#4

54 17 0
                                    

H a p p y   R e a d i n g 💓

***

Perihal apa yang mau aku pastikan, aku akan cerita di sini. Jadi, semalam aku melihat ada seseorang yang meminta pertolongan, bukan kepadaku tetapi kepada orang lain. Dan saat ia meminta tolong, aku melihat warna suara yang jujur tapi ragu.

Ketika mereka berbicara, aku sebenarnya mendengar percakapan mereka. Yang aku dengar, sedikit samar. Tetapi, ada hal yang pasti yang aku dengar.

Seseorang yang meminta pertolongan tersebut, sebenarnya aku pernah melihatnya di sekolahan. Tetapi, aku tidak tahu namanya, karena aku masih baru di sekolah.

Jadi, aku tidak tahu kepada siapa ia meminta bantuan, yang jelas dia berkata ibunya sedang sakit, dan dia membutuhkan dana sebanyak 12 juta. Tentu saja, sewaktu mendengar hal tersebut aku kaget. Dan di sinilah aku melihat warna yang berbeda keluar dari mulut anak itu. Dan aku juga mendengar kamar ibunya dirawat, yaitu kamar 104 A lantai bawah.

Sebenarnya aku tidak terlalu peduli sebelumnya. Tetapi, jika perkataan yang dilontarkan anak itu niat untuk berbohong, aku merasa kasihan kepada ibu-ibu yang uangnya diberi sia-sia. Biar saja, ibu itu orang kaya, tetapi bagaimana jika dia dibohongi. Akhirnya, aku memilih untuk mengecek, apa benar ibunya sakit. Jika memang dia berbohong, aku bisa dengan mudah mencarinya, karena aku merasa dia salah satu siswa di sekolahku.

***

Menempuh perjalanan sekitar 10 menit, akhirnya aku dan Mungga telah sampai di rumah sakit.

“Mung, lo mau ikut gue ke dalam, atau nungguin disini?” kataku mengajak Mungga.

“Gue ikut lo aja deh, soalnya bosan kalo nungguin di sini.”

Akhirnya Mungga ikut denganku. Di dalam rumah sakit, aku selalu memberitahu Mungga kalau aku mencari kamar nomor 104 A. Tidak terlalu sulit untuk menemukan kamar yang disebutkan anak tersebut, akhirnya aku mendapatkannya.

Aku tidak berani masuk ke dalam kamar tersebut, aku hanya melihat-lihat dari pintu yang kebetulan ada kaca transparan yang membuatku bisa melihat jelas ke dalam. Alhasil, apa yang aku lihat tidak ada seorang pun yang dirawat di kamar 104 A tersebut.

“Ra, lo cari siapa sih? Kok gak ada orangnya?” Mungga merasa bingung.

“Ya itu dia Mung, gue sebenarnya mau mastiin apa bener ada seseorang yang dirawat di kamar 104 A atau ngga?” jawabku.

“Kenapa ngga kita tanyain ke bagian administrasi dulu?” saran Mungga.

“Ide yang bagus.”

Aku lalu melewati langkah Mungga dan berjalan menuju tempat administrasi.

“Permisi, suster aku mau bertanya nama seseorang yang dirawat di kamar 104 A?”

“Oh, kamar 104 A yah, berarti di bawah. Sebentar, saya akan mencarinya.”

“Terima kasih sus.”

Sementara suster mencarinya cukup lama, Mungga menanyakan sebenarnya apa yang terjadi. Akhirnya aku memilih untuk menceritakan Mungga yang sebenarnya sambil menunggu suster mendapatkannya. Aku tidak memberitahu perihal aku bisa melihat warna suara yang jujur awalnya tetapi tiba-tiba berubah menjadi warna yang berbohong, dan aku menjelaskan bahwa aku pernah melihat anak itu di sekolahan.

No One Knows (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang