Terngiang dalam pikiranku tentang sebuah peribahasa seseorang yang mengatakan “Tak kenal maka tak sayang” membuatku tak perlu malu dengan hanya memperkenalkan diriku di depan orang-orang asing. Aku berhenti sejenak. Kedua bibir yang masih rapat terkunci mulai terbuka sedikit demi sedikit. Aku menarik napas dalam-dalam. Kedua bibirku sudah terbuka dan mulai mengeluarkan suara.
Namaku Rara. Dengan nama lengkap Farah Tania Putri. Umur 16 tahun dan sekarang aku duduk di bangku Sekolah Menengah Atas kelas 11. Hari ini merupakan hari pertamaku masuk sekolah. Bukan pada sekolah yang lama. Suasana baru telah merasuk ke dalam hati, seolah berkata suasana baru ini merupakan suasana yang indah.
Bertemu dengan orang-orang yang baru bukanlah sesuatu yang menyenangkan. Kembali beradaptasi, memperkenalkan diri, mencari teman, hingga mengelilingi sekolah baru merupakan daftar yang akan aku lakukan kedepannya.
“Rara, silakan kamu duduk di sudut paling belakang dekat jendela.” Kata bu guru.
Duduk paling belakang bukan gayaku. Membayangkan hal ini membuatku gelisah. Terlebih lagi di sampingku merupakan seorang laki-laki.
“Permisi, apakah aku boleh duduk di sini” kataku meminta izin pada seorang laki-laki yang akan menemaniku setiap jam pelajaran.Laki-laki itu tidak menggubris perkataanku sama sekali. Dia hanya memandangku dari atas sampai bawah. Tampak mencurigaiku. Aku tak menunggu dia menjawabnya, dan langsung bergegas meletakkan ranselku di atas meja dan mengeluarkan buku pelajaran.
Pelajaran telah berlangsung sedari tadi. Dan aku merasa sangat risih. Ini kali pertama aku duduk dengan laki-laki sekaligus duduk di belakang. Membuatku tidak fokus terhadap topik pembelajaran yang sedang berlangsung dari awal hingga guru mata pelajaran keluar.“Hey, nama lo siapa?” Suara yang terdengar keras dibarengi suara pukulan meja yang sontak membuatku kaget.
“Eh, nama gue Rara. Nama lo siapa?” Kataku menjawabnya.Bukan. Bukan laki-laki yang menemaniku duduk, melainkan yang duduk di depanku.
“Nama gue Diat, gue harap lo seneng ketemu dengan gue yah.” Katanya menjawabku lagi.Aku merasa bingung dengan kata-kata yang dilontarkan laki-laki asing yang baru saja mengajakku bicara. Aneh. Kata itu yang terbesit dalam pikiranku. Lebih aneh lagi, seseorang yang duduk di sampingku terus diam dan hanya membaringkan kepalanya di atas meja ditopang dengan tangan yang dilengkungkan.
“Kamu dari SMA Negeri 45 Cibubur, kan?” seseorang kembali memecah keheningan.
Lebih aneh lagi, darimana dia tahu kalau aku dari SMA Negeri 45 Cibubur. Padahal, sewaktu memperkenalkan diri aku belum pernah mengatakan sekolah pertamaku.
Aku hanya mengiyakan pertanyaan yang dilontarkannya tanpa perlu menanyakan kembali kenapa ia tahu.
Aku mulai malas dengan suasana kelas yang masih sangat terasa asing bagiku. Aku mencoba menirukan gaya yang dilakukan orang aneh di sampingku. Aku melipat kedua tanganku di atas meja, dan membaringkan kepalaku di atas tangan yang terlipat. Nyaman.Aku tertidur. Tanpa sadar mataku bisa tertutup dan membawaku ke dalam mimpi.
“Heii, bangun. Guru pelajaran udah masuk.” Suara yang terdengar sangat asing.
Tetapi, aku melihat warna biru yang keluar dari mulutnya. Damai.
“Kamu mau keluar untuk cuci muka?” Ia kembali berbicara padaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
No One Knows (COMPLETE)
Teen FictionFarah Tania Putri yang kerap disapa Rara, gadis pindahan dari Cibubur ke Bandung dan bertemu dua cowok aneh yang menjadi sahabatnya. Tetapi, satu hal yang mereka tak ketahui ada pada diri masing-masing. "Kita bertiga ini sahabat, kenapa masih menyim...