Sebelumnya, author minta maaf, atas keterlambatan upnya lagi-lagi, karena kehabisan kuota:') mohon maklum yah:)
H a p p y R e a d i n g 💓
°°°°°
...
“Cuitt....cuit...”
Ah, indah sekali pagi di pegunungan. Aku merasa tentram saat ini. Niatnya, aku mau jogging, tapi kita semua disuruh kumpul untuk pembagian regu.
Dengan menggunakan toa, senior memanggil kami untuk berkumpul.
“Semuanya berkumpul, kita akan membagi kalian dalam beberapa regu.” Teriaknya.Aku pun berlari menuju sumber suara tersebut. Dan akhirnya aku kembali bertemu dengan Mungga dan Diat. Aku kemarin tidak punya banyak waktu dengan mereka.
Saat aku melihat ke arah bu Anita, aku tidak lagi merasa takut saat menatap matanya. Dia bahkan tersenyum ke arahku.
Setelah membagi regu, aku ditempatkan di regu 2, dan aku satu regu dengan Indah kini.
Pfffttttt, aku harus kembali berbicara dengan tembok. Batinku.
Dan yang membuat aku tambah senang, saat mengetahui Mungga dan Diat kini bersamaku juga.
Yess, setidaknya ada mereka berdua. Batinku.
Aku menoleh ke arah Mungga dan tersenyum kepadanya menandakan aku senang seregu dengan dia.
Setelah itu, senior menjelaskan kepada kami mengenai kegiatan yang sebentar lagi akan kami laksanakan.
“Huffttt..” aku mendengus kesal, bukan karena tidak suka dengan kegiatan kali ini, tetapi para senior terlalu bertele-tele menyampaikan hal yang sebenarnya kita pun sudah tahu meskipun tidak diberitahu.
Jadi kali ini, kami akan melakukan penjelajahan di dalam hutan. Dan yang paling banyak mengumpulkan azimat akan memenangkan penjelajahan ini dan mendapatkan bros penjelajah hebat.
Siapa yang tidak mau mendapat bros tersebut, bros yang paling banyak diimpikan oleh sebagian anggota pramuka, karena melambangkan, keteguhan, keberanian, dan ketelitian.
Setiap regu berjumlah empat orang, dan aku seregu dengan Indah, Mungga dan Diat. Kami pun memulai perjalanan kami saat senior meniupkan peluit mereka.Kami tidak langsung bergegas memasuki hutan tersebut. Sebelumnya kami berdoa terlebih dahulu. Dan Indah tidak seperti malam tadi, dia bukan lagi tembok yang membuatku seperti orang bodoh. Dia terlihat sangat antusias, dan yah ternyata dia orangnya friendly.
”Gimana? Udah siap?” tanya Diat yang membuyarkan lamunan kami beberapa saat.
Kami pun mengangguk tanda mengiyakan pertanyaan Diat.
5 menit perjalanan, kami sudah mendapat dua buah azimat. Oh iya, azimat di sini bermacam-macam. Bisa berupa kertas, daun, botol, atau yang lain-lain. Lalu bagaimana membedakannya dengan kertas atau daun yang lain? Jadi, azimat ini ditandai dengan spidol merah, hanya garis kecil, jadi kami pun harus menelitinya dengan benar.
Tadi, kami memulai perjalanan pukul 9 pas, dan sekarang sudah jam 2 siang. Dan matahari terik tepat berada di atas kepala kami berempat. Karena merasa lelah, kami pun memilih untuk beristirahat sejenak untuk melepaskan penat.
KAMU SEDANG MEMBACA
No One Knows (COMPLETE)
Teen FictionFarah Tania Putri yang kerap disapa Rara, gadis pindahan dari Cibubur ke Bandung dan bertemu dua cowok aneh yang menjadi sahabatnya. Tetapi, satu hal yang mereka tak ketahui ada pada diri masing-masing. "Kita bertiga ini sahabat, kenapa masih menyim...