Ini … belum berakhir …
Suara misterius itu bergema dalam diri Boboiboy. Entah itu suara dari jiwa milik orang lain atau hatinya sendiri. Ia tidak peduli, cowok itu menatap pemandangan di lapangan sekolah yang seharusnya sudah rapi dan apik kembali setelah serangan robot-robot kemarin, namun kali ini kembali berantakan ditimpa sebuah robot misterius yang berbalut bayangan hitam kebiruan pekat.
"Apa … apa ini?!"
"Bukannya urusan kita dengan robot-robot itu harusnya sudah selesai?!" Ying ikut menjerit. "Apa Si Kepala Kotak itu mau membalas dendam karena Tuannya gagal menyerang kita kemarin?"
"Aku meragukannya." timpal Fang. "Boboiboy pernah menjelaskan ulang padaku kronologi penyerangan orang misterius kemarin itu dengan informasi minim yang didapatnya dari Adu Du. Dia tidak menginginkan apa pun dari kita bukan? Adu Du tidak akan bergerak bila tidak mendapat ancaman dari orang misterius itu. Lagi pula, dia juga tidak mungkin membeli robot semahal ini tanpa pikir panjang, dia kan sudah punya Probe yang ogah diduakan."
"Teorimu masuk akal, tapi kalau begitu siapa yang menyerang kali ini?"
"Siapa lagi?" Bibir mungil Yaya mulai bergerak. Sebuah suara serak keluar dari dalamnya, menandakan gadis itu tengah dilanda ketakutan. "Dia adalah penyerang misterius sekolah kita sewaktu festival pertama kemarin. Tidak salah lagi."
"Kita harus melawannya dan merebut kemenangan! Ayo semua! Kita kerahkan seluruh kemampuan melawan … Last Boss …" komando Boboiboy yang disambut dengan anggukan mantap teman-temannya. Mereka pun dengan cekatan lompat dari jendela sebagai jalan pintas menuju ke lapangan, membuat Yaya teringat akan kenangannya dengan elemental Boboiboy yang sering masuk ke kamarnya lewat jendela. Samar-samar matanya terlihat berkaca-kaca mengingat hal itu.
Saat kedua kakinya sudah berpijak tepat empat meter di depan robot itu, Boboiboy menarik napas dalam-dalam dan mulai menyeru.
"Siapa kau hah?! Apa yang membawamu ke sini?!"
Robot itu bergeming, sepertinya merespon seruan Boboiboy. Robot ini pun tampaknya dilengkapi dengan program sintesis suara yang membuatnya bisa berbicara. Tidak, menyebutnya hanya sekadar diprogram sintesis suara mungkin terkesan terlalu rendah, lebih tepatnya robot itu bukan hanya sekadar robot, tapi sejenis AI, Artificial Intelligence. Sebuah kecerdasan buatan.
"Senang bertemu denganmu, Boboiboy."
"Tidak usah berbasa-basi dan katakan tujuanmu!"
"Wah, galak banget," ujar sang robot. "Memang sesuai dengan informasi dari Kapten, kau orang yang tidak setengah-setengah."
"Itu sudah jelas bukan? Tuanmu itu baru beberapa minggu yang lalu menghancurkan festival sekolah kami. Apa kau tidak tahu betapa sulitnya membuatnya kembali?!"
"Maaf, kalau soal itu, aku sama sekali tidak peduli."
"Hah?!" Muncul empat sudut siku-siku imajiner di kepala Boboiboy.
"Saat ini tugasku hanyalah, membereskan kalian semua, sesuai perintah Kapten."
Fang terhenyak, seperti menyadari sesuatu. Keanehan itu disadari oleh Ying yang berada tepat di sebelahnya, yang mengernyitkan dahi.
"Kau kenapa?"
"Nggak, nggak apa-apa," elak Fang. Ying menatapnya makin tajam, tapi akhirnya menghela napas dan kembali memfokuskan pandangannya pada sang last boss, alias Artificial Intelligence atau AI di hadapan mereka ini.
Robot itu tidak bergeming setelah mengucapkan kalimat terakhirnya. Ia justru berbicara sendiri dengan bahasa yang rumit. Bahkan untuk Yaya dan Ying yang selalu dapat nilai A+ di setiap ujian bahasa Inggris mereka, tidak bisa menangkap setiap kata dan arti yang diucapkan robot itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boyfriends
RomanceBoboiboy terkena sebuah kekuatan yang membuat dia berpecah menjadi 7. Yaya selaku seorang pacarnya kebingungan harus mengurus siapa, dia merasa takut melukai salah satu diantara mereka.Namun yang yaya ketahui hanyalah satu yaitu... Boboiboy adalah k...