya. Keringatnya telah bercucuran. Wajahnya berubah menjadi pucat pasih. "Nurlan, jawab Ayah!" bentak Ayahnya.

"Anu Ayah itu ...." Nurlan berhenti melanjutkan perkataannya. Ia bingung harus berkata apa. Tidak mungkin ia bilang padanya Ayahnya bahwa ia menikahi Aira untuk balas dendam.

"Itu apa?" Pak Giman lalu berjalan mendekati Nurlan. Nurlan menundukkan kepalanya. Ia tidak berani menatap mata Ayahnya. "Nurlan, apa Ayah pernah mengajarimu untuk menyakiti istrimu?" tanya Pak Giman. Nurlan menggelengkan kepalanya. "Lalu kenapa kau menyakiti istrimu?" Sekali lagi Pak Giman membentak Nurlan.

"Aku khilaf Ayah," jawab Nurlan.

"Apa? Khilaf?"

"Iya Ayah. Ayah, aku hanya manusia biasa." Nurlan mulai memberanikan diri untuk menatap mata Ayahnya. "Apakah Ayah akan memukulku karena kekhilafanku ini? Ayah, istriku Aira sudah memaafkanku tapi kenapa Ayah tidak bisa memaafkanku?" Mata Nurlan mulai berkaca-kaca.

PLAAAKK!

Pak Giman tiba-tiba menampar Nurlan. Ia sama sekali tidak menyukai perkataan Nurlan yang barusan. Nurlan memegangi pipinya yang baru saja kena tamparan sambil menatap mata Ayahnya. Air matanya kini keluar begitu saja.

"Kenapa Ayah menamparku?"

"Kau bilang kau khilaf? Kau tidak khilaf Nurlan! Kau memang sengaja menyakiti istrimu. Ayah selalu memperhatikan sikapmu pada istrimu dan kau tidak pernah bersikap baik padanya!" ungkap Pak Giman. "Nurlan, Ayah mohon padamu Nak, tolong putuskan hubunganmu dengan pacar-pacarmu diluar sana. Istrimu sedang hamil, Ayah tidak ingin kalau Aira meminta pisah darimu karena kau mengkhianatinya."

Suamiku Tidak MencintaikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang