Love

1.2K 67 8
                                    

"Baiklah, rapat OSIS kali ini kita sudahi dulu. Pasukan bubar!"

Terdengar suara helaan napas dari seluruh anggota OSIS yang baru saja selesai rapat membahas apa yang akan dilakukan dengan festival sekolah yang hancur kemarin. Keputusannya sudah bulat, festival itu harus tetap digelar ulang karena merupakan salah satu yang dinanti-nanti di kota mereka. Meskipun pernah gagal, tapi bukan berarti mereka tidak bisa mengulangnya lagi kan?

Soal dana … sebenarnya ini masalah utamanya. Tapi di tengah-tengah rapat yang rumit, Pak Guru Papa Zola menggebrak pintu ruang OSIS tanpa permisi dan menyampaikan pengumuman yang langsung mengundang senyum sekaligus tanda tanya dari seluruh anggota panitia.

"Ada seseorang yang bermurah hati memberikan dana beratus-ratus juta untuk sekolah kita agar bisa mengadakan festival ulang. Sayangnya dia tidak mau disebut namanya. Jadi, kita panggil saja dia 'Hamba Tuhan', oke? Selamat berjuang untuk festivalnya!"

Yaya keluar dari ruang OSIS setelah membereskan barang-barangnya dan memasukkannya ke dalam tas jinjingnya. Gadis itu memposisikan tasnya di bahu lalu melangkah keluar dan langsung disambut dengan cowok bertopi oranye yang kelihatannya sudah menunggu gadis itu semenjak pertengahan rapat ... atau mungkin sebelum rapat dimulai?

"Pulang yuk?"

"Iya ayo," sambut Yaya, tapi pandangannya langsung tertuju pada jendela yang menampakkan keadaan di luar. Hujan tengah mengguyur kota dengan deras. "Yah, hujan tuh. Tunggu reda dulu ya?"

"Nggak masalah," ucap Boboiboy santai. "Aku bawa payung kok."

"Oh ya sudah. Yuk."

Boboiboy dan Yaya berjalan beriringan ke pintu utama sekolah. Banyak anak-anak lain yang masih setia duduk menunggu hujan reda. Biasa, gerombolan teledor yang lupa bawa payung padahal prediksi cuaca sudah mengatakan bahwa hari ini kemungkinan hujan turun adalah diatas delapan puluh persen. Anehnya Ying masuk dalam gerombolan itu.

"Eh iya, aku lupa bawa payung tadi pagi, soalnya buru-buru terus lupa nonton ramalan cuaca di TV," Ying nyengir sambil menggaruk-garuk kepalanya pelan sewaktu ditanya. "Mau pulang, duluan aja. Rumah kalian deketan kan?"

"Iya, ini juga rencananya mau pulang bareng."

"Iya nih. Yuk Sayang," kata Boboiboy.

"Sayang-sayang dengkulmu!" seru Yaya dengan muka merah.

"Eh, harusnya Yaya panggil aku 'Aa' dong, biar kita sama."

"Eh? Eh? Gitu ya?" Yaya langsung bingung sendiri. "Ya, ya sudah deh. Aa, yuk kita pu-eh! Kok aku malah jadi ikut-ikutan panggil kau 'Aa' sih! Ih, malu-maluin tahu nggak? Jangan gitu-gitu lagi deh, geli."

"Wah, enak banget tuh si Boboiboy pakai dipanggil 'Aa' segala," gumam Fang yang mendengar dari jauh. "Ying, panggil aku 'Abang' gitu, terus kau kupanggil 'Adek', jadi kita impas."

"FAAANGGG!" jerit Ying dengan muka merah menahan malu.

"O-ohh … nggak mau dipanggil 'Adek' ya? Kalau gitu 'My Sweet Heart' mau nggak?"

"Nih, nih, 'My Sweet Heart'-mu nih," Ying mengacungkan bogemnya ke arah Fang.

"GRAAAAHHH!" Tiba-tiba Gopal yang sedari tadi duduk di bangku depan pintu utama sekolah bangkit dan mengaum kencang. "Daripada ngeliatin pasangan lovey-dovey yang lagi mesra-mesraan sampai bikin sakit hati, mending gue lari pulang aja. Minggir-minggir!" Cowok bertubuh gempal itu menaruh tasnya di atas kepalanya lalu berlari kencang menembus hujan, membuat teman-temannya melongo keheranan.

My BoyfriendsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang