chapter eighteen

1.2K 179 65
                                    

Apakah Radinka memilih opsi yang tepat?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Apakah Radinka memilih opsi yang tepat?

Masih setengah jam sebelum Dirga menjemputnya, Radinka masih punya kesempatan untuk membatalkan ini semua. Apa yang harus Radinka lakukan? Meskipun dia tahu rasa sukanya pada Dirga masih ada, tetapi tetap tidak menutup rasa bersalah Radinka terhadap cowok itu. Radinka ... bukan teman yang baik. Apa pun yang ada di kepala Dirga mengenai dirinya sekarang sangat berkebalikan dengan dia yang sebenarnya. Dan cewek itu belum siap untuk berhadapan dengan Dirga sekarang.

Radinka berusaha mengatur napasnya ketika mendapatkan pesan kalau Dirga sudah ada di depan pintu apartemennya. Cewek itu meremas kardigan cokelatnya, berusaha menghilangkan rasa grogi.

Yaudahlah, Rad, seperti yang Luna bilang, sampai kapan lo mau kabur terus? ulang Radinka untuk kesekian kalinya pada dirinya sendiri. Radinka memperbaiki posisi tasnya, lalu berjalan keluar sebelum ada notifikasi lain dari Dirga.

Radinka membuka pintu dan mendapati Dirga yang super rapi. Cowok itu sudah merapikan rambutnya, memakai kaos hitam polos dengan celana jins panjang dan converse hitam. Radinka yakin, malam ini akan sangat tidak sehat bagi jantungnya.

Keduanya bertukar senyum sebelum Radinka mengunci pintu. Cewek itu kemudian mendahului Dirga menuju lift.

Radinka melihat Dirga menyugar rambutnya beberapa kali. Cowok itu kemudian bersuara, "Mending potongan rambut gua yang dulu atau yang ini aja?"

Radinka meluruskan kepalanya. Yang mana aja juga ganteng, Ga, sial.

"Sama aja," jawab Radinka seadanya. Dengar-dengar, memang tadi Dirga sempat digunting rambutnya oleh Pak Samsul karena terlalu panjang untuk ukuran anak SMA.

"Nyebelin sih, Pak Samsul. Udah gua bilang juga kalo besok bakal gua potong, tapi masih aja nggak nerima alesan," ujar Dirga, menyisir rambutnya dengan tangan ke belakang. Menyisakan Radinka yang hampir kehabisan napas kalau saja lift tidak berbunyi.

"Ini mau ke mana sih, Ga?" tanya Radinka akhirnya, setelah mereka berjalan menuju mobil Dirga di parkiran basement.

"Liat aja nanti."

.

.

"Nggak turun?"

Radinka masih terkesima, sekaligus bertanya-tanya mengapa Dirga membawanya ke parkiran gedung Grand Indonesia yang paling atas. Lanskap yang mereka saksikan sekarang membuat Radinka tidak bisa berkata-kata. Langit di atas tampak sangat luas dan Radinka merasa kecil di bawahnya. Radinka tidak menjawab pertanyaan Dirga, hingga akhirnya tanpa persetujuan verbal, mereka memilih untuk menetap di dalam mobil. Radinka melongokkan kepalanya keluar jendela untuk melihat lebih leluasa pemandangan langit di atas.

Hening yang cukup panjang membuat Radinka menggigit bibir dalamnya.

"Ga, kok diem, sih?"

"Lagi mikir kenapa bintangnya dikit doang yang nongol."

imperfections are okayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang