31

9.2K 743 91
                                    







= Selamat Membaca =

*************************











Shani dan gracia berjalan beriringan sambil bergandengan tangan, setelah tadi mereka pergi ke kantin untuk membeli minum sekalian beli eskrim untuk gracia, karena gadis itu menagih tawaran shani kapan hari saat membujuknya pulang sekolah. kini mereka berjalan menuju taman tempat mereka tadi duduk.

"Jadi kak Vienny itu kenapa?"tanya Gracia yang kini anteng dengan satu cup eskrim di tangan nya, sementara shani duduk di sampingnya menggenggam satu botol air mineral. Shani sengaja membeli minum yang baru setelah yang pertama habis, karena sudah pasti gracia akan melakukan sesi tanya jawab dan shani harus menjelaskan se detail mungkin. Antisipasi jika kerongkongan nya kering karena banyak ngomong. 

"Dia sakit" jawab shani santai membuat gracia mendengus, sedetik kemudian menginjak kaki kanan shani dengan cukup kuat membuat shani mengaduh.

"jawab yang bener!, kucing gue juga tau kalo dirawat dirumah sakit itu ya pasti sakit" omel Gracia membuat shani terkekeh karena kekesalan gracia akibat ulah shani.

Tidak sadarkah Gracia bahwa saat ditanya oleh teman-teman nya dia juga menjawab seperti itu? Kadang suka gak tau diri emang.

shani menyimpan botol yang dipegang tadi disampingnya, sebelum melanjutkan kalimatnya "kamu pernah lihat kan kalo tangan vienny banyak perban nya?" tanya shani yang membuat gracia mengangguk 

"dia melakukan percobaan bunuh diri. aku gak tau sejak kapan dia  mulai menyakiti dirinya sendiri, yang jelas itu semua gak bagus untuk kesehatan mental dia. Fisik nya mungkin bisa sehat tapi mental nya butuh di perhatiin lagi biar gak berujung seperti kemarin" shani menghela nafas sejenak

"Papa nya sudah bicara sama aku, kedepannya mungkin vienny akan ditangani oleh psikiater, tapi belum tau mulai kapan. makanya aku masih disini buat nenangin dia kalau dia Histeris. walaupun Vienny cuma sepupu aku, tapi aku punya andil besar atas apa yang terjadi sama dia. Dia seperti ini karena aku juga salah satu faktornya, makanya aku punya tanggung jawab buat bantu sebisa mungkin."

Shani menoleh ke arah gracia yang sedang manggut-manggut seolah dia memang faham dengan apa yang dikatakan shani. Entahlah beneran faham atau tidak yang penting shani sudah berusaha menjelaskan. 

Shani memiringkan tubuhnya, menatap intens gadis kesayangan nya yang kini sudah menghabiskan satu cup eskrim ditangan nya. shani menarik lembut dagu gracia agar ikut menatap shani. tangan shani terulur untuk merapikan poni gracia, membuat gracia tersenyum simpul karena perbuatan shani.

"Aku minta maaf kalo fokus aku jadi kebagi  banyak banget. Jangan kan fokus ke kamu, fokus sekolah sama kerja aja aku gak bisa. Sekalipun prioritas aku masih kamu, tapi aku ngerasa gagal aja jagain kamu. aku gak pernah bermaksud untuk mengabaikan kamu. Salah aku juga gak jelasin dari awal tentang masalah ini sama kamu. Tapi aku percaya kamu akan mengerti, aku tau kamu akan dukung aku, percaya sama aku dan tentunya jadi orang yang selalu ada buat aku" 

ucap shani sambil mengelus pipi gembul gracia. 

"aku ngerti shani, maaf aku sempet egois dan malah nambah masalah. aku bakal selalu ada disisi kamu, bantu kamu semampu aku, dan selalu ada buat kamu kapanpun kamu butuh aku"

"Tapi aku butuh kamunya setiap detik gee" ucap shani lalu menarik gracia dalam pelukannya.

Gracia mengulum senyum nya sambil menikmati pelukan shani, pelukan yang selalu ia rindukan dan selalu gracia butuhkan. Tidak sadarkah shani, bukan hanya shani yang butuh gracia tiap detik, tapi gracia juga butuh shani setiap tarikan nafasnya.

Percaya (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang