Pengakuan⛰️🌸

1.1K 65 37
                                    

"Tiga … dua … satu!"

Prek! Prek! Terdengar beberapa ledakan kecil dari lantai dua yang langsung menimbulkan hujan confetti warna-warni metalik dengan bentuk hati dan bintang.

"FESTIVAL SEKOLAH DIBUKA!"

Pengunjung mulai berdatangan sejak pagi saat festival sekolah baru saja dimulai. Malah sebelum pagar dibuka, sudah banyak yang mengantri panjang di luar. Gempa selaku ketua panitia pengganti, karena ketua sebelumnya pingsan dan harus dilarikan ke rumah sakit, berkeliling memastikan keadaan baik-baik saja.

"Gempa, tunggu!"

Sebuah suara lembut yang membuat langkah Gempa terhenti dan menoleh. Seorang gadis berkerudung merah muda tengah memeluk beberapa map di depan dadanya sedang berlari menuju ke arahnya.

"Kenapa, Yaya? Ada masalah?"

Yaya mengangguk. "Kayaknya sound system yang kita punya memiliki sedikit masalah. Padahal konsernya kan dimulai jam satu siang."

"Begitu? Hmm … oke, ayo kita ke sana sekarang."

Tempat yang mereka berdua tuju, ruang audio visual dimana para anggota band yang sudah berkumpul dengan wajah kebingungan mengelilingi sound system yang menjadi masalah utama mereka.

"Kenapa nih?" tanya Gempa menghampiri.

"Ada sedikit masalah, Ketua," ucap salah seorang anggota band yang menjadi pemain keyboard.

"Sound system-nya ya?" Gempa berjongkok di depan benda itu lalu mengangguk pelan. "Memang apanya yang salah?"

"Dari sound system-nya nggak keluar bunyi apa pun! Padahal aku sudah nyolok sambungan bass-ku di situ tapi nggak terjadi apa-apa."

"Hmm …" Gempa lagi-lagi manggut-manggut sendiri, lalu mendadak wajahnya menghitam melihat kabel yang harusnya terpasang di stop-kontak tergeletak begitu saja di hadapannya. "Ah ya, ngomong-ngomong … kabel listriknya … sudah kalian colok kan?" tanya Gempa sambil menunjuk kabel hitam yang terulur panjang tersebut.

"Eh? Harus dicolok ya?"

GUBRAAAAKKKK!

"Hadeuh, kenapa masalah sepele gini mesti kalian besar-besarin sampai ngelibatin Ketua segala sih?" kata Yaya sedikit sebal. "Terus, mana vokalis kalian? Masa nge-band cuma ada bunyi-bunyian musik doang?"

"Nah, itu juga masalah," ucap sang pemain drum. "Kami sudah berusaha mengontak dia berkali-kali, tapi jaringan sibuk. Orang banyak gini. Padahal dia vokalis sekaligus gitaris. Kalau dia nggak ada, performance kami nggak akan berjalan lancar!"

Gempa melirik jamnya. "Ini sudah jam sepuluh lewat tiga puluh menit. Anggota kalian itu sudah harus datang maksimal satu jam lagi untuk siap-siap. Jam dua belas tepat kalian sudah harus bawa barang-barang kalian ke belakang panggung," instruksi Gempa. "Kalau sampai jam setengah dua belas vokalis kalian belum juga datang, segera beritahu aku."

"Baik, Ketua!"

Gempa mengangguk lalu ia dan Yaya segera meninggalkan ruang audio visual.

My BoyfriendsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang