"Lepaskan saya brengsek. Apa kalian tidak tahu siapa saya?" Seorang pria tua terlihat memberontak dengan kedua tangannya yang diborgol di masing-masing sisi tiang.
Sedangkan orang-orang yang diteriakinya itu hanya menatapnya acuh, tak peduli dengan semua omong kosongnya. Tadi apa dia bilang? Tidak tahu siapa dirinya? Cih, remahan peyek aja belagunya kek es krim lapis berlian.
Karena merasa diacuhkan, pria tua itu terus saja berkata tak jelas sambil berusaha melepaskan borgol yang mengunci kedua tangannya, yang sebenarnya sangat mustahil untuk dapat ia lepaskan sendiri, tanpa kunci yang sesuai. Bodoh.
Hingga, tak lama terdengar sebuah suara sepatu berdecit yang menunjukan kedatangan seseorang yang sangat mereka hormati.
"Selamat datang nona!" ucap keenam cowok tampan itu sambil menunduk.
Cewek yang dipanggil nona itu hanya berdehem, lalu berjalan menghampiri tua bangka sialan itu. Diikuti oleh seorang cewek lainnya yang sebenar sedang khawatir, tapi tetap memasang wajah datanya.
"Halo, Mr.Clare! Bagaimana rasanya dikurung seperti ini? Pasti asik bukan." Cewek itu hanya menatap tajam pria dihadapannya sambil menyunggingkan senyum iblisnya.
Membuat pria dihadapannya sekarang menggeram kesal.
"Siapa kau! Berani sekali kau bermain denganku pecundang." Plak, sebuah tamparan mengenai wajah pria itu.
Siapa yang menamparnya? Tentu saja "nona" mereka yang melakukannya.
Ia sudah muak dengan segala kemunafikan pria sialan itu, masa bodo dengan perbedaan umur yang sangat jauh membuatnya bisa dicap anak kecil tak tau aturan, cih.
"Aku pecundang? Hei, lihatlah dirimu sekarang dengan keadaan yang menyedihkan itu, lalu pantaskah kau menyebutku pecundang? Memalukan," tawa si nona itu pecah membuat keenam anak buah dibelakangnya menatap takut.
"Ah, sudahlah aku sedang malas bermain dengan darah, jadi aku hanya ingatkan padamu, jika anda berani menyakiti Dubu maka anda berhadapan dengan kami atau saya sendiri!"
"Anak sialan itu, beraninya dia bermain denganku"
"Jangan pernah berpikir untuk menyakitinya lagi, atau saat itu juga kepalamu akan berpisah dengan tubuh rentamu itu."
Kedua cewek bertopeng itu memilih untuk keluar dari ruangan iblis tersebut, namun sebelumnya.
"Dan sekarang terserah kalian ingin apakan dia, tapi ingat hanya 5 menit saja, lalu segera kembalikan dan pantau"
—
"Hufft, akhirnya keluar juga," ucap cewek dibelakangnya itu sambil mengatur nafasnya yang tersengal-sengal.
Membuat "nona" itu hanya mendengus sambil menatapnya sinis.
"Bagaimana? Aku sudah menepati janjiku padamu ya!"
"Iya iya, lagipula gua juga masih punya hati kali masa anak bunuh bapaknya sendiri"
"Cih, kalo lu lupa orang tua itu yang udah sengaja nabrak ibu lu" ucap nona itu membuat temannya mematung dan menghela nafasnya kasar.
"Hufft, lu benar Rei tapi...gua masih belum bisa ngelakuin itu sekarang." Rei hanya mengedikan bahunya dan masuk ke dalam mobilnya.
Sedangkan, di sisi lain tepatnya di rumah besar milik adik kecil mereka, Rei.
Segerombolan laki-laki muda yang menamakan diri mereka NCT itu sedang gusar dan tampak gaduh.
Sebab adik kecil mereka belum kembali, padahal sekarang sudah hampir jam 12 malam.
KAMU SEDANG MEMBACA
HALU [Mintzu]
Teen Fiction(( cerita ini sedang hiat )) Kau adalah candu bagiku. Yang dapat membuatku gila. Walau hanya melihat bayangmu. Tapi, aku tau diri. Aku sadar. Bahwa Aku tak pantas bersamamu. Walau hanya sementara. Karena sampai kapan pun kau hanyalah bagian dari kha...