#22

16 8 0
                                    

H a p p y  R e a d i n g 💓

°°°°

...

Kling kling, kling kling

Sebuah notif yang bersamaan sepertinya berasal dari handphone ku dan Mungga. Sekian detik kami bertatapan, menoleh dengan arah kebingungan. Aku merogoh tasku untuk mengambil hp, begitu pun dengan Mungga yang baru saja mengambil hp dari sakunya.

Dan ternyata pesan itu terkirim di grup Whatsapp kami. Yah, disitu aku hanya bertiga. Pesan masuk dari Diat membuatku menganga tak percaya. Sama halnya dengan Mungga.

Diat : Teman-teman gue yang tersayang, Diat minta maaf, gue mungkin keliatan pengecut dengan melakukan ini, tapi gue juga ga bisa kalo bilang langsung ke kalian. Buat Rara, gue sayang sama lo Ra dan itu tulus. Tapi tenang aja, sebenarnya gue tahu kalau lo ada suka sama orang, tenang sepertinya orang itu juga suka sama lo. Sebenarnya dari ungapan perasaan gue tadi pagi sama sekali ga minta balesan dari lo. Gue sih cukup legah, akhirnya gue bisa ungkapin yang selama ini gue pendam. Dan lo, bentar lagi dapetin apa yang lo mau Ra. Buat Mungga, bro gue nitip sahabat kita cewek satu-satunya yang paling gue sayang lebih dari apa pun. Sumpah dah, sekali pun gue ga pernah bisa terpesona dengan gadis lain gara-gara Rara. Mung, lo jangan pengecut yah jadi cowok. Sehat-sehat lu bro. Jagain Rara yah.

Pesan yang menurutku sangat panjang itu membuatku melongo tak percaya akan isinya. Aku sedikit bingung dengan maksud Diat. Apa yang baru saja dia lontarkan. Apa dia tahu kalau aku suka sama. Ah, aku masih tidak siap menyebut orang yang aku sukai.

***

Munggaran POV

Ah sial. Ada apa dengan Diat, Tuhan. Ceritanya udah mau selesai lagi, kenapa Diat bikin masalah lagi sih. Batinku.

“Mung, maksudnya Diat apa yah?”
Aku hanya mengedikkan bahu tidak tahu apa yang harus aku jawab terhadap pertanyaan Rara.

Aku kemudian meraih kembali hpku kemudian mengetikkan pertanyaan yang sama sekali belum aku tahu.

Maksud lo apaan Yat?

5 menit, 10 menit tidak ada balasan. Dan Diat sekarang hanya centang satu, yang artinya data selulernya sedang dinonaktifkan.

Rara yang terlihat gusar membuatku khawatir dengannya. Tanpa izin Rara, aku menarik tangannya keluar kelas menuju rooftop.

“Eh, tunggu Mung. Mau kemana?” tanya Rara yang kebingungan semenjak aku menarik tangannya.

“Rooftop, Ra.”

Tapi, Rara menggeleng kencang. Dia sepertinya membenci rooftop. Aku berputar melawan arah dan mengubah tujuan awalku. Aku kembali menarik Rara menuju taman depan sekolah.

Brukk.

“Eh maaf tante.” Ucap Rara yang tidak sengaja menabrak seorang ibu-ibu yang baru saja keluar dari ruangan kepala sekolah.

“Eh Rara sama Mungga. Mau kemana kalian?” tanya ibu-ibu tadi.

“Tante, cuma mau ke taman tante.” Jawab Rara.

No One Knows (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang