Kamu membenarkan posisi kepalamu saat merasakan hembusan napas pelan menyapu lehermu. Perlahan, kesadaranmu kembali dan membuatmu membuka mata.
Senyuman terbit di wajahmu saat melihat tangan Chris memeluk tubuhmu. Sentuhannya membuatmu merinding, seperti biasanya.
"Chris," panggilmu pelan seraya membalikkan tubuhmu untuk menghadap pria yang semalam mengacaukanmu itu.
"Hmm." gumamnya pelan, tanpa membuka matanya.
Kamu mengecup pelan bibir Chris lalu mengelus tengkuknya, "Ayo bangun."
Dia tak menyahut, tetapi langsung mengeratkan pelukannya lalu menarikmu mendekat sehingga tubuhmu kembali menempel pada tubuhnya.
"Nanti saja. Kamu libur sekolah 'kan?" ujarnya lalu membuka mata dan menatapmu.
Jantungmu berdetak dengan cepat untuk kesekian kalinya melihat iris biru laut milik pria itu, sungguh memikatmu. Keadaan hening untuk beberapa saat hingga Chris kembali menutup matanya karena kantuk yang belum juga pergi.
Kamu melepaskan diri darinya lalu beranjak naik keatas tubuhnya, meletakkan kedua tanganmu pada ranjang di sisi wajahnya. Chris kembali membuka mata dan menatapmu, "Jangan menggodaku, ini masih pagi."
Kamu tertawa pelan lalu mengecup kedua kelopak matanya dan mencium bibirnya, "Aku tidak bisa menahan untuk tidak mencium bibirmu, manis sekali."
Chris tersenyum lalu menangkup kedua pipimu dan menarikmu hingga menindihnya, dia melumat pelan bibirmu dan membuat lenguhan kembali terdengar dari bibirmu pagi ini.
Kamu baru saja merasakan tangan Chris yang ingin membuka kausmu saat suara klakson mobil terdengar sangat nyaring di luar rumah. Kamu menatap Chris yang juga terdiam seraya menatap ke arah pintu.
Tak lama kemudian terdengar suara bel yang membuatmu segera beranjak dari atas tubuh Chris dan berjalan keluar. Diikuti pria itu dibelakangmu.
Chris mendekati jendela utama dan mendapati Yesabelle tengah berdiri di depan pintu sendirian, ia lalu memberitahumu untuk segera membuka pintu.
Saat kamu membuka pintu, suara pekikanlah yang pertama kali terdengar di telingamu saat itu juga ketika Yesa melihatmu hanya mengenakan kaus milik Chris yang semalam kamu pinjam tanpa mengenakan bra. Tentu saja terlihat jelas karena kausnya cukup tipis.
"WHAT THE– APA YANG KA-eumph!"
Pekikan Yesa langsung terhenti saat kamu menutup mulutnya dan menariknya masuk sebelum dia membuat kekacauan lebih besar.
Chris menutup pintu dan mengikuti kamu yang menuntun Yesa ke ruang tengah dan menyuruhnya duduk.
Yesa menutup mulutnya dan matanya melebar, dia memandangimu dan Chris bergantian.
"Jangan benarkan apa yang ada di pikiranku saat ini, tolong." katanya.
Kamu bertatapan dengan Chris dan kalian berdua tertawa, awalnya kamu ingin duduk tapi lengan Chris lebih dulu menggapai milikmu dan ia menarikmu ke pelukannya –back hug.
"Memangnya apa yang kamu pikirkan?." katanya pada Yesa dengan tetap melingkarkan tangannya pada perutmu dengan innocent smilenya.
"I'm speechless! Kalian..." pekik Yesa lagi sedangkan kamu hanya terkikik dan mengangkat bahu.
×××
Kamu menatap Yesa saat sahabatmu itu menghentikan laju mobilnya di tepi jalan, "Bahan bakarnya habis?" tanyamu.
Yesa tak menjawab dan menatapmu tajam, "Ceritakan padaku. Semuanya."
Okay, dia tidak main-main dengan ucapannya itu.
Kamu menghela nafas dan mulai bercerita panjang lebar. Dengan mengedit sedikit bagian, tentu saja. Siapa yang mau memberitahu hal semacam 'itu'?
Beberapa menit kemudian kamu berhenti karena ceritanya sudah selesai, sedangkan Yesa masih menatapmu dengan tatapan seriusnya.
"Apa kau...??" tanyanya kemudian, menatapmu dengan kedua alis terangkat.
Kamu mengulum bibirmu dan menunduk malu, "Tentu saja tidak. Kami tidak melakukannya."
Kali ini kamu mendengar helaan nafas lega dari Yesa. Tetapi setelah itu dia kembali menatapmu, "Apa kamu serius?"
"Aku serius, Yesa. I'm still a virgin!" jawabmu.
"My gosh, Y/N. I hate my mind already."
"Dia tidak mau–ah aku merasa seperti bukan gadis baik-baik." ucapmu, masih tertunduk.
"He's a good person. Aku yakin dia tidak melakukannya untuk dirimu juga." ujar lalu mengelus pundakmu pelan.
"Yah, dia mengatakannya." katamu.
Yesa tersenyum menggodamu sekarang, lalu kalian tertawa bersama setelah itu. Entahlah, kamu merasa sangat bersyukur memiliki sahabat sepertinya. Apapun itu, dia selalu ada untukmu. Apapun masalahnya, dia selalu membuka telinga untuk mendengarkanmu. Sememalukan apapun itu, dia selalu menanggapinya dengan senyuman dan mengatakan jika semuanya akan baik-baik saja.
Yesabelle, dia saja sudah jauh lebih dari cukup untukmu. She's your soul sister.
Ditengah tawa, Yesa tiba-tiba diam dan kembali menatapmu serius. Matanya melebar dan tangannya terulur untuk menyentuh lehermu, "Astaga Y/N! There's so many hickeys!"
Sontak matamu ikut melebar dan langsung mencari kaca dari dalam slot di dashboard. Setelah itu kamu menyorotkannya pada lehermu.
"Yesa, bagaimana ini?" tanyamu gusar dan mulai berkeringat. Tentu saja itu bukan hal yang sebaiknya dilihat oleh orang tuamu setelah kamu kembali dari rumah seorang pria dan menginap semalaman di sana.
Yesa tampak kebingungan dan menggigiti bibir bawahnya, "Baiklah. Ayo ke rumahku dulu, kita tutupi dengan concealer."
Kamu mengangguk dan Yesa segera menancap gas untuk pergi kerumahnya yang sebenarnya cukup jauh dan kalian harus membalik arah. Tapi kalian tidak tahu harus melakukan apa selain ini.
"Telfonlah Margaret, katakan jika aku mengajakmu jalan-jalan sebelum pulang." ujar Yesa yang dihadiahi anggukan cepat olehmu.
"Untung saja Ted tidak bisa menjemputmu hari ini." kata Yesa dan kamu kembali mengangguk.
"Thank you, Yes." katamu dan Yesa tersenyum.
"Everything for my sister."
TBC.
![](https://img.wattpad.com/cover/216580419-288-k571606.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[IN REVISION] Poisonous Blue Eyes || Chris Hemsworth
FanfictionFormat cerita : Cast X Readers, sudut pandang orang kedua (2nd POV) ∆ Written in Indonesian and some broken English (especially for the dialogues). ∆ Some mature content, R 17+. ∆ ⚠ sign would be used for parts with 17+ content, kissing parts includ...