Radinka mengutuki kebodohannya kemarin malam; esainya belum selesai dan ia sudah ketiduran. Di sinilah Radinka sekarang: perpustakaan sekolah usai bubaran. Sial banget nggak, sih?
"Rad?"
Radinka ingin meloncat dari gedung sekolahnya saja ketika dia melihat Dirga tiba-tiba muncul dalam jarak dekat. Ya Tuhan, nikmat mana lagi yang kau dustakan? Dirga tersenyum puas melihat reaksi kaget Radinka. Sementara cewek itu mengaduh dalam hati. Ganteng banget, sih, Ga! Untungnya, meskipun Dirga tergolong cowok yang gantengnya kelewatan, konyolnya pun kelewatan juga. Dirga boleh saja memiliki tinggi badan 175 senti dan luar biasa hebat dalam olahraga basket, tetapi Dirga tidak akan betah melek total dalam ujian Bahasa Indonesia dengan waktu pengerjaan 120 menit. Radinka pernah menjadi saksinya saat mereka kebetulan sekelas ruang ujian.
Yah, apa boleh dikata? Kalau Dirga mempunyai paket plus-plus—selain ganteng, atletis, dan pintar akademis—akan menjadi sangat tidak adil, bukan?
"Radinka? Di muka gua ada apanya deh, kok lo ngeliatinnya gitu banget?" Suara Dirga membuyarkan lamunan Radinka yang pastinya tampak sangat bodoh.
"Hah?"
"Gua Dirga ini."
Radinka akhirnya bisa mengontrol kembali kesadaran dan raut wajahnya. Ia harap, kejadian bodoh semacam ini tidak terulang lagi. Bisa mampus tengsin!
"Iya, iya, siapa sih, yang nggak tahu Dirga?" sahut Radinka, berusaha mencairkan suasana, meski dia bingung harus menaruh mukanya di mana karena kelepasan menatap Dirga sampai mupeng barusan.
"Yah, maklum sih, kalo gua terkenal yak," ujar Dirga narsis sambil ketawa-ketiwi, yang mana membuat Radinka semakin tak karuan. Berbicara sepanjang ini dengan Dirga bahkan tidak pernah ada dalam benak Radinka untuk menjadi kenyataan.
Radinka ikut memaksakan sedikit tawa. "Lo ngapain dah di perpustakaan?"
"Apakah ada peraturan gua nggak boleh ada di perpustakaan gitu?" tanya Dirga sambil menoleh kanan kiri untuk memastikan adanya peraturan tertulis.
"Ya nggak ada lah. Sok spesial banget mau dibuatin peraturan."
Dirga tertawa. "Gua nggak tahu lo bisa selucu ini sih, Rad."
Oh, tolong. Radinka mau salto sambil jumpalitan, boleh? Cewek itu sibuk mengontrol hati dan semua pergerakannya agar terlihat baik-baik saja--tentu supaya ia tampak tidak terpengaruh dengan kalimat bodoh Dirga.
"Gelo, udah berapa banyak cewek yang lo gombalin gitu sih, Ga?" tanya Radinka. Yang jelas, merupakan pertanyaan tipuan karena Radinka ingin jawaban cowok itu, sungguh-sungguh.
"Berapa ya? Kayaknya sih, cuma lo aja, Rad. Newbie, nih."
Mereka berdua baru mengobrol selama ini untuk pertama kalinya dan Radinka sudah berekspetasi lebih.
Radin—tunggu.
Tunggu.
Dirga Dewantara.
Radinka melupakan sesuatu.
Ya ampun. Bukankah mantan—atau mantan gebetan—Dirga adalah Aurell?
Oh, you've gotta fu$$$$g kidding me, Universe!
.
──── ∗ ⋅◈⋅ ∗ ────
notes:
akhirnya dirga nongol juga. how's your first impression of him?!
KAMU SEDANG MEMBACA
imperfections are okay
Short StoryDi dunia ini, tidak ada yang sempurna, mereka hanya berusaha tidak memperlihatkan cela. © 2020 all rights reserved by fluoresens and radarneptunus.