1.0

397 62 6
                                    

"Oh astaga, apa dia tertidur?"

Mendengar itu kamu langsung membeku ditempat dan tidak menjawab, lalu Chris mengangguk pelan.

"Eum, sepertinya begitu."

Kamu mendengar Ted menghela napas, "Maafkan Y/N, Chris. Dia selalu saja begitu. Kamu bisa bangunkan dia dan menyuruhnya bersandar di kaca jika tidak nyaman."

Chris kali ini menggeleng, "Tidak apa-apa. Kasihan, lagipula jika jalannya tidak rata kepala Y/N bisa terbentur."

Kamu tidak mendengar suara Ted lagi, melainkan kamu merasakan tangannya mengelus pelan puncak kepalamu dari atas.

"Sepertinya dia kelelahan. Sebaiknya kita segera mencari tempat singgah karena hari semakin sore." ujar Ted lagi.

"Baiklah." jawab Chris.

"Terimakasih Chris. Kalau begitu aku akan menyiapkan tempat tidur."

Setelah itu suara pintu slot yang ditutup hinggap di pendengaranmu. Kamu akhirnya bisa bernapas lega.

"Hhh....Untung saja." gumammu.

Chris melirikmu lalu tersenyum lebar, "Kamu lucu. Dan sebaiknya kamu benar-benar tidur, ayo kemari." katanya lalu tangan kirinya terulur untuk merangkulmu dan menarikmu kembali bersandar padanya.

Kamu hanya diam dan mengikuti maunya dengan senyum yang tertahan. Tak lama kemudian alam mimpi menyapamu berkat elusan pelan di pelipis yang diberikan oleh Chris.

×××

Matamu perlahan terbuka saat tepukan pelan terasa di lenganmu, beberapa saat kemudian kamu tersenyum karena mendapati wajah Chris yang sedang menatapmu dari dekat.

"Ayo bangun, lebih baik kamu tidur di belakang agar lebih nyaman." katanya.

Kamu menjauhkan diri dari Chris seraya mengangguk lalu kalian berdua turun darisana dan masuk kedalam caravan.

"Ah Dad, aku mau." katamu lalu menyambar gelas teh yang digenggam Ted.

Ayahmu tertawa pelan lalu mengusap kepalamu, "Kamu sepertinya tidur sangat nyenyak."

Cengiran terbit dari wajahmu, "Hehe,"

"Y/N, tadi Yesa menelfonmu." ujar William lalu menyodorkan ponselmu yang kamu tinggalkan di kasur.

"Ah iya, aku lupa mengabarinya. Thanks Will." jawabmu seraya menerima ponselmu dan beranjak naik keatas kasur lalu segera menelfon Yesa sedangkan yang lainnya melanjutkan obrolan seraya menikmati teh hangat.

'Y/N!'

"Apaa...Astaga aku terkejut."

'Kenapa kamu tidak menjawab telfonku? Chris juga tidak menjawab. Ah kalian jangan melupakan akuuu..'

"Hahaha, maaf tadi aku tidur dan Chris mengemudi. Kami baru saja berhenti untuk istirahat."

'Ah iya, jangan lupa pakai sweatermu. Pasti cuacanya dingin.'

"Tentu saja. Terimakasih sudah mengingatkan, Yes."

'Besok aku ingin kamu mengambil foto dan banyak video disana. Aku ingin merasakan liburannya juga.'

"Alright, alright. Jangan khawatir. Kamu juga jangan tidur terlalu larut. Besok pagi aku akan menelfonmu."

'Baiklah. Kalau begitu aku akan memasukkan semua buku ini dan segera tidur.'

"Kamu sedang mengerjakan tugas?"

'Eum. Baru saja selesai. Senang mendengarmu baik-baik saja. Nikmati saja perjalananmu.'

"Ay ay captain!"

Setelah itu Yesa menutup panggilannya dan kamu menyimpan ponselmu keatas tempat tidur. Irismu menatap ke sekeliling dan kembali terpaku pada sosok Chris yang sepertinya menikmati obrolan mereka.

Keningmu mengerut saat merasakan rasa gatal di sekitar leher dan setelah itu matamu melebar, "Dad!"

Ketiga pria yang duduk di ujung caravan segera menoleh padamu, "Ada apa, Y/N?" tanya Ted lalu menghampirimu.

"Sepertinya alergiku kambuh," ujarmu pelan.

Ted mendudukkan diri disebelahmu lalu tangannya terulur untuk menyentuh lehermu. Tentu saja kamu langsung menahannya, "Ah D-dad...Bisa tolong ambilkan obatnya? Ini gatal sekali."

Ted akhirnya kembali menarik tangannya lalu beranjak setelah mengangguk pelan.

"Kamu belum minum obatnya? astaga Y/N." ujar William yang ikut mendudukkan diri disebelahmu. Sahabatmu itu mengambil tanganmu lalu mengusapnya pelan, selalu melakukannya dalam keadaan seperti ini.

Kamu melirik Chris yang berdiri tepat dihadapanmu, menatapmu dalam diam.

"Dia alergi udara dingin," ujar William menjelaskan pada Chris, pria itu mengangguk-anggukan kepalanya pelan dan duduk ditepi ranjang.

"Untuk apa kamu melakukan itu?" tanya Chris.

William menatapnya, "Mengurangi rasa gatal. Y/N selalu memintaku melakukan ini saat kambuh."

Kamu mengulum bibirmu saat tangan Chris mengambil tangan kirimu lalu ikut mengusapnya seperti yang dilakukan William. Dia hanya diam, bahkan tak melihatmu sama sekali.

Setelah itu Ted datang membawa obat dan kamu segera meminumnya. Kamu membaringkan tubuh dan menutupnya dengan selimut. Ted menyuruhmu untuk segera tidur agar ruamnya segera hilang dan mereka kembali pada aktivitas sebelumnya.

Kamu menutup mata rapat-rapat, tapi tetap saja tidak dapat terlelap. Holy ikut membaringkan tubuhnya disebelahmu dan kamu mengelus pelan bulunya, mencari kegiatan untuk tanganmu agar tidak menggaruk ruam yang muncul karena itu akan hanya memperparah saja.

Kamu mendudukkan diri lalu membuka selimutnya dan mengusap kakimu yang terasa semakin gatal. Kamu tidak suka ini.

William menghampirimu, "Jangan dilihat terus, kamu mudah stress. Ayo tidur." katanya lalu menutup kembali tubuhmu dengan selimut.

Kamu hanya mengangguk lemah dan kembali membaringkan tubuh, tapi kali ini kepalamu bersandar di lengan William yang sudah ikut berbaring. Tangannya kembali mengusap tanganmu perlahan.

"It's okay. You're okay. Don't worry." katanya dengan lembut, berusaha menenangkanmu yang sudah mulai murung.

Kamu menatap William lalu tersenyum simpul, "Thank you, Will."

Dia hanya membalasmu dengan senyum dan anggukan kecil, "Tutup matamu dan tidurlah. Kamu akan tetap hangat,"

TBC.

[IN REVISION] Poisonous Blue Eyes || Chris HemsworthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang