-14

63 4 3
                                    

"Maafin abang dek. . .maaf." Reixa tersentak saat sebuah tangan kekar memeluknya sangat erat disertai dengan lirihan dikupingnya.

"A-abang! kenapa minta maaf sama Rei?" tanyanya seraya membelai wajah tampan abangnya itu.

"Maafin abang belum bisa menjadi abang yang baik bagimu dan kau tau sekarang bahkan kamu diincar oleh mereka." Reixa membalik tubuhnya dan menatap abangnya tepat dimatanya.

Rei tersenyum, ia mendekatkan wajahnya lalu mengecup pipi abangnya itu sekilas.

"Really? Are you kidding me Taeyong? Hufft, kamu itu abang yang paling terbaik dari yang terbaik." Rei memeluk abangnya sangat erat.

Meskipun ia mempunyai banyak kakak laki-laki yang jumlahnya lebih dari 25 orang, tapi dirinya lebih nyaman dan merasa terlindungi jika bersama dengan Taeyong.

Terlebih ketika ia tau bahwa abangnya adalah anak buahnya. Kaget memang. Tapi ia juga bersyukur, karena sekarang memiliki seorang keluarga yang tidak mempersalahkan profesinya.

Tunggu, keluarga? Sejak kapan ia punya keluarga, cih.

Dasar bodoh.

"De, kalo abangmu ini suka kamu gimana?" tanya Taeyong membelai rambut indah milik Rei.

"Ga masalah ko bang, ade seneng malahan, berarti abang sayangnya pake banget sama ade hehe," cengirnya tak jelas.

"Dasar kamu ini"

Taeyong hanya mampu tersenyum miris dengan dirinya sendiri, lagipula apa yang dia pikirkan sih. . .suka dengan adiknya sendiri, huh?

"Sedang apa?" tanya Rei tiba-tiba duduk disebelah Kookie.

"A-ah, i just reading book, see." Kookie  menunjukan sebuah buku kepada Rei.

"Uh, really? Sejak kapan situ demen baca buku?" Rei mengambil buku yang sedang dibaca oleh sahabatnya itu.

Dan, seketika ia terkejut. . .

Buku itu

Isinya

"WHAT THE FUCK! BUKU APAAN YANG LU BACA GOBLOK!" Rei melemparkan buku itu hingga mengenai wajah seseorang.

Selain itu, para murid yang tersisa dikelas ikut menatap ke arah keduanya. Namun, segera balik ke aktivitas masing-masing ketika melihat itu adalah ulah Reixa.

Tapi, tadi Reixa teriak—wah fenomena yang sangat langka, hingga membuat murid disana tersenyum dan langsung membicarakannya.

"Aisss, sorry banget gua ga tau ada orang!" lanjutnya

"No problem girl, kenalin gua taehyung"

"Reixa"

"Sedang apa kalian berdua dikelas ini?" tanya Taehyung yang duduk didepan kami berdua.

"Ha? Lu mikir lah bego, ini kelas gua sama dia." Kookie menoyor kepala Taehyung hingga ia mempoutkan bibirnya yang terlihat gemas dimata Rei.

"Heh! Bocah laknat, gini gini gua masih lebih tua dari lu, jadi harus sopan bodoh!" Kookie memutar bola matanya malas

"Ah, iya gua sampe lupa mau ngasih tau, penerbangannya dipercepat jadi nanti malam," ujar Taehyung santai

"Penerbangan apa?" tanya Rei

"Ah itu, ss-sebenarnya kami mau pindah lagi," lirih Kookie

"Kemana?"

"Amerika"

Reixa hanya mengganggukan kepalanya tanda mengerti, dan hal itu membuat Kookie merasa jengah. Maksudnya apakah Rei tidak akan marah jika ia pindah atau berusaha menahan gitu?

"Gua ga marah lah Kook, gua juga udah tau elah, termasuk dengan kalian yang anak pengusaha Xavier dan Agler," ucap Rei diperkecil saat akhir kalimatnya dan bergegas keluar dengan tas sekolahnya.

Rei terus berjalan dilorong sambil menggendong tas mahalnya itu, sesekali dirinya juga tersenyum saat ada yang menyapanya. Bahkan sesekali ia terkekeh ketika mengingat apa yang sedang dibaca oleh Kookie itu adalah komik jepang yang mengandung unsur dewasa, menjijikan.


Namun, ia segera menghentikan pikiran anehnya itu saat melihat sosok laki-laki yang selalu mewarnai hidupnya sedang berada ditengah lapangan bersama yang lainnya.

"Ray!" teriak Rei saat melihat kakak kelasnya itu sedang bermain basket bersama teman-temannya.

Membuat seluruh kaum hawa menatapnya sinis, sedangkan kaum adam menatap kagum ke arah Rei yang tiba-tiba berubah jadi ceria.

"Ini buat kamu." Rei menyodorkan sebuah botol air kepada Ray, membuat laki-laki itu tersenyum sambil mengacak rambut perempuannya.

"Tumben kamu kesini? Mau ngapain?"

"Oh, jadi ga boleh?"

"Bolehlah banget malah," dikecupnya kening Rei hingga membuat seluruh murid di sana melongo.

"RAY! ih malu tau."

Entahlah apa yang terjadi dengan Rei pada hari ini, ia tiba-tiba merubah dirinya menjadi sosok yang ceria dan tidak dingin seperti biasanya. Bahkan dirinya begitu ramah ketika banyak murid menyapanya.

"Eumm, kak gua minta maaf ya soal yang lusa itu." Ray mengerti apa yang dimaksud oleh adik kelasnya itu hanya tersenyum manis.

"Aku ga tau apa yang terjadi, tapi aku tetep bakal nungguin kamu dan sekarang kita akan tetap seperti ini sampai waktu itu tiba," ujar Ray memeluk sahabat kecilnya.

Tentu, sikap mereka yang seperti itu di depan umum bakal menimbulkan gosip yang sangat panas. Mereka semua sebenarnya tau bahwa kakak-adik kelas itu adalah sahabat kecil yang sangat dekat, tapi baru kali ini mereka melakukan skinship secara langsung.

Rei sih masa bodo, ia sudah memutuskan untuk berubah sampai waktunya pergi itu tiba. Lagipula ia juga tak ingin munafik dengan perasaannya, meskipun belum bisa memiliki Ray utuh, karena ia tak ingin sahabatnya membenci dirinya, perempuan itu sudah bahagia memiliki Ray dengan cara bersahabat sperti ini.

"Btw, kita kemarin kek drama ya anjir, baku banget gitu," celetuk Rei membuat keduanya tertawa bahagia

HALU [Mintzu] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang