20

12.1K 828 135
                                    

= Selamat Membaca =

**************************




Mobil shani berhenti di parkiran khusus yang disediakan di kantor nya.

"Kantor kamu gede juga ya"
Puji gracia sesaat setelah shani mematikan mesin mobilnya.

"Masih punya papa, aku masih miskin"

Gracia mendengus "sama aja punya kamu"

Shani keluar dari mobil, diikuti gracia disamping nya. Mereka berdua berjalan menuju lift khusus yang biasa digunakan shani dan papa atau mamanya.

"Kalo aku miskin, kamu masih sama aku gak?" Ucap shani sambil menekan tombol lift menuju ruangan nya.

Gracia menoleh "kalo kamu miskin, kan masih ada aku yang kaya" sombong nya sambil menaik turunkan alisnya.

"Itu duit papa kamu" ucap shani datar.

Pintu lift terbuka, gracia mengekor shani yang kini berjalan menuju ruangan nya.

"Kata pepatah bahagia itu sederhana, uang itu bukan segalanya, tapi kalo gak punya duit terus gak bisa makan, akhirnya mati. Bahagia nya sebelah mana? Dan aku yakin kamu gak akan biarin aku hidup susah"

Shani hanya memutar bola matanya.
Entah itu pepatah siapa yang gracia copas lalu dia modifikasi sehingga terdengar konyol di telinga shani.

"Siang Miss Natio, tumben jam segini udah dateng?" Sapa sekertaris shani saat shani melewati mejanya.

"Lagi bosen di sekolah kak" balas shani santai.

Sekertaris yang merangkap asisten shani tersenyum melihat seseorang yang datang bersama shani "Sama siapa nih? Cantik bener"

Gracia tersipu ketika mendengar kata cantik yang di tujukan untuknya. Gracia emang cantik, pake banget malah.

"Gak tau, nemu di depan" ucap shani yang langsung mendapat cubitan keras di pinggang nya membuat nya mengaduh.

"Sakiiit" ringis shani "galak betul"

Gracia menatap tajam shani "sukurin!"
gracia lalu menoleh ke arah sekertaris shani. "Hai kak, aku gracia"
Gracia menyodorkan tangan nya yang langsung di sambut oleh sekertaris shani.

"Hai cantik" ucap nya sambil mengedipkan sebelah mata "aku Farah"

"Perlu bantuin bersihin mata nya?" Sindir shani yang membuat Farah terkekeh.

"Galak amat, emang punya situ?" sindir farah.

Farah memang sudah menjadi kepercayaan shani, bahkan sudah hafal dengan watak shani seperti apa. Jadi dia tak segan untuk sekedar bercanda dengan shani.

Shani memutar bola matanya "bodo amat kak"

Tanpa menghiraukan kalimat terakhir shani, tatapan farah tertuju pada tangan kanan shani.
"Tangan kenapa shan?" Tanya farah

"Digigit dia" ucap shani santai "aku duluan ya" ucap shani "ayo gee"

"Lisan woy!" Protes gracia

"Iya Shan" angguk farah

"Aku Duluan ya kak Farah"

"iya gracia cantik" ucap farah dan malah mendapat tatapan tajam dari shani, sementara gracia tertawa pelan.

Shani membuka pintu ruangan nya, langkahnya berhenti di depan jendela kaca yang memperlihatkan padatnya jalan raya.

Shani melipat tangan nya di dada, sesekali kening nya berkerut. Lalu menghembuskan nafas kasar, Entah lah apa yang dia fikirkan saat ini.

Percaya (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang