Tak terasa sudah 3 bulan berlalu begitu saja. Dan tepat pada hari ini semua hal yang baru akan memasuki kehidupannya.
"Jangan bengong Rei, sini kita foto bersama."
Rei tersenyum manis, lalu berlari kecil menghampiri seluruh kakaknya itu.
Waktunya mungkin semakin menipis, tapi kasih sayangnya semakin besar dan tentu rasa takut kehilangan itu semakin membuat kalut dirinya.
"Satu. . .dua. . .tiga. . ."
Cheesee—ckrikkk ! !
Usai berfoto bersama, Rei segera menghampiri seseorang yang menjadi salah satu alasannya tetap bertahan hingga saat ini. Tak lupa dirinya mengambil sebuah buket bunga yang sempat di titipkannya pada Wonwoo.
"Selamat ya atas kelulusanmu," ucap Rei sambil memberikan sebuah bucket bunga indah kepada kakak kelasnya itu.
Siapa?
Tentu saja itu Raymond.
Ray tersenyum seraya mengambil bucket bunganya itu, "Yah, sepertinya aku akan sibuk dan pasti sulit bertemu denganmu."
Rei terkekeh lalu mengusap surai laki-laki di hadapannya dengan penuh kasih sayang. Dia tersenyum, "Benarkah? Kalo begitu bagus, kau ini sudah besar jadi bersikaplah dewasa!"
Ray memanyunkan bibirnya, namun sedetik kemudian dirinya membuat seorang gadis tak berdaya dengan perilaku tiba-tibanya itu.
"Emmphh. . .Akh, RAY!" Rei segera berlari mengejar Ray yang sudah jauh.
Lagi-lagi Ray menciumnya tepat di bibirnya, entah untuk yang ke sekian kalinya. Membuat perasaan Rei terasa begitu campur aduk.
Tolong ingatkan pada Rei dan juga Ray, bahwa mereka tidak ada ikatan ataupun status yang menyebutkan keduanya adalah sepasang kekasih.
-
"Kau kenapa hah! Kenapa kau seperti ini?" tanya seseorang yang duduk di sebelahnya.
Dentuman musik yang begitu keras, dengan sorot lampu yang sedikit redup juga bau alkohol yang menyeruak ke segala sisi, di sinilah sekarang seorang bernama Taehyung itu berada.
Sudah satu jam sejak kehadirannya di sana, banyak wanita yang sudah mencoba menggodanya namun tak kunjung mendapat perhatian balik darinya.
Taehyung hanya diam sambil terus meminum vodka miliknya berkali-kali, hingga dirinya bahkan tak ingat sudah botol ke berapa.
Jujur saja baru kali ini ia sangat merasa kalut, melebihi ketakutannya saat menyadari bahwa orang tuanya membencinya, sebab semua kasih sayang itu hanya pura-pura.
"Hei, sadarlah! Ya, tuhan sudah berapa banyak vodka yang kau minum hah?! Dasar sinting." Kookie terus memaki sambil berusaha memindahkan sahabatnya itu ke dalam mobilnya.
Jalanan tak begitu macet, bahkan terasa begitu sunyi karena memang kini sudah tengah malam, sekitar pukul 01 : 30.
Kookie mengegas mobilnya dengan kecepatan penuh saat melirik Taehyung yang terus saja meracau tidak jelas.
Akhirnya dengan sisa kesabarannya, Kookie membopong Taehyung masuk ke dalam apartementnya.
"Ck, sadarlah bodoh!"
"Hiks. . .hiks. . .adekkk. . .m-mmaafin kakak." Tiba-tiba saja Taehyung menangis.
Adik? Apa maksudnya Mia? batin Kookie.
"Kook akhirnya. . akhirnya aku menemukan dia, adikku. Tapi, aku bodoh—aku bodoh! hiks"
"Hei, tenanglah! Lebih baik sekarang kau tidur baru besok kau ceritakan lebih jelas lagi"
Kookie menghela nafasnya, sebenarnya apa lagi yang terjadi kali ini? Lalu adik, siapa yang dirinya maksud?Mia? Ah, tidak mungkin. Jelas-jelas Taehyung sangat tidak suka dengan kehadirannya, bahkan untuk melihatnya saja dia begitu muak.
Buktinya Taehyung bahkan lebih memilih untuk tinggal di apartnya daripada di mansion besar keluarganya. Sama sepertinya.
Kookie pun memutuskan untuk merapihkan barang-barang milik taehyung, namun saat ingin mengambil jaket sahabatnya itu ada sebuah foto yang terjatuh.
Ada dua foto. Foto yang pertama berisikan dua anak kecil dengan jenis kelamin berbeda, sedangkan yang satunya terdapat seorang gadis kecil yang tersenyum manis.
siapa gadis ini? kenapa sekilas mirip dengannya
KAMU SEDANG MEMBACA
HALU [Mintzu]
Teen Fiction(( cerita ini sedang hiat )) Kau adalah candu bagiku. Yang dapat membuatku gila. Walau hanya melihat bayangmu. Tapi, aku tau diri. Aku sadar. Bahwa Aku tak pantas bersamamu. Walau hanya sementara. Karena sampai kapan pun kau hanyalah bagian dari kha...