"Di dalam core robot itu menyimpan sesuatu yang bisa membuat kalian bersatu seperti kembali! Tunggu apa lagi? Cepat habisi dia! Kalian ingin kembali seperti semula kan?!"
Hening. Otomatis kelima pecahan itu memiliki pikiran yang sama dalam benak mereka masing-masing. Sebuah kalimat yang mereka belum tahu pasti jawabannya.
Benarkah ... kami ingin kembali?
"Eng ... umm ..." Perlahan gadis itu membuka matanya. Gradasi yang semula blur sedetik kemudian menjadi jelas. Yang menyambutnya adalah langit-langit ruangan yang berlapis gypsum berwarna netral. Ia terbangun di sebuah ranjang, tepatnya di atas kasur yang berseprai putih polos berukuran kecil yang hanya pas untuk satu orang. Ranjang itu dikelilingi pagar kecil yang panjangnya kira-kira 15 senti mencegah agar pasien tidak jatuh saat tidur. Aroma khas yang dihirup hidungnya ini langsung dapat dikenalnya. Aroma ... rumah sakit.
Gadis itu berusaha bangun, walau sekujur tubuhnya merasa sakit bukan main. Selang infus tertancap di punggung tangan kirinya. Mengalirkan air yang berasal dari kantong transparan yang tergantung di tiangnya. Sambil menghela napas merasa hal ini terlalu berlebihan sampai pakai infus segala, ia meraba-raba kepalanya. Aman. Selembar kerudung merah muda seragamnya masih terpasang di sana. Ia menoleh ke kanan-kiri. Tidak ada yang begitu spesial. Hanya kamar rawat inap biasa untuk satu orang yang bisa ditemui di rumah sakit manapun. Ada kamar mandi di sebelah pintu yang diyakininya adalah pintu masuk, juga sebuah televise hitam tipis standar yang menempel di dinding tepat di depannya.
Gorden berwarna krem muda menutupi jendela. Dengan itu dia bisa menyimpulkan bahwa sekarang sudah malam. Lampu juga menyala. Gadis itu berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi sampai dia bisa berakhir di rumah sakit seperti ini, sambil berharap ia tidak gegar otak. Yang langsung terlintas di ingatannya adalah saat ia dipukul oleh sebuah robot dan seketika semuanya menjadi gelap.
Rasa takut kembali menjalar ke seluruh tubuhnya, membuat gadis itu bergidik ketika seseorang dengan hati-hati membuka pintu ruangan tempatnya berada.
"YAYAAAA!" seru orang itu girang. "Putri Tidurku akhirnya bang-!"
BUAAGHH! Orang yang berteriak tadi langsung didepak keluar oleh seseorang yang wajahnya mirip, namun raut wajah dan manik mata mereka berbeda. Orang itu bertampang kalem, namun sinis sekaligus cool. Tipe yang akan menerkam musuhnya dalam diam. Matanya bermanik ruby sedangkan yang didepaknya barusan bermanik sapphire.
"Orang sakit udah mau langsung kau terjang aja! Mikir posisi dong!" dengusnya kesal.
"Kak Taufan! Jangan mati di sini Kaakk! Oii! Siapa aja panggilin perawat dong! Kak Taufan sekarat nih!"
"Kak Blaze, mana ada orang sekarat mukanya bahagia kayak gitu. Ini sih dilihat dari mana pun lebih mirip orang maso."
Abaikan kedua orang yang tengah berdebat itu. Mari fokus ke Yaya yang sekarang bengong.
"Gimana keadaanmu?" tanya seorang cowok bertopi hitam ke belakang dengan symbol batu di tengah-tengahnya. Ia duduk di kursi yang berada tepat di sebelah ranjang yang ditempati Yaya.
"Eh, baik kok baik," jawab sang gadis yang dipanggil Yaya tadi. "O-oh, gimana dengan robot-robot kemarin itu?"
"Hehe." Orang dengan topi menyamping berwarna biru-putih yang tadi didepak tadi menyeringai. "Aku yang membasi robot-robot itu membalaskan dendammu! Sendirian!"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boyfriends
RomanceBoboiboy terkena sebuah kekuatan yang membuat dia berpecah menjadi 7. Yaya selaku seorang pacarnya kebingungan harus mengurus siapa, dia merasa takut melukai salah satu diantara mereka.Namun yang yaya ketahui hanyalah satu yaitu... Boboiboy adalah k...