-2

231 15 9
                                    

Rei melirik dengan ekor matanya saat merasa di sebelahnya ada orang.

Dan, memang benar ada orang di sebelahnya. Ray. Orang itu yang tiba-tiba duduk di sebelahnya tanpa permisi. Padahal bangku di sebelahnya itu milik, Ava. Sahabatnya sewaktu ia smp kelas delapan, hingga sekarang kelas sepuluh.

"Ngapain kesini? Turun kelas?!" sinis Rei yang masih asik dengan novelnya, tanpa memperdulikan Ray yang sedang menatapnya.

Akhirnya, karena di antara mereka berdua tidak ada yang ingin memulai pembicaraan. Keheningan pun terjadi. Selama 10 menit.

Hingga,

"Nanti pulang bareng! Ga ada penolakan...Chup." Ray berlari dengan cepat menuju kelasnya di lantai tiga.

Tak memperdulikan tatapan kagum dari kaum hawa yang tergila-gila padanya.

Sedangkan di sisi Rei. Ia mematung tak percaya. Memegang pipinya yang tadi dicium oleh Ray.

"Ck. Untung aja kelas sepi, karena jamkos," gumam Rei melihat sekelilingnya yang sangat sepi. Hanya ada lima siswa laki-laki yang sedang mabar game online.

-

"Mau kabur?" tanya seseorang di belakang dirinya.

"Lepasin." Rei menepis tangan kakak kelasnya itu dengan paksa.

"Ayo!" Paksa Ray membuat gadis dingin tersebut mendengus kesal.

Karena kesal dengan Ray yang selalu memaksa dirinya. Rei memutuskan untuk diam dan hanya melihat keluar jendela.

"Jangan ngambek dong, kita beli es krim dulu yuk!" Ajaknya menarik Rei keluar dari mobil.

"Mas, vanilla satu coklat satu." Ray mengeluarkan selembar uang berwarna merah dan segera memberikan uang itu kepada kasir.

"Makasih"

"Gimana enak coklatnya?" tanya Ray yang asik menjilati es krimnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gimana enak coklatnya?" tanya Ray yang asik menjilati es krimnya.

"Enak." Singkat Rei yang juga asik dengan es krim coklat miliknya itu.

"Makan es krim aja belepotan." Usap Ray yang membuat pipi sahabatnya itu seketika menjadi merah seperti kepiting rebus.

"U-udah. Kita pulang aja," gugup Rei membuat Ray tersenyum manis yang tak pernah ia tunjukkan sebelumnya.

"Yaudah ayo kita pulang"

Rei Pov

Gua segera masuk ke rumah dan pergi ke kamar, setelah Ray nganterin gua dengan paksa.

Gila. Ini muka gua merah banget. Pasti tadi Ray liat nih. Malu banget.

Tapi, kenapa sih dia harus bersikap manis kek gitu. Gua ga mau berharap terlalu lebih. Apalagi Ava suka sama Ray.

Plis, sadar Rei. Lu ga boleh jahat sama sahabat lu sendiri. Dan ingat. Lu ga pantas. Lu ga akan pernah pantas untuk bersama Ray.

"Huhh, gua pengecut banget ya?" tanyanya pada dirinya sendiri.

"Gua suka sama dia, orang yang selalu menjadi bagian dari khayalan dalam diary, tapi gua sadar. Kalo kita itu beda jauh." Helaan nafas kasar keluar dari mulutnya. Dan tak lama ia mulai menutup matanya hingga terlelap bersama mimpinya.

HALU [Mintzu] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang