#13

24 8 0
                                    

NGE-STUCK BANGET SAMPAI 427😭
UP-IN DONG:")

H A P P Y  R E A D I N G 💓

.

“Ra, lo mau makan di mana?” tanya Diat.

“Terserah, ga usah nyebrang jalan dan ga usah jauh-jauh. Eh,Kita makan bakso aja yuk.”

Mereka tidak ada yang menentang perkataanku. Tidak ada juga yang mengiyakan perkataanku. Si dua anak aneh yang pernah aku kenal ini langsung berjalan menuju penjual bakso. Mereka meninggalkanku. Sial. Tapi aku sayang hehe.

Usai makan, aku kembali ke bus lebih dulu. Aku tidak kepikiran tentang bu Anita. Ada satu yang memakai baju pramuka di atas sana. Dan aku tidak salah, itu hanyalah salah satu peserta kemah.

“Raraaaaa.” Suara nyaring menyapa diriku, sontak membuatku kaget, padahal aku baru hendak melangkahkan kakiku untuk masuk ke mobil.

“Lo kok main kabur aja, baksonya belum lo bayar, ishh.” Kata Mungga.

“Pfttt, hahaha.” Aku tertawa terbahak-bahak. Betapa cerobohnya aku sampai lupa membayar makananku.

Akhirnya, aku kembali ke warung makan dan membayar makananku. Saat aku kembali, mobil sudah ramai dengan peserta. Sepertinya, busnya akan berangkat.

Melalui perjalanan selama 4 jam lamanya cukup membosankan. Tapi ada satu hal yang mengusir pikiran mengenai bosan, yaitu kebisingan merdu yang dilontarkan seluruh peserta kemah.  Kami menyanyikan lagu-lagu pramuka, salah satunya yang ini.

Rajin terampil dan gembira
Senantiasa praja muda karana
Sopan dan tak kenal rasa sombong
Bersahabat setia suka menolong

Yayayaya, itulah pramuka
Pramuka sejati
Sejati kata dan prilakunya

Yayayaya, itulah pramuka
Pramuka sejati
Sejati kata dan prilakunya...

Menyenangkan, bukan? Tentu saja dengan bernyanyi kita bisa mengusir semua rasa gundah yang ada dalam hati. Bahkan, saat sibuk bernyanyi ria di atas mobil tanpa kita sadari kita sudah berada tepat di depan gapura gunung Tinyawi.

Satu per satu dari kami, mengambil barang dan turun dari mobil. Sebelum masuk ke dalam, kami disuruh berbaris.

Yah, berbaris, berkumpul, bubar, semua harus bersama-sama. Memang seperti itu jiwa seorang pramuka. Jiwa seorang pemimpin.

“Oke, jadi dimulai dari barisan paling kanan, sampai paling ujung sebelah kiri, berhitung dimulai.” Perintah berhitung yang diajukan senior bertujuan agar nanti di atas sana kita tetap bertahan sesuai dengan banyaknya saat kita dikumpulkan pertama kali.

Jumlahnya semua tepat 40 orang. 25 orang putra dan 15 orang putri. Setelah berhitung, senior kembali memerintahkan kami untuk tetap berbaris dengan teratur.

“Yah, sama seperti tadi, dimulai dari baris paling kanan lalu di sampingnya kita naik ke gunung Tinyawi. Tetap jaga barisan.” Kata senior tegas.

Sekitar 15 menit perjalanan, kita sudah sampai pada puncak gunung Tinyawi. Kami belum dibubarkan.

“Baik, teman-teman. Sebelum semua membangun tenda, saya akan membagi kelompok kalian. Jadi untuk putri terdiri dari 3 kelompok, dan untuk putra terdiri dari 5 kelompok, jadi masing-masing kelompok ada 5 orang.”

Yup, aku terpisah dengan Mungga dan Diat. Baru kali ini aku tidak bersama dengan kedua sahabatku ini. Tetapi, yang membuatku iri, karena mereka tetap bersama dalam satu kelompok. Ah, andai saja aku juga laki-laki, sudah pasti aku sekelompok dengan mereka.

No One Knows (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang