-12

70 5 1
                                    

"Kalo aku sayang sama kamu, sebenernya rasa ini udah lama banget aku pendam, karena takut kamu menjauh, tapi sekarang aku udah gabisa mendemnya"

"Jadi mulai hari ini, kamu pacar aku dan ga nerima penolakan." Ray memeluk gua dengan sangat eratnya.

Tunggu! Tadi dia bilang apa? Sayang? Sama gua? Ga salah? - batin gua

"Tapi aku ga bisa kak." Suasana ini yang sangat Ray benci, disaat seorang Rei mulai menggunakan kata saya/aku dan memanggilnya dengan kakak pasti ada hal buruk yang terjadi.

"Aku ga pantes buat kakak-hufft, dan masih banyak rahasia lain yang kakak ga tau." Gua menunduk sambil menahan rasa sakit di dada.

"Ga sayang, aku ga peduli dengan semua itu, kamu pantas bahkan sangat pantas, kamu berbeda dengan mereka, kamu sangat sesuai dengan kodrat wanita sebenernya yang dikejar dan bukan mengejar"

Gua membalikan badan memunggungi dia, sumpah gua ga bisa nahan semua ini dalam waktu yang bersamaan.

Dada gua sakit dan kepala gua rasanya mau pecah, tolong....

"Cukup Ray! Pergi dari sini, ku mohon biarkan aku sendiri dan memikirkannya terlebih dahulu," usir gua terang-terangan namun juga dengan halus.

Gua yakin dia pasti sedang natal gua sendu sambil menghela nafasnya, dan tak lama Ray memeluk gua, lalu keluar dari kamar.

Dan benar saja pertahanan gua runtuh seketika, tubuh gua langsung jatuh ke lantai. Dengan darah segar yang mengalir dari hidung gua.

Lagi-lagi semuanya datang pada waktu yang tidak tepat dan sangat tidak terencana.

"Akhh...obat obat! dimana?! hiks..hiks" air mata gua turun dengan sangat derasnya, gua ga bisa nahan semuanya sekarang.

Sakit rasanya saat gua harus menolak orang yang gua cinta dari dulu, ditambah mengetahui fakta sisa hidupku yang sisa sedikit.

Kenapa? Kenapa tuhan memperlakukan gua seperti ini? Apa salah gua! Keluarga gua berantakan! Gua yang hampir dibunuh oleh ayah sendiri! Dan kenyataan dimana gua mengidap semua penyakit berbahaya, disertai dengan depresi dan mengalami skizofrenia.

Tapi apa ada yang peduli? Tidak ada bukan, bahkan mereka yang mengaku kakak angkatku. Kecuali Taeyong.

Jika kalian berpikir ini salahku yang tidak memberi tahu mereka, ketahuilah mereka tetap orang asing yang hadir di hidupku, tak tau sampai kapan, namun rasa takut itu terus mengerogotiku buat aku sulit terbuka dengan mereka yang jelas² sangat melindungiku, walau aku jauh lebih bisa melindungi diriku sendiri.

Tapi, aku tak bodoh. Seberapa baik orang luar di sana, mereka tetap orang luar sekalipun sudah berubah status menjadi keluarga, tidak ada yang tahu isi hati seseorang yang bisa berubah seketika.

Karena sejatinya kita tak punya siapapun di dunia sekalipun itu adalah keluarga kandungmu, kita hanya punya tuhan dan diri sendiri yang memang benar ada dan akan selalu menemani. Karena, keluarga tetap hanya sebuah hadiah titipan tuhan yang sangat indah dan dipercayakan pada kita.

-

"EyOooO handsome check!" Tuk. Sebuah penghapus tepat mengenai kepala Daehwi yang baru saja memasuki kelas, "Aww, SIAPA YANG BERANI NGELEMPAR HAH!"


"Gua hmm?" Rei bertanya dari tempat duduknya dengan aura yang tak bersahabat.

"A..a-ah ga ko rei, bercanda doang." Rei hanya memutar bola matanya malas dan kembali tidur.

Entahlah sejak kemarin hingga sekarang moodnya benar-benar buruk, bahkan kemarin saja ia mengunci dirinya di kamar seharian. Yang membuat para abangnya itu khawatir dan berusaha membujuknya, namun sia-sia.

"REIXA BANGUN KAMU!"

"Berisik pak gosah teriak. Alay!"

"Berani banget ya kamu menjawab seorang guru!"

"Kenapa ga berani? Toh saya ga ada salah sama bapak, cuma tidur, harusnya bapak bilang BAIK-BAIK." Rei keluar dari kelasnya menuju rooftop.

Sesampainya di rooftop, hembusan angin membelai wajahnya. Ketenangan inilah yang sangat disukai oleh Rei, sangat damai dan begitu tentram.

Perlahan ia mengeluarkan sebungkus rokok dari saku roknya, diambil satu batang dan segera ia nyalakan dengan korek yang ada ditangan satunya.

"Huuuuuuuufht"

"Kenapa semakin kesini, semuanya tambah rumit?"

"Bolehkah aku menyerah tuhan? aku tahu dosaku sangat banyak, tapi masa bodo dengan aku yang akan masuk neraka, lagipula aku sadar diri ko mana mau surga menerima manusia macam aku?"

Rei terus bergumam sendiri meratapi nasibnya yang justru kian memburuk. Semua musuh serta lawan bisnisnya mengincar dirinya untuk dihancurkan. Bagaiman mungkin ia menyerah sekarang? Tentu semua itu akan berdampak besar pada orang terdekatnya.

Ia tidak boleh lemah, meskipun sepertinya waktu hidupnya dipercepat, tapi tak masalah. Ia kuat dan masih mampu menghabisi semua hama yang mengganggu.

HALU [Mintzu] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang