Wajah Radinka sudah semerah tomat busuk saking malunya. Cewek itu dalam hati mengutuk Luna. Mengutuk habis-habisan. Gimana caranya bertanya hal bodoh seperti itu pada Dirga?
Gua sumpahin besok lo jatuh cinta, ya, Lun! Biar bisa gua bales.
"Mau nanya apa, Rad?" tanya Dirga ketika sudah berhadapan dengan Radinka. "Eh, halo, Lun."
Luna masih berusaha menahan tawanya. "Gua yang manggil duluan, tapi disebut terakhiran. Aduh, apalah arti Kaluna di sini. Gua cabut dulu, deh ya!"
Dosa nggak sih, kalau Randika mengutuk Luna lebih banyak lagi?
"Mau nanya apa, Rad?" tanya Dirga sekali lagi setelah pandangannya mengikuti sosok Luna yang pergi dan akhirnya menghilang ditelan keramaian.
Radinka menelan ludahnya kasar. Tidak mungkin dia menanyakannya secara blak-blakan. Dirga bisa-bisa mengira dirinya terlalu agresif.
"Eh, nggak mau nanya apa-apa kok," elak Radinka sambil memamerkan giginya.
Dirga mengangguk-angguk. "Tapi Luna nggak akan manggil tiba-tiba kalo nggak ada suatu pembicaraan tentang gua di antara kalian 'kan? Gua kenal Luna gimana."
Tuh, Radinka jadi ingin mengutuk Luna lagi. "Eh, hm, gua mau tanya, pertandingan basket kapan sih?"
Ya, ya, Dirga kan anak tim. Pasti cowok itu tidak akan curiga kalau Radinka menanyakan jadwal pertandingan.
"Tadi itu, gua tanya ke Luna soal pertandingan basket, terus mungkin dia lagi liat lo, jadi lo dipanggil deh," tambah Radinka, berusaha meyakinkan Dirga yang sekarang mengangguk-angguk.
"Hmm, pertandingan basket... nggak ada, Rad, dalam waktu dekat ini."
Aww malu banget. Sial.
"Itu doang yang mau ditanyain?"
"Lo udah kayak artis yang diwawancara aja sih," ujar Radinka, berusaha mencairkan suasana.
Dirga tertawa kecil. "Ya udah sih. Anggap aja gua artisnya. Jadi, apalagi yang harus majalah Anda ketahui tentang Dirga Dewantara ini?"
Radinka menahan tawanya. Cewek itu pura-pura mengajukan tangannya menjadi mikrofon. Ia berderham sekali. "Jadi, Mas Dirga, apa yang kira-kira Anda cari dari seorang cewek? Atau sekiranya, apa kriteria cewek idaman Anda?"
Dirga tidak sadar kalau Radinka sedang memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan. Cowok itu masih menganggap ini lelucon.
"Mau bilang baik, tapi udah basi. Pokoknya, yang cocok di hati dan mata saya ajalah, Mbak."
Radinka tertawa melihat ekspresi Dirga yang benar-benar seperti artis yang menghadapi wartawan. "Sok ngartis parah lo, anjir."
"Hehe, lucu 'kan gue," Dirga ikut tertawa. "Lo sering-sering ketawa dong, Rad, seneng liatnya."
Astaga.
Astaga.
Stay cool, Radinka! Apa sih maksud Dirga dengan perkataannya itu? Sengaja mau buat Radinka meleleh karena panas yang tiba-tiba menjalari pipinya?
"Lo juga sering-sering ngelucu biar guenya ketawa," balas Radinka seadanya.
Selama dua detik yang panjang, Radinka kagum dengan kemampuannya bersikap biasa saja di depan Dirga, bahkan terkesan konyol. Yah, salah tingkah sedikit. Tapi yang pasti, Radinka berharap perkataan Dirga tadi serius.
.
──── ∗ ⋅◈⋅ ∗ ────
KAMU SEDANG MEMBACA
imperfections are okay
Short StoryDi dunia ini, tidak ada yang sempurna, mereka hanya berusaha tidak memperlihatkan cela. © 2020 all rights reserved by fluoresens and radarneptunus.