chapter sixteen

501 151 15
                                    

"Rell, serius deh, lo yakin mau pergi dari Jakarta?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Rell, serius deh, lo yakin mau pergi dari Jakarta?"

"Dirga Dewantara, serius deh, lo kapan mau potong rambut?"

Dirga semakin tidak paham dengan jalan pikiran Aurell. Rasanya, baru kemarin dia melihat Aurell benar-benar rapuh dan dia tidak bisa melakukan apapun, dan tiba-tiba sekarang, Aurell kembali menjadi Aurell yang dikenal oleh seluruh orang, kecuali Dirga, tentu saja. Atau, Dirga biasa menyebutnya Aurell Tampak Luar.

"Dirga. It's been two almost three months, okay? Time heals. Emang, buat lo, gua sama sekali nggak mendekati diri gua yang dulu, tapi gua yakin, perlahan tapi pasti, gua bisa. I just need your support, karena gua cuma punya lo, yang bener-bener paham sama gua," ucap Aurell sambil tersenyum, menatap Dirga tepat di pupil matanya.

Bahu Dirga merosot. Dia memang bertekad tidak akan membiarkan Aurell mengulang trauma yang sama di kemudian hari. Tapi bagaimana caranya melakukan itu, jika Aurell akan tinggal beribu mil jauhnya?

California. You've gotta fu$$$$g kidding me.

Bagaimana Dirga akan memberikan Aurell pelukan kalau cewek itu membutuhkan, atau mengirimkan beberapa buah-buahan, atau sesi curhat mereka?

"Gua tau, mungkin posisi gua yang sekarang lebih prioritas daripada posisi gua yang dulu," ujar Aurell sambil tertawa pelan ketika melihat raut wajah Dirga yang langsung hilang mood. "Tapi, Ga, you don't need to be this protective. Gua tau kok, you missed her. Really bad. Tapi hal itu nggak berarti lo harus menekan diri lo dengan tuntutan yang lo buat sendiri, 'kan? I'm fine. Totally. Jangan melulu gue yang lo pikirin, lo juga harus mikirin diri lo sendiri." Aurell melahap potongan apel yang baru saja ia kupas sambil berusaha mengerti apa arti dari raut wajah Dirga.

Karena Dirga bungkam, Aurell kembali bersuara, "All I want is, lo perbaiki diri lo dulu, Dirga. Potong rambut. Smile more. Be you. Bukan lo yang suram gini. Serem abis lah. Nggak ada yang mau deketin lo nanti."

"Ini semua ... nggak akting doang, kan? Lo bener-bener oke?"

"Logikanya, siapa pun yang ada di posisi gua, nggak bakal oke, Ga. Tapi gua tau gua nggak bisa selamanya sedih, gua juga sadar kalo ini yang terbaik buat mereka dan buat gua sendiri. I'm collecting my pieces, pelan-pelan, karena hidup gua nggak berhenti di sini aja."

"Apapun yang terjadi nanti, inget lo selalu punya gua, oke?"

"Always." Aurell mendengus geli melihat raut Dirga yang seolah masih menyimpan ragu. Dia mencubit cowok itu gemas. "Cari cewek, gih!"

Dirga mengembuskan napas perlahan. "Give me a very long hug!"

Aurell tertawa, melempari cowok itu dengan beberapa buah anggur yang ada di piring yang lain. "Genit lo! Bukannya udah punya gebetan, yak?"

"Siapa sih yang ember."

"She's very kind. I told you."

.

──── ∗ ⋅◈⋅ ∗ ────

imperfections are okayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang