MAAF ATAS KETERLAMBATAN UPDATENYA🙏
H a p p y R e a d i n g 💕
°°°°
...
“Anggota pramuka kumpul di depan sanggar pramuka, sekarang.” Kata salah seorang kakak tingkat yang merupakan anggota pramuka.
Aku, Mungga, dan Diat kemudian beranjak dari tempat dudukku menuju sanggar pramuka.
“Ada hal apa sih. Kok tiba-tiba disuruh kumpul.” Tanyaku kepada dua temanku.
“Entahlah, mungkin kita akan pergi berkemah di Gunung Tinyawi.” Kata Diat ngasal.
“Seenak lu bersabda Yat.” Balas Mungga.
Terlihat di depan sanggar, sudah banyak sekali anggota pramuka yang berkumpul. Mereka tampak bersemangat. Aku semakin penasaran dengan penyampaian yang akan diumumkan oleh senior.
“Semua sudah berkumpul, kan. Sekarang semuanya masuk ke dalam. Dalam 5 menit kita akan rapat.”
Semua terlihat berlomba-lomba untuk masuk. Aku, Diat, dan Mungga yang paling santai. Bahkan, kami masuk paling akhir.
Saat semua sudah berkumpul, barulah rapatnya akan dimulai.
“Baik. Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.” Ucap kakak ketua pramuka membuka rapat hari ini.
“Waalaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh.”
“Jadi adik-adik, kalian akan berkemah di gunung Tinyawi.”
Seketika aku mematung menatap Diat yang duduk tepat di sebelahku.
“Woy, Yat. Lo bener tauuuu, lo tau dari mana woyyy, gila.” Ucap Mungga yang ternyata lebih histeris dibanding aku.
“Hahaha, gue asal nebak aja sih, jago kan gue?” ucap Diat sombong.
“Yat, kok lo banyak tau sih, dulu sekolah gue, terus rumah gue, dan sekarang lu kok bisa tau kalau kita akan berkemah di gunung Tinyawi?” tanyaku.
“Aduhhhh aduhh, lucu banget sih lo Ra, yah gue cuma nebak asal-asalan doang.” Ucap Diat sambil memukul-mukul kepalaku.
Aku tak percaya sama Diat, sepertinya ada hal yang disembunyikan sama Diat. Karena merasa dihiraukan dengan Diat akhirya aku memilih untuk berhenti menanyakannya kepada Diat.
“Oke, ada yang mau bertanya?” tanya seorang senior yang sudah menyampaikan perihal berkemah.
“Kemahnya kapan kak?” tanya salah seorang junior dari kami.
“Besok, jadi kalian hanya punya waktu hari ini untuk persiapkan barang-barang kalian, ingat kalian hanya bisa membawa perlengkapan pribadi pada saat kemah, tidak ada barang lain yang dibawa selain dari itu.” Tegasnya.
“Kak, ada guru pendamping gak?” tanyaku.
“Ada, guru baru kita. Bu Anita. Oh iya, dia juga sekaligus menjadi pembina baru pramuka kita.”
Mendengar hal tersebut, aku berpikiran kalau sepertinya bu Anita memang datang untuk mengincarku. Tetapi, aku membuang pikiran itu jauh-jauh.
Sepulang dari rapat, aku langsung menuju kelas dan mengambil tasku.
“Mung, cepetan dong kita pulang, mau siap-siap.”
“Iya Ra, tunggu.”
***
Dalam perjalanan, aku menceritakan perihal bu Anita kepada Mungga. Mungga yang mendengar hal tersebut, hanya menyuruhku berhati-hati. Dia cukup khawatir saat aku menceritakannya.
“Tenang aja Ra, kan ada gue sama Diat.” Ucapnya sambil mengusap pucuk kepalaku.
Saat tangannya mengusap kepalaku, aku sontak menepis tangannya, karena tak terbiasa diperlakukan seperti itu.
“Apaan sih lo Mung, mentang-mentang lo tau kelemahan gue, ishhhh.”
Dia hanya tertawa, dan tak terasa kita udah sampai di depan rumah Mungga. Karena mamanya Mungga kebetulan lagi nyiram tanaman di luar, jadi aku menyempatkan diri untuk menyapa mamanya Mungga. Saat aku mau pulang dan berpamitan, Mungga tiba-tiba menarik tanganku.
“Ra, bantuin gue dulu yuk, bentaran doang.” Kata Mungga.
“Lah ngapain?” aku yang mendengar Mungga tiba-tiba meminta bantuan dibuat bingung dengannya.
“Bantuin gue beres-beres dulu Ra, please gue gak tau sama sekali barang-barang untuk kemah.” Katanya mengemis.
Aku yang melihat ekspresi lucunya hanya tertawa dan menuju kamarnya.
Setelah selesai membantu Mungga akhirnya aku berpamitan kepada mamanya Mungga. Sekarang pukul 17.00, dan di perjalanan menuju rumah, kenapa aku teringat akan senja dan sekarang matahari tengah beranjak tenggelam di kaki cakrawala. Andai aku punya banyak waktu, aku akan mampir sebentar, sayangnya waktunya tidak cukup. Aku harus menyiapkan barang-barang untuk berkemah besok.
“Selamat sore, Ma.”
Entah kenapa aku sangat bersemangat untuk kemah besok, aku hanya meminta izin mama dan tentu saja jawaban mama iya.
Papa? Aku tidak perlu meminta izin ke papa kalau mama udah kasih lampu hijau, beda halnya jika aku meminta izin kepada papa terlebih dahulu, pasti papa akan memintaku untuk izin di mama juga.
Kegiranganku dapat menghiraukan segala pandanganku. Aku berlari menuju kamarku dan menyelesaikan semua yang harus disiapkan dalam waktu 30 menit. Beres.
Legah juga, jika semua sudah tidak ada yang mesti dicemaskan. Tidak lagi ku peduli dengan waktu. Entah saat itu jam berapa, aku langsung tertidur. Mungkin, aku kelelahan menyiapkan barang-barang berkemah.
_____________
BANTU VOMENT TEMAN-TEMAN💕💕
Iloveyouuuuuuuuuuu❤
KAMU SEDANG MEMBACA
No One Knows (COMPLETE)
Teen FictionFarah Tania Putri yang kerap disapa Rara, gadis pindahan dari Cibubur ke Bandung dan bertemu dua cowok aneh yang menjadi sahabatnya. Tetapi, satu hal yang mereka tak ketahui ada pada diri masing-masing. "Kita bertiga ini sahabat, kenapa masih menyim...