Sejak perkenalannya dengan Lula tadi, Marcel tak henti-hentinya memandang gadis yang kini duduk di hadapannya sembari menikmati hidangannya. Dia semakin gencar untuk mengajak Lula bicara. Tidak seperti biasanya, yang selalu bersikap acuh tak acuh pada setiap wanita yang merayunya.
Galang yang memperhatikan hal itu benar-benar tidak habis pikir. Galang menarik tangan baju Marcel, pria itu sepertinya keberatan saat matanya harus berpindah objek menatap Galang.
Marcel berdecak saat Galang terus menerus menarik tangan bajunya. "Apa?" tanyanya ketus.
"Jadi, apa lo tertarik sama Sekretaris gue?" pertanyaan Galang berhasil mengubah ekspresi kesal di wajah Marcel hilang. Marcel tersenyum lebar. Galang tercengang melihat pengakuan Marcel.
"Dia cantik, kan?" tanya Marcel pelan sesekali melirik Lula yang masih fokus menghabiskan makanannya.
"Cantik?" Marcel mengangguk seraya tersenyum. "Mata lo juling?" tanya Galang. Marcel mendelik sinis pada Galang.
"Ayo tukaran Sekretaris." bujuk Marcel, Galang menyandarkan dirinya. Dia melirik pada pria yang duduk tak jauh dari meja mereka.
Sebenarnya Sekretaris Marcel tak jauh berbeda dengan Lula, dia sama-sama pendiam dan memakai pakaian yang kuno, rambutnya klimis dan juga kacamata tebalnya. Hanya saja ini versi laki-lakinya.
"Em.. Gue menolak keras," jawab Galang berbisik
"Kenapa?"
"Versi perempuan aja gue udah sumpek, apa lagi cowoknya. Kayaknya mereka jodoh." Marcel berdecak, dia kembali melanjutkan makannya sembari menatap Lula.
"Pak, saya pamit ke toilet dulu." izin Lula. Dia berdiri dan menunduk hormat, setelahnya pergi dari hadapan kedua pria itu.
"Jangan lama-lama," kata Marcel dengan suara pelan.
Galang merasa muak melihat sikap sahabatnya ini, Marcel telah menjadi budak cinta Lula. "Jangan terlalu memuja begitu, berlebihan amat jadi orang."
"Kayak lo gak gitu aja." Tak lama Lula kembali, tapi ada yang beda darinya. Pakaian dan rambutnya basah. Dia terlihat risi dengan penampilannya itu, sehingga dia menunduk saat berjalan tadi.
"Kamu habis tenggelam?" tanya Galang memperhatikan Lula.
Lula mendongak menatap Galang. "Maaf, Pak. Keran wastafelnya rusak." Lula mencoba menjelaskan. Dia kembali menunduk saat mata Galang menatapnya tajam.
"Em, Lula, pakai jas saya saja," ujar Marcel sembari berdiri dan membuka jasnya, dia melangkah mendekat pada Lula, dan menyampirkan jasnya pada tubuh Lula. "Pasti kamu kedinginan."
"Terima kasih, Pak. Tapi sepertinya tidak perlu." tolak Lula, dia melepaskan jas Marcel. "Saya akan mengganti pakaian saya, kebetulan saya membawa seragam ganti." sambung Lula.
Seragam ganti?-- batin Galang bertanya-tanya.
Dia mengingat sesuatu tentang rok panjang yang tadi pagi Lula pakai. "Lula." panggil Galang.
"Saya, Pak."
"Seragam ganti mu.... Apa yang tadi?" tanya Galang penasaran. Lula mengangguk sembari membetulkan kacamatanya. Galang menghela nafas. "Jangan pakai itu lagi di hadapan saya, lebih baik kita pulang saja." Galang berdiri dan pergi dari sana. Lula yang bingung segera menyusul Galang setelah berpamitan dengan Marcel.
"Huh.. Galang." keluh Marcel.
***
Di dalam mobil, Lula merapatkan jasnya, saat udara AC menyelimuti pakaiannya yang basah. Galang memperhatikan Lula tidak suka. "Lain kali jangan ceroboh."
KAMU SEDANG MEMBACA
Lula The Secretary
Teen FictionGalang Andrian, harus menerima kenyataan pahit, di saat sang Ayah mengganti Sekretarisnya yang juga kekasihnya dengan seorang gadis culun yang bernama Lula Lailla. Lula adalah Sekretaris Galang, yang di pilih sendiri oleh Farhan Adrian yang merupak...