Baru mengetuk satu kali, pintu kamar Galang sudah terbuka. Galang segera menarik tangan Lula untuk masuk. Tentu saja Lula terkejut dengan perilaku Galang.
Dengan cepat Galang menutup pintu kamarnya kembali, dan menyandarkan Lula di balik pintu itu. Sorot matanya fokus menatap Lula. Sehingga yang di tatap pun merasa canggung.
"A-ada apa, Pak?" tanya Lula tergagap.
"Kamu setuju dengan usul bi Tanti?" Lula mengerutkan dahinya. Sedetik kemudian dia mengangguk.
"Hanya berkenalan, Pak. Tidak masalah, kalau pun jodoh, dia akan menjadi pendamping hidup saya nantinya."
"Kenapa kamu gampangan sekali, Lula?!" Tanpa sadar, Galang telah bicara dengan nada tinggi. Mungkinkah karena emosi?
"Maksudnya, Pak?"
"Bahkan kamu belum pernah melihat Aldi sedikit pun." Lula terdiam. Galang mendekatkan wajahnya pada telinga Lula. "Aldi sangat jelek," bisiknya kemudian. Lalu kembali menarik kepalanya, dan mengangguk meyakinkan Lula.
"Tapi, bibi Tanti sudah melihatkan foto kak Aldi, Pak."
"Kak?!!" seru Galang. "Kamu sudah panggil Aldi dengan sebutan 'Kak'?"
"Bibi Tanti yang menyuruh seperti itu, biar terkesan akrab. Dan, kak Aldi juga sangat tampan, saya suka."
"Semudah itu?" Lula mengangguk. "Dasar wanita tidak mempunyai prinsip." Setelah mengatakan itu, Galang menarik Lula dan membuka pintu kamarnya, dia pergi meninggalkan Lula yang berdiri terpaku.
"Ada apa dengan pak Galang?" gumam Lula.
***
Malam harinya, Galang tidak bisa memejamkan matanya, dia kesulitan untuk tidur. Sudah berbagai macam posisi tidur ia coba. Tapi hasilnya nihil. Pada akhirnya, dia memilih untuk duduk dan menyandarkan punggungnya di sandaran ranjang.
"Aish.. Kenapa Lula bodoh sekali?"
Galang menendang selimutnya sampai terjatuh di lantai. Galang kembali berdecak, dan menolah ke arah nakas, di sana terdapat bingkai foto potret Aldi yang sedang memakai pakaian tentara lengkap bersama bi Tanti dan paman Ando.
"Kenapa bisa ada fotonya di sini." Dengan cepat Galang merebahkan bingkai foto itu. Sulit di percaya, kini wajah Aldi terlihat seperti wajah pesaing baginya.
***
Ke esokan paginya. Bibi Tanti terlihat sibuk menyiapkan hidangan di meja makan. Lula yang baru saja keluar dari kamarnya, segera menghampiri bibi Tanti.
"Wah, Bibi masaknya banyak sekali."
"Iya, Nak. Kamu tau? Aldi pulang hari ini," ujar bi Tanti dengan wajah sumringah.
"Sunggh? Ini kabar baik, Bi. Tapi, bukannya besok?"
"Entahlah, yang jelas Aldi sudah pulang, dan paman Ando sedang menjemputnya." Senyum bi Tanti tidak sedikit pun meredup. Dan Lula bisa merasakan kebahagiaan itu.
"Apa pak Galang sudah tau?" tanya Lula. Bi Tanti menghentikan kegiatannya. Dan menepuk dahinya.
"Astaga, Bibi lupa. Tadi Galang terburu-buru berangkat kerja, katanya Marcel baru saja menghubunginya."
"Kenapa tidak memberitahu Lula?"
"Dia tidak tega membangunkanmu."
"Kalau begitu, saya akan menelepon pak Galang dulu, Bi."
"Baik, Nak." Lula berlalu pergi dari hadapan bi Tanti.
***
Di tempat lain. Galang dan Marcel sedang berbincang tentang pekerjaan. Mereka sama-sama serius. Mungkin karena tidak ada Lula yang selalu mengalihkan perhatian mereka.
"Bahan-bahan yang kita inginkan sudah di pesan."
"Jadi lo pakai saran dari Lula?"
"Sesuai kemauan lo." Galang mengangguk membenarkan. "Kwalitas bahan tidak beda jauh dengan bahan baku yang biasa kita pakai. Untuk bahan ini 86%, sedangkan bahan baku yang biasa kita pakai 90%."
"Selisih 4%?" Marcel mengangguk. "Sebagus itu bahan baku yang baru?"
"Ternyata tidak buruk juga. Dan benar kata Lula, banyak perusahan luar yang mengimport bahan baku dari negara kita."
"Baiklah, kalau hasilnya memuaskan, kita pertahankan saja."
Tidak lama ponsel Galang berdering, nama Lula tertulis di layar ponsel. Galang tersenyum kecil.
Dia mencariku.- batin Galang.
"Halo, Lula?" Marcel yang mendengar Galang menyebut nama Lula seketika melebarkan matanya, dia hendak protes dan memaki Galang.
"Panggil namanya lembut sekali." Cibir Marcel, Galang tersenyum penuh kemenangan. Tapi sesaat kemudian senyum itu hilang, terganti dengan wajah ke terkejutan yang amat kentara.
"Apa?! Aldi pulang sekarang?!" Galang berdiri dari duduknya, tangannya terkepal kuat. Dengan cepat Galang mematikan ponselnya.
"Lula kenapa?"
"Lo pakai apa ke sini?" Alih-alih menjawab, Galang malah balik bertanya.
"Motor."
"Kuncinya mana?" Dengan wajah polos, Marcel menyerahkan kuci motornya pada Galang. Galang segera mengambilnya.
"Lo pulang pakai mobil paman Ando," kata Galang sebelum dia pergi dari sana. Dan Marcel hanya bisa tercengang.
Di perjalanan, tak henti-hentinya Galang mengumpat, menekan klakson dan mempercepat laju motornya. Baru kali ini Galang ingin memiliki ilmu menghilang, atau meminjam pintu ajaib milik Doraemon. Kalau benar begitu, Galang akan segera membawa Lula pergi dari rumah paman Ando.
Beberapa saat kemudian, Galang menghentikan motor Marcel di pekarangan rumah, dengan terburu-buru dia turun dari motor itu, langkahnya semakin cepat saat di lihatnya mobil paman Ando sudah lebih dulu terparkir di sana.
Galang berlari, mencari-cari keberadaan Lula, saat dekat ruang keluarga, sayup-sayup Galang mendengar suara tawa dari bibi Tanti dan paman Ando.
"Lula, ayo kemari," panggil bibi Tanti.
Galang semakin mempercepat langkahnya, namun langkahnya terhenti saat di lihat Lula baru saja keluar dari kamarnya. Gadis itu masih mengenakan kacamata tebalnya seperti biasa, hanya saja wajahnya terlihat lebih bercahaya dan berseri, sampai-sampai Galang sulit mengalihkan tatapannya.
"Aldi ini Lula."
Galang tersadar dari lamunannya, mendengar bi Tanti memanggil nama Aldi, membuat Galang kembali mengingat tujuannya, tanpa berpikir panjang, Galang melangkah lebar menghampiri Lula. Semua mata beralih padanya.
"Nah, Galang baru datang," kata paman Ando. Tapi Galang mengabaikan itu, tujuannya hanya satu, yaitu Lula.
Galang menarik tangan Lula, satu tangannya lagi mendorong tengkuk Lula, dengan satu gerakan, Galang mencium bibir Lula di hadapan bibi Tanti, Paman Ando dan juga Aldi.
Mereka semua tercengang, terkejut dengan sikap dan perilaku Galang, begitu pun Lula, dia benar-benar terkejut, bahkan matanya melebar. Dan Galang tidak peduli dengan semua orang yang ada di sekitarnya. Galang kembali menekan tengkuk Lula, memperdalam ciumanannya, menyalurkan segala perasaannya terhadap Lula.
***
*Bersambung*
Double, double....
Jangan ada yang ngutuk aku, ya, karena ceritanya bersambung di saat lagi kissing 😂😂😂
KAMU SEDANG MEMBACA
Lula The Secretary
Teen FictionGalang Andrian, harus menerima kenyataan pahit, di saat sang Ayah mengganti Sekretarisnya yang juga kekasihnya dengan seorang gadis culun yang bernama Lula Lailla. Lula adalah Sekretaris Galang, yang di pilih sendiri oleh Farhan Adrian yang merupak...