24

9.1K 738 80
                                    




= Selamat Membaca =

*************************



Shani bangkit dari tempat tidur nya, segera ia mengambil jaket untuk dirinya dan juga gracia. Feeling nya ternyata benar, ada hal buruk yang terjadi, dan tidak mungkin gracia akan ia tinggalkan sendirian.

Setelah berhasil mengambil dan memakai jaket nya shani segera membangunkan gracia.

"Geee sayang" panggil shani yang sebenarnya tidak tega membangun kan gracia.

"Sayang hey"

"Nghhhh.. ngantuk shanii, bolos aja sekolah nya. Udah pinter akutuh" ucap nya sambil menaikkan selimutnya.

Shani masih berusaha bersikap tenang. bagaimanapun jika shani panik. Maka tidak akan berakhir baik.

"Bangun dulu yuk, belum pagi ini"

"Kemana sih?" Kesal nya

"Rumah sakit, nanti aku jelasin"

Mata gracia langsung terbuka mendengar ucapan shani "siapa sakit?"

"Pake jaket nya, aku jelasin nanti"
Gracia menurut, mulai memakai jaket yang shani berikan.

Shani menuntun gracia keluar dari apartemen nya, berjalan ke arah parkiran lalu mengemudikan mobil nya ke rumah sakit.

--


Jalanan cukup kondusif, mengingat hari memang sudah tengah malam. Tidak ada kata macet jam segini, sehingga shani bisa tiba lebih cepat.

Shani mematikan mesin mobil nya setelah tiba di parkiran rumah sakit. Dengan langkah tergesa ia segera keluar dari mobil diikuti gracia.

Shani menggenggam erat tangan gracia selama berjalan di koridor rumah sakit, shani sesekali melirik ke arah gadis nya yang kini berjalan sambil ngantuk. Jika tidak di genggam takutnya malah nyasar ke kamar yang tidak di inginkan.

Setelah berjalan cukup lama, shani dan gracia akhirnya sampai di depan pintu sebuah kamar inap, yang sebelumnya sudah diberi tahu kan padanya. Dengan perlahan shani mengetuk pintu, lalu membuka pintu kamar tersebut. Shani masuk diikuti gracia, yang langsung disambut oleh seorang Lelaki paruh baya.

"Maaf shan, ganggu malam-malam gini"

"Gapapa om, ini gimana Vienny bisa kaya gini?" Tanya shani pada lelaki tadi yang ternyata papa Vienny.

Seolah mengerti diam nya Papa vienny, shani segera menyuruh gracia untuk duduk disofa.
"Kamu tunggu di sofa ya, bobo lagi, pasti kamu ngantuk. Aku ngobrol di depan biar gak berisik" ucap shani memberi gracia pengertian, sambil mengelus kepala nya.

Untung saja gadis itu langsung mengangguk dan menuruti apa kata shani.

Seperginya shani dan papa Vienny, gracia duduk di sofa. Matanya Menatap lurus pada Gadis yang dulu hampir tiap hari bertemu dengan nya. Pergelangan tangan kiri vienny terlihat di balut dengan perban, sementara di tangan kanan nya tertancap jarum infus.

Percaya (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang