Part 17
Seminggu setelah lamaran kini Syam dan Mayrah sebar undangan. Sekitar seribu undangan yang mereka sebar. Semua keluarga serta kerabatnya mereka undang. Rencananya Syam akan melaksanakan pernikahannya di sebuah gedung sebagaimana yang ia impikan sejak berpacaran dengan Aira meskipun yang bersanding dengannya bukanlah Aira.
Ting....
Bel rumah Nurlan berbunyi pertanda ada orang yang hendak bertamu. Nurlan yang kebetulan mendengarnya bangkit dari kursi kemudian pergi membuka pintu depan.
"Maaf Pak, apa benar ini rumah keluarga Assegaf?" tanya orang itu setelah pintunya terbuka.
"Iya. Memangnya kenapa?"
"Ini Pak ada undangan dari Pak Syam." Orang itu menyodorkan sebuah surat undangan kepada Nurlan. Nurlan meraih surat itu dan berkata.
"Oh. Terima kasih ya Pak."
"Sama-sama Pak," balas orang itu kemudian kembali pergi. Nurlan menutup pintunya dan kembali ke ruang tengah. Ia membuka isi undangan itu dan membacanya.
"Aku pikir aku mimpi tapi ternyata Fina benar-benar akan menikah dengan Syam." Nurlan merasa tidak percaya dengan apa yang ia baca. "Aku memang harus melupakan Fina sebelum terlambat. Kalau tidak maka Aira akan meninggalkanku," ucapnya sambil menyenderkan badannya ke sandaran kursi. Ia menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya dengan lembut. Bersamaan dengan hembusan napasnya ia menitikkan air mata yang tidak dapat ia tahan. Sebenarnya ia merasa sakit menerima undangan pernikahan Fina. Tapi apa boleh buat ia sudah berjanji pada Aira dan ia tidak mau menyakiti Aira lagi. "Biarlah sakit ini menjadi tamparan bagiku. Aku sudah pernah menyakiti Fina dan mungkin sekarang adalah gilirannya," ucapnya mencengkram rambut legamnya sendiri.
"Nurlan."
Tiba-tiba seseorang memanggilnya. Nurlan mengarahkan pandangannya ke sumber suara itu berasal. Ia melihat Aira sedang berjalan menghampirinya. Dengan cepat ia menghapus air matanya sebelum Aira sampai di depannya.
"Nurlan, coba lihat ini." Aira duduk di sebelah Nurlan dan memperlihatkan sesuatu padanya. "Nurlan, kenapa matamu merah? Apa kau habis menangis?" tanya Aira sambil memperhatikan wajah Nurlan.
"Eh tidak Aira. Aku tidak menangis. Aku baru bangun jadi wajar saja kalau mataku memerah."
"Benarkah?" tanya Aira tidak percaya.
"Iya. Oh ya tadi kau mau menunjukkan apa?" Nurlan mengalihkan pembicaraan.
"Aku mau makan ini. Tolong kau belikan yah," pinta Aira manja. Nurlan mengangguk kemudian bangkit dari duduknya. "Tunggu Nurlan!"
Nurlan yang baru saja ingin melangkah sontak berhenti lalu menoleh ke Aira.
"Ada apa lagi?"
"Apa yang kau pegang?"
"Oh ini. Ini undangan dari Syam," kata Nurlan sembari menyodorkannya pada Aira. "Aku ke kamar dulu. Aku mau mandi,", sambungnya kemudian berlalu.
Aira membaca surat itu dan memperhatikan foto yang tertera pada surat itu. Foto prawedding Syam dan Fina yang tampak begitu mesra.
"Syam, aku ikut bahagia. Akhirnya kau akan menikah juga," ucapnya meraba foto Syam dan menggigit bibir bawahnya. "Semoga kau bisa mencintai Fina sama seperti kau mencintaiku waktu dulu."
***
Sehari sebelum pernikahan rumah Syam sudah dipenuhi oleh banyak orang. Mereka datang untuk membantu menyiapkan persiapan untuk besok. Saat ini Syam sedang berada di gedung, tempat pelaksanaan pernikahannya. Ia ke sana untuk melihat apakah gedungnya sudah selesai dihias atau tidak.

KAMU SEDANG MEMBACA
Suamiku Tidak Mencintaiku
RomanceSeorang pria bernama Nurlan Assegaf terpaksa menikahi Aira demi membalaskan dendamnya pada Syam, mantan kekasih Aira. Tapi niatnya yang ingin balas dendam berubah menjadi cinta karena kebaikan dan sikap Aira yang membuatnya terpana.