16

10.3K 809 77
                                    





= Selamat Membaca =

*************************







Jam dinding menunjukkan pukul 23.00.
Shani masih sibuk menatap layar ponsel nya, sesekali merapikan poni yang menghalangi pandangan nya.

Tubuhnya tidak sepenuhnya berbaring, karena punggung nya ia sandarkan di kepala ranjang, sementara kaki jenjang nya ia biarkan lurus.

Gracia perlahan naik ke atas kasur, mengambil tempat di samping shani lalu mengambil sebelah tangan shani yang nganggur dan menggenggam nya erat.

"Sayang kamu gak marah?"
Tanya gracia hati-hati. Jujur saja gracia ingin membahas hal ini dari tadi. Tapi sepertinya momen nya masih belum pas. Akhirnya saat ini gracia memutuskan untuk bertanya pada shani yang kini masih betah  menatap layar ponsel nya.

"Untuk?" Tanya shani singkat

Gracia melepas genggaman tangan nya, bibir nya mencebik lalu memutar bola matanya, menandakan tidak suka dengan jawaban shani  "Gak usah pura-pura lupa deh, aku tau kamu ngerti shani"

"Aku gak marah sama kamu" jawab shani yang membuat gracia menggeram kesal.

"Terus?" Tanya gracia sambil menaikkan sebelah alisnya

Shani menyimpan ponsel nya di meja, merentangkan tangan nya agar gracia mendekat memeluk nya.

Gracia dengan senang hati menubrukan dirinya pada pelukan shani, pelukan paling nyaman setelah kedua orang tuanya.
Shani mengusap kepala gracia dengan sayang.

"Aku marah sama diri aku sendiri karena gak bisa jagain kamu"

"Maksud kamu? Kamu selalu jagain aku shani, tapi yang tadi gak seperti yang kamu bayangin"

"Aku tau anin hampir cium kamu dan-..."

Gracia panik "Itu gak seperti yang kamu kira" ucap gracia memotong ucapan shani

"Aku marah sama diri aku sendiri kenapa  kejadian itu bisa sampai terjadi."

Gracia kembali memeluk erat shani. Shani tetap lah shani, dalam situasi apapun shani selalu memprioritaskan nya, bahkan saat ini. Sudah jelas gracia yang salah tapi shani malah menyalahkan dirinya sendiri.

"Aku minta maaf untuk yang tadi, tapi jujur aku udah berusaha untuk menghindar. Tapi dia nahan pipi aku kuat banget. Aku juga gak mungkin ngelakuin hal bodoh kaya gitu shani, aku sayang kamu"

Shani mencium puncak kepala gracia. Mendekap nya erat seolah tidak membiarkan gracia bergerak sedikitpun.

"Aku tau itu"

"Shani marah aja kalo mau marah, jangan gini. Aku pantes kamu marahin"

Shani menggeleng "tugas aku jagain kamu, ingetin kamu kalo kamu salah, nuntun jalan kamu kalo kamu tersesat. Termasuk ngingetin kamu kalo kamu itu punya aku. Mulai sekarang aku tidak akan membiarkan siapapun memiliki kesempatan untuk mencuri perhatian kamu"

"Shanii.. hiksss"

"Loh Kenapa nangis?" Heran shani yang kini melonggarkan pelukan nya, menatap penuh tanya pada gadis didepan nya.

"Hiksss.. kamu hiksss"

"Aku kenapa ?"

"Aku ngerasa gagal aja jaga diri aku"

Percaya (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang