0.2

567 88 2
                                    

Chris menutup pintu mobilnya dan tersenyum, "Aku harus pergi. Terima kasih untuk semuanya, Margaret. Juga kamu, Y/N." katanya.

Kamu dan ibumu membalasnya dengan senyuman sedangkan Yesa melambaikan tangannya pada sang paman.

Gadis itu memilih untuk tinggal dan tidak ingin merepotkan Chris, lagipula ayahnya bilang akan menjemputnya nanti malam. Setelah mobil Chris menghilang di perempatan jalan, Margaret segera masuk ke dalam rumah.

"Au," pekikmu pelan saat Yesa sengaja menyenggol pundakmu yang masih terdiam dan memandang kosong ke jalanan.

"Aku tahu kamu suka pada pamanku. Iya 'kan?"

Tentu saja matamu melebar mendengar itu, "Apa yang kamu bicarakan sih?" jawabmu lalu berjalan masuk meninggalkan sahabatmu itu.

Yesa mengejarmu lalu merangkul pundakmu, "Yayaya. Padahal dia belum punya pacar."

Kamu menoleh, "Kamu serius?"

Yesa tertawa kencang, "Tuh, kamu suka Chris 'kan?!"

Sialan, kali ini kamu pastikan wajahmu memerah. Gila. Ini gila. Apa kata dunia jika mengetahui cinta pertamamu adalah pria berusia, mungkin sangat jauh diatasmu. Ya, mungkin tak telalu jauh. Tetapi tetap saja ini gila.

Tanpa berkata apapun kamu langsung melangkah pergi, kembali meninggalkan Yesa di belakangmu, "Y/N! Y/N! Kamu mau ke mana??"

Kamu menghampiri reptile terrarium milik Blue dan mendudukkan dirimu didepannya. Matamu fokus menatap ular viper kesayanganmu itu. Rasanya tenang. Inilah mengapa kamu suka sekali warna biru.

Tiba-tiba saja kamu teringat akan iris biru samudera milik Chris yang dari kemarin menyita perhatianmu. Tanganmu terulur untuk menangkup dadamu dan merasakan detak jantungmu.

"Apa aku benar-benar suka pada Chris?" monologmu pelan.

Setelah itu kamu langsung menggeleng, "Bodoh, tentu saja tidak. Kami saja baru bertemu."

Kali ini kamu kembali menatap Blue, tetapi tatapanmu resah. Kamu merasa tak tenang.

"My goodness, ini tak masuk akal." katamu lagi lalu berdiri, keluar dari sana dan mengampiri Yesa yang sedang bermain dengan Holy di ruang tengah. Gadis itu tampak sengaja diam untuk membuatmu berpikir lebih dulu.

"Bagaimana?" tanyanya.

Kamu duduk di sampingnya, "Apanya?"

"Tentang Chris. Sumpah, seumur hidup aku baru melihat matamu berbinar menatap seorang pria. Dan itu Chris. Kamu yakin tidak suka padanya?" tanya Yesa seraya mengelus-elus Holy.

Kamu menggeleng pelan lalu diam, hingga akhirnya kamu menggedikkan bahumu, "Tidak tahu."

"Y/N. Aku tidak tahu harus berkata apa, hanya saja aku senang kamu bisa mendapat cinta pertamamu." katanya.

"Cinta pertama, ya? Aku bahkan tidak tahu apa itu cinta." jawabmu lalu ikut mengelus puncak kepala Holy dengan lembut.

Yesa membenarkan posisi duduknya menjadi berhadapan denganmu, "Oke. Jadi, begini. Kalau dia menatapmu apa jantungmu berdetak dengan cepat?" tanyanya dengan serius, menatap matamu.

Kamu berpikir lalu akhirnya mengangguk, "Kurasa."

"Sepertinya kamu tidak sadar kalau setiap kamu bicara pada Chris wajahmu memerah seperti kepiting rebus." katanya yang membuatmu terkejut dan menangkup kedua pipimu.

"Apa?!"

Yesa tertawa pelan lalu menepuk-nepuk pundakmu, "Jangan kaget. Tapi sepertinya Chris menyadari itu juga."

Kamu menutup wajahmu dan mendesah pelan, "Astaga, aku harus bagaimana..."

"Aku bisa bercerita banyak tentang Chris padamu, kalau kamu mau.." ujar Yesa yang membuatmu menggeser tanganmu agar bisa melihatnya.

"Tidak baik menceritakan privasi orang lain. Lebih baik aku tanya padanya saja kalau aku mau." jawabmu.

"Kalau kamu bisa, bukan kalau kamu mau. Aku yakin kamu tidak bisa menemuinya tanpa terlihat seperti orang bodoh." cibir Yesa yang membuatmu memicing padanya.

"Jangan meremehkanku, Yesa." katamu.

"Yasudah kalau begitu datang saja ke rumahnya sepulang sekolah besok. Aku kirimkan alamatnya padamu. Dan aku ingin kamu foto bersamanya sebagai bukti. Berani?" tantang Yesa yang membuat jiwa mudamu terbakar, bahkan kamu belum memikirkannya secara benar sebelum mengangguk mengiyakan tantangan sahabatmu itu.

"Deal."

×××

Kamu menundukkan kepalamu lalu mendesah pelan. Kali ini kamu benar-benar meruntuki pikiran sempitmu yang menerima tantangan dari Yesa tanpa berpikir panjang. Lihatlah dirimu sekarang.

Berdiri di depan rumah orang dengan tatapan kosong seperti orang gila. Atau lebih parahnya bisa saja orang mengira kamu ingin mencuri atau menjadi penguntit.

Kamu menghela nafas, "Baiklah. Kamu pasti bisa, Y/N."

Tanganmu sudah terulur untuk menekan bel walaupun sebenarnya sudah gemetaran sejak tadi.

Ting nong

"Y/N kamu sedang apa?"

"Ya Tuhan!" pekikmu kaget saat mendapati seseorang memegang pundakmu tapi akhirnya kamu diam saat menyadari jika itu adalah si pemilik rumah yang sepertinya baru saja pulang.

"O-oh, Chris. Eum, a-aku ingin berkunjung untuk melihatmu– ah tidak. Melihat peliharaanmu." ujarmu menahan malu setengah mati. Persetan dengan wajahmu yang kata Yesa seperti orang bodoh. Yang penting kamu bisa bicara padanya.

Kamu menenggak air liurmu saat menatap tubuh Chris yang hanya terbalut kaus putih polos yang membuatmu dapat melihat bentuk tubuhnya lebih jelas saat ini.

Chris tersenyum padamu, "Senang kamu berkunjung. Untung saja aku sudah pulang. Ayo masuk."

Dia membuka pintu dan mengajakmu masuk ke dalam rumahnya yang cukup besar itu. Tetapi terasa sangat sepi di sana. Matamu melirik ke sana-kemari dan menemukan beberapa potret Chris dan seorang wanita yang terpanjang di ruang tengah.

"Eum, maaf agak berantakan. Aku belum beres-beres." katanya lalu kamu segera berjalan mendekatinya.

"Tidak apa-apa. Aku yang minta maaf datang mendadak seperti ini, Chris." katamu.

Dia mengumpulkan kaleng-kaleng bir dan beberapa bungkus snack yang berserakan lalu membuangnya. Kamu tetap diam pada posisimu mengamatinya.

Akhirnya Chris kembali dan membawakan dua gelas apple juice untuk kalian. Dia menyuruhmu duduk di sofa dan senang hati kamu melakukannya.

"Bagaimana sekolahmu?" tanya Chris membuka obrolan.

"Baik–eum..biasa saja, sebenarnya. Lalu, bagaimana dengan harimu?" tanyamu balik.

"Cukup baik. Aku dan teman-temanku baru saja menolong seekor buaya liar dan membawanya ke Australia Zoo." jawab Chris.

"Australia Zoo? Wow...Aku selalu ingin bekerja di sana.." ujarmu dengan nada melemah.

"Kamu bisa ikut magang di akhir minggu kalau kamu mau, aku bisa bantu." ujar Chris yang membuat matamu berbinar menatapnya.

"Kamu serius? Terima kasih."

"Tapi sebelum itu, aku butuh bantuanmu."

×××

TBC.

[IN REVISION] Poisonous Blue Eyes || Chris HemsworthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang