"Kalian ga berangkat sekolah?" tanya Xiumin bingung.
Sedang yang ditanya malah asik dengan sarapan mereka masing-masing tak peduli jam sudah menunjukan pukul 7.15
"Libur bang gara-gara karona," jawab Rei yang sudah selesai menghabiskan sarapannya.
"Belajar di ruma bocah, libur mulu pikirannya." Jisung menempeleng adiknya itu hingga sang empunya cemberut.
"Situ juga bocah kali, nyadar diri yeee." Rei bangkit dari tempat duduknya sambil membawa piring yang tadi ia pakai.
"Oh jadi kalian belajar di rumah karena apa tadi.....ah virus karona ya?" tanya Lay memastikan.
"Btw corona bang bukan karona, jan dengerin si Rei sinting." Ucapan Jungwoo seketika langsung membuat mereka semua tertawa.
Kenapa ketawa? Receh?
Bukan, tapi karena jungwoo yang biasanya kalem tiba-tiba jadi ikutan nistain Reixa. Siapa yang ngajarin?
"Terus aja terus gua usir juga kalian dari sini biar kena karona," sinis Rei ketika melewati ruang makan menuju ruang keluarga.
Ting...tong...
"Siapa si anjir" gerutu Rei dengan malas berjalan ke dekat pintu.
Cklekk, "Hai Rei! Gua masuk yaa." Rei langsung melongo ketika melihat siapa yang datang, dengan cepat ia menahan orang itu.
"Wait, Ray! Lu ngapain kesini?" tanyanya gugup.
"Pertama gua mau minta maaf soal kemarin, terus mau belajar bareng sama lu," jelasnya.
"Emm ta taapi...Siapa dek?" tanya Suho yang sekarang sedang berjalan ke arahnya.
"Ah saya Raymond kakak kelasnya Rei, kak." Suho menerima uluran tangan itu sambil tersenyum menggoda ke arah adiknya.
"Kamu pacar Rei?—Bukanlah bang, sinting lu." Rei mencubit pinggang Suho cukup kencang.
"Hehe otw kak, oh iya saya boleh belajar bareng di sini kan?" Suho menganggukan kepalanya sebelum Rei sempat menjawab.
Akhirnya, Rei pun hanya bisa menghela nafasnya. Dan segera membawa Ray ke kamarnya, karena kalo di ruang keluarga tu semua manusia pasti pada bacot.
Dan benar saja, mereka langsung heboh saat melihat adiknya bersama seorang remaja laki-laki naik ke atas menuju kamar Rei.
Namun, dengan cepat dan singkat Suho menjelaskan siapa cowok itu membuat mereka ngangguk.
Rei Pov
Haduh, itu Ray kenapa harus dateng sih pasti nanti dia banyak tanya tentang siapa semya cowok yang ada di rumah gua.
Ah pusing sialan.
"Rei...Woy Rei! Bengong aja." Rei kaget saat melihat wajah Ray yang dekat banget dengannya, bahkan ia bisa merasakan nafas kakak kelasnya itu.
"Hehe, yaudah mau belajar apa? Kita juga beda tingkat kelas kan."
"Nanti dulu deh belajarnya, mau banyak nanya dulu"
"Hufft, itu semua kakak angkat gua setelah gua pergi dari keluarga lu itu, mereka yang nampung gua dengan berbagai alasan yang ga perlu lu tau," jelas gua singkat.
"Lah gua belum nanya sayang, tapi yaudalah." Ray memeluk sahabatnya itu dari belakang sambil menumpukan kepalanya di pundak gua.
"Ish sono Ray, geli tau." Gua berusaha menyingkirkan kepalanya dari pundak gua, tapi kenapa malah jadi gini.
"Rayyy!" Cowok itu cuma ketawa aja habis membalik tubuh gua dipangkuannya.
"Lu ga berubah ya dari dulu, lebih cantik malah." Shit, kenapa gua ngeblush ah sial.
"Ciee merah itu mukanya," Ray dengan sengaja meledeknya. Membuat gua langsung mendekapkan wajah gua ke dalam dada bidangnya untuk bersembunyi.
"Maaf deh maaf ya Rei sayang"
Akhirnya setelah kejadian melakukan itu gua sama Ray belajar bareng, tapi dia gabisa diem, dari tadi ngegombalin gua mulu. Mau baper tapi ingat kenyataan, hufft.
"Bacot Ray! Belajar yang bener goblok." Nahkan toxic gua mulai keluar, pasti marah dia nih.
"Ngomongnya yang baik, cewek ga boleh gitu," peringatnya.
Chup
Tunggu, dia nyium gua? Nyium? Guaa? Ah anjir sialan, kebiasaan.
"Ray first kiss gua kenapa lu ambil!!" Gua merengek sambil memeluknya, karena daritadi gua duduk dipangkuannya.
"Ga apa-apa lah, kan nanti aku yang jadi suami kamu." Lagi-lagi gua ngeblush sekaligus tersenyum miris dengan nasib gua sendiri, " Apasih!"
"Bener Rei, mulai hari ini kamu ga boleh ngomong gua-lu atau kasar ke aku ya!"
"Dan hari ini aku mau bilang kalo aku....
KAMU SEDANG MEMBACA
HALU [Mintzu]
Novela Juvenil(( cerita ini sedang hiat )) Kau adalah candu bagiku. Yang dapat membuatku gila. Walau hanya melihat bayangmu. Tapi, aku tau diri. Aku sadar. Bahwa Aku tak pantas bersamamu. Walau hanya sementara. Karena sampai kapan pun kau hanyalah bagian dari kha...