Suamiku Tidak Mencintaiku

3.1K 105 0
                                        

Part 15

Cuaca pagi ini terasa sangat menyejukkan hingga siapa pun akan merasa malas untuk melakukan aktivitas dan memilih untuk tetap tidur. Hujan yang turun sejak subuh pun belum berhenti. Sejak tadi Nurlan terus saja memeluk Aira yang masih tertidur pulas di sebelahnya. Ia memandangi wajah Aira tanpa berkedip sekali pun. Ia memindahkan rambut Aira dengan hati-hati yang menutupi sebagian dahi Aira agar ia tidak terbangun. Namun saat Aira bergerak, Nurlan langsung berpura-pura tertidur. Aira membuka matanya dan menoleh ke Nurlan yang tidur di sebelahnya.

"Ternyata Nurlan masih tidur," ucapnya. Aira kemudian memindahkan tangan Nurlan dari atas perutnya dan bangkit.

"Ra, kau mau kemana?" tanya Nurlan seraya memegang tangan Aira.

"Kau sudah bangun?"

"Hmm." Nurlan mengangguk. "Tidurlah bersamaku sebentar lagi. Cuaca di luar sangat dingin, aku rasa aku tidak akan pergi bekerja hari ini."

"Tidak. Aku tidak mau tidur. Aku mau ke dapur dulu," balas Aira. Saat akan turun dari tempat tidur, Nurlan menarik tangannya dan membuatnya kembali baring. "Nurlan, kenapa kau memaksaku?"

"Tetaplah disini," balasnya. Nurlan kemudian menindih sebagian tubuh Aira dan menatap matanya. Aira menelan liurnya melihat apa yang dilakukan oleh suaminya. Jantungnya berdebar karena Nurlan terus menatap matanya.

"Ka ... Kau mau a ... Apa Nurlan?" Aira lumayan grogi saat Nurlan semakin mendekatkan wajahnya. Nurlan tidak menyahut. Ia terus saja memandangi wajah Aira yang sudah terlihat pucat. Ia kemudian memperhatikan bibir mungil Aira yang berwarna pink.

"Bibirmu sepertinya kering," ucapnya.

"Ehm ... Maksudmu?" tanya Aira tidak mengerti. Tapi tiba-tiba Nurlan langsung mencium bibirnya. Aira terbelalak saat bibirnya sudah bersentuhan dengan bibir Nurlan. Nurlan mengemut bibir Aira sebentar kemudian melepaskannya.

"Sudah basah," kata Nurlan terkekeh.

"Nurlan apa yang kau lakukan?"

"Menciummu," balasnya santai kemudian bangkit dan turun dari tempat tidur. Ia berjalan ke kamar mandi sambil terus melihat Aira yang tampak salah tingkah di tempat tidur. Saat Nurlan sudah masuk ke kamar mandi, Aira segera bangun dan keluar dari kamar. Ia merasa malu karena habis dicium oleh Nurlan. Rasanya ia tidak ingin menampakkan wajahnya di depan Nurlan lagi.

***

Pukul 09.23 Aira membawakan secangkir kopi untuk Nurlan yang sedang duduk menonton tv di ruang tengah. Nurlan meraih secangkir kopi yang disodorkan oleh Aira dan menyuruh Aira untuk duduk di sebelahnya.

"Ada apa? Kenapa kau menyuruhku untuk duduk," tanya Aira.

"Ra, aku mau cerita tentang sesuatu."

"Apa?"

"Kenapa ya aku merasa cemburu mendengar Syam ingin menikahi Fina?" tanya Nurlan tanpa memikirkan perasaan Aira.

"Mungkin karna kau masih mencintai Fina." Aira menjawabnya meskipun hatinya merasa teriris mendengar jawabannya sendiri.

"Apa yang kau katakan? Apa kau sudah tidak waras?" Nurlan merasa marah mendengar jawaban Aira.

"Aku mengatakan yang sebenarnya. Kalau kau merasa cemburu itu artinya kau masih mencintai Fina," pekik Aira seraya mengalihkan pandangannya. Nurlan memegang kedua lengan Aira dan memaksa Aira untuk menatapnya.

"Aku tidak mencintainya lagi. Aku hanya merasa ada yang aneh," balas Nurlan.

"Apa?"

"Apa kau tahu wanita yang pernah dibawa oleh Syam adalah Fina?" Aira mengangguk. "Benarkah? Tapi kenapa kau tidak memberitahuku?" tanya Nurlan lagi.

"Fina tidak ingin kalau kau tahu tentang statusnya yang sekarang," sahut Aira. Nurlan melepaskan Aira.

"Tapi kenapa?"

"Agar kau tidak mengenalinya."

"Apa?" Nurlan terkejut dengan jawaban Aira. "Memangnya kenapa?"

"Aku tidak tau Nurlan. Kenapa kau terus saja memikirkan Fina? Apa kau tidak bisa mencintaiku dengan tulus?" Aira mulai merasa kesal dengan Nurlan yang tidak bisa melupakan Fina. Nurlan tidak bicara apa-apa lagi. Ia tidak mau jika ada masalah antara mereka gara-gara Fina. "Aku mau ke dalam dulu." Aira kemudian bangkit dari duduknya.

Nurlan menghela napas. "Apa yang dikatakan oleh Aira memang benar. Seharusnya aku tidak perlu mengingat Fina lagi. Sebelumnya aku berhasil melupakannya tapi wanita yang kulihat di rumah sakit membuatku kembali teringat akan Fina," gumamnya. Nurlan kemudian bangkit dan menyusul Aira yang masuk ke kamar. Ia melihat Aira sedang duduk di pinggir ranjang. Tampaknya ia sedang menangis. Nurlan berjalan menghampirinya. Ada perasaan bersalah yang mengganjal di hati Nurlan. Ia menyesal karena sudah membahas Fina.

"Aira." Nurlan duduk di sebelah Aira. Saat mendengar suara Nurlan dengan cepat Aira menghapus air matanya kemudian menoleh.

"Ada apa?" tanyanya.

"Aku minta maaf."

"Untuk apa?" tanya Aira lagi. Nurlan menarik napas panjang karena Aira banyak tanya. Ia kemudian meraih kedua tangan Aira.

"Ra, aku minta maaf kalau perkataanku membuatmu merasa sakit hati. Aku janji aku tidak akan mengingat Fina lagi. Tapi tolong jangan seperti ini," Ujar Nurlan sembari menghapus air mata Aira yang masih mengalir. Aira melepaskan tangannya yang dipegang oleh Nurlan. Ia bangkit dan berjalan ke dekat jendela.

"Kau sudah terlalu banyak berjanji. Tapi apa kau pernah menepatinya?" Aira mulai muak dengan semua janji-janji Nurlan. "Jika bukan demi anak ini maka aku tidak akan pernah memaafkanmu dan mungkin aku akan meminta cerai darimu," sambungnya.

"Aira!" Nurlan berteriak. Ia tidak suka dengan perkataan Aira barusan. Ia menghampiri Aira dan mencengkram kedua lengannya. "Apa kau sadar dengan yang kau katakan?" Nurlan menatap tajam mata Aira. "Aira, jika memang kau tidak mau mempercayaiku untuk yang terakhir kalinya, maka aku siap ... " Belum sempat Nurlan melanjutkan perkataannya, Aira memotongnya.

"Siap apa?"

"Aku siap kau tinggalkan," balas Nurlan meneteskan air mata. Aira tertegun mendengar jawaban Nurlan. Ia ikut meneteskan air mata. "Aira aku mohon percayalah padaku. Aku janji tidak akan mengingkarinya lagi. Demi anak kita," sambung Nurlan menundukkan kepalanya. Karena tidak tahu harus berkata apa Aira langsung memeluk Nurlan sangat erat. Ia menangis di dada Nurlan. Nurlan membalas pelukannya.

"Aku tidak tau harus bagaimana. Tapi kalau kau mengulang kesalahan yang sama maka aku pasti akan benar meninggalkanmu," kata Aira sambil terus menangis.

"Aku janji, percayalah." Nurlan mengelus rambut Aira dengan lembut lalu mencium keningnya.

Sebelumnya makasih buat kalian yang suka baca cerita ini... Makasih bangett😀

Jangan lupa ninggalin vote n comment yah😄

Suamiku Tidak MencintaikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang