Epilog

2K 139 33
                                    

"Selamat, Kak Seokjin! Sebelum kau sibuk di rumah sakit lebih baik traktir kita dahulu, itu harus!"

Seokjin yang tengah sibuk memegangi banyak bunga itu menoleh. "Itu pasti. Aku akan mengajak kalian semua."

"Asik!" teriak Eunha senang. "Rasanya pengen deh cepet lulus juga. Udah mual banget sama tugas Pak Kumis yang suka aneh banget."

"Makanya cepet pikirin skripsi kamu, biar tahun depan kita bisa wisuda bareng-bareng," jawab kekasih Eunha, Jungkook.

"Siap Bos!"

Seokjin tersenyum melihat interaksi kecil itu kemudian menghela napas. Jadi iri rasanya melihat teman-temannya punya kekasih.

Ah, tidak perlu iri! Sebentar lagi Seokjin juga akan bertemu orang yang sangat dia sayang!

"Kalian semua mau ikut aku tidak?" tanya Seokjin tiba-tiba.

"Kemana Kak?" tanya Umji.

"Ke makam dia ...," ucap Seokjin. "Aku ingin berterima kasih padanya lagi."

Umji mengangguk. "Aku temani."

Sementara Jungkook dan Eunha menggeleng dengan raut yang sedikit kecewa. "Maaf ... aku dan Eunha setelah ini harus segera ke rumah sakit. Ibuku masuk rumah sakit lagi kemarin."

Seokjin tersenyum. "Baiklah tidak apa-apa. Cepat sembuh untuk ibumu."

"Kalau begitu ayo kak kita segera berangkat sekarang. Oh ya! Jangan lupa simpan foto yang tadi! Kau bisa menunjukkan padanya nanti."

"Baiklah."

Umji dan Seokjin langsung berangkat setelah berpamitan dengan Jungkook dan Eunha. Sayang sekali Sinbi dan Yoongi berhalangan hadir karena suatu hal.

Di sepanjang perjalanan, Seokjin menitikkan air matanya. Tidak menyangka kalau dia bisa sampai di detik ini. Perjuangannya untuk menjadi dokter sangatlah tidak mudah apalagi sempat ditinggal orang yang disayang.

"Loh, Kakak menangis?"--Umji menyodorkan sekotak tisu ke Seokjin--"teringat lagi, Kak?"

"Ya ... kakak sedikit terharu bisa sampai di posisi ini. Terima kasih udah mendukung kakak ya, Dek," jawab Seokjin.

Umji tersenyum. "Sama-sama, Kak. Kakak tenang saja, pasti disana dia sangat bangga sekali dengan kakak."

"Aamiin."

Sesampainya di makam, Umji keluar mobil dahulu lalu tidak lupa membawa bunga. Sementara Seokjin masih menghela napas dan mempersiapkan diri agar pertahanannya nanti tidak runtuh saat disana.

Seokjin dan Umji berjongkok sesampainya di nisan yang mereka tuju. Berdoa dan menaburkan doa serta mengucapkan harapan-harapan pada mendiang. Seokjin mengelus batu nisan itu kemudian tersenyum.

"Kami rindu, Mama."

"Terima kasih untuk semuanya, Ma."

Tak lama kemudian telepon Seokjin berdering, menandakan ada panggilan masuk. "Aku mengangkat telepon dulu ya, Dek," jelas Seokjin yang dibalas anggukan Umji.

"Halo, Kak Seokjin ... jadi kesini tidak?"

"Iya. Tanyakan pada mamamu beliau mau dibawakan sesuatu tidak?"

"Cukup melihat calon menantunya mengenakan jas dokter saja pasti sudah bangga."

Seokjin yang mendengar ocehan tunangannya itu terkekeh. "Ada-ada saja kau ... sebentar lagi aku akan segera kesana. Istirahatlah lagi! Jangan bermain ponsel terus atau demam mu tidak akan reda."

l Love My Bully Victim [SowJin] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang