Bagian 12

6.7K 446 31
                                    

"Lula." panggilan itu menyambut kepulangan Lula yang barus saja masuk ke dalam rumahnya.

Tampak Rena duduk di sofa pink yang melengkapi isi di ruang tamu rumah kecil mereka. Lula mengerutkan dahinya, merasa tumben karena di sambut dengan Rena.

"Kamu udah pulang? Ini udah malam, kamu belum tidur? Kamu sampai rumah jam berapa?" rentetan pertanyaan Lula membuat Rena menghela nafas kasar.

"Yang ada gue nanya sama lo, kenapa baru balik, ini udah malem tau, lo pulang di anter siapa tadi? Gak mungkin sama taksi online, kan?"

"Sama pak Galang. Rena, koper kita tertukar, kamu bagaimana di sana? Apa kamu kesulitan untuk mencari pengganti pakaian yang akan kamu pakai?"

Rena mengerucutkan bibirnya. "Udah dekat sama pak Galang ya lo, kok gak cerita." Rena lebih antusias dengan cerita Lula dan Galang, di banding pertanyaan Lula tentang koper mereka yang tertukar, yang jelas-jelas kejadiannya sudah lewat.

"Kenapa kamu jadi bahas pak Galang? Aku mengkhawatirkan pemotretanmu." seru Lula.

Rena tergelak melihat Lula yang kesal. "Gimana? Pak Galang ngomong apa di saat liat lo pake gaun gue?"

"Em.. Dia terlihat aneh, tapi bagaimana denganmu? Pasti kamu di tertawakan karena pakaianmu."

Rena berdecak, dia beranjak dari duduknya kemudian berjalan menuju kamarnya, tak lama kemudian dia keluar dengan membawa paper bag.

"Nih, baju lo di sini, gue ya bawa baju gue lah kesana."

"Maksud kamu?"

Rena merangkul Lula. "Gue sengaja tukar baju lo sama baju gue, biar Galang tau gimana cantiknya lo."

"Rena... Aku khawatir denganmu selama di Bandung, tapi ternyata semua itu perbuatan mu."

"Ih, kok marah? sorry deh, abisnya gue kesel sih, denger cerita lo yang bilang pak Galang selalu bandingin lo sama mantan pacarnya itu."

"Iya, tapi kan gak gini juga."

"Iya, maaf. Jadi gimana selama di sana siapa yang tertarik sama lo?"

Lena terdiam sejenak. "Siapa ya? Aku rasa gak ada."

"Masa? Lo gak sadar kali."

Lula mengedikan bahunya. "Tapi temannya pak Galang, banyak tanya sama aku. Namanya Fajar dan Reza. Mereka termasuk kolega pak Galang."

"Nah, itu bagus tuh. Tuh apa kata gue, lo tuh cantik, nyatanya banyak yang suka sama lo, kan?"

"Suka apa? Belum tentu suka."

"Iya pokoknya gitu lah. Besok lo harus bangun pagi ya."

"Mau apa?"

"Liat aja besok." setelah itu Rena berlalu pergi meninggalkan Lula yang kebingungan.

***

Besok paginya. Waktu masih menunjukan pukul 4 pagi, tapi pintu kamar Lula sudah berisik di ketuk oleh Rena.

"Lu, bangun!"

Tok! Tok! Tok!

Cukup lama bagi Rena berdiri di depan pintu Lula yang tak kunjung terbuka. Gadis itu menghela nafas panjang-panjang lalu kembali mengetuk kamar Lula, kali ini lebih kencang.

"Lula!" Teriakan itu berhasil masuk ke dalam mimpi Lula, sehingga Lula tersadar dari tidurnya, dia mengerang saat mendengar teriakan Rena. Lula bergegas bangun dari rebahannya menuju pintu kamarnya, membuka perlahan karena dirinya belum sepenuhnya tersadar.

"Apa sih, Ren?" Tanya Lula dengan suara serak.

"Bangun, ini udah jam 4." Lula menoleh ke arah jendela kamarnya, di luar masih tampak gelap.

"Ini masih gelap, aku rasa pak Galang juga masih di dalam dunia mimpinya."

"Jangan bercanda, gue bilang kan semalam lo bangun pagi-pagi banget."

"Kamu mau jogging?" Rena menggeleng cepat.

"Ayo keluar, ikut gue." Dengan sangat terpaksa, Lula keluar dari kamarnya. "Lo mandi dulu, ya." Rena menyampirkan handuk di bahu Lula.

Dengan berat hati, Lula pun masuk ke kamar mandi dengan mata yang hampir terpejam karena menahan kantuk.
Beberapa saat kemudian, pintu kamar mandi terbuka menampilkan Lula dengan balutan handuk, kali ini matanya terbuka lebar.

Rena yang sedari tadi berdiri di depan pintu kamar mandi tersenyum saat melihat Lula. "Sekarang lo pakai baju ini." Rena menyerhakan baju setelan kerja pada Lula.

"Ini buat apa?" tanya Lula.

"Buat lo bakar. Ya, buat lo pakai lah."

Lula segera mengambilnya. Rena mendorong tubuh Lula untuk masuk ke dalam kamarnya. "Pakai yang rapi ya."
Rena segera menutup pintu kamar Lula. "Kali ini Lula harus terlihat cantik."

Hampir 15 menit, Lula tak kunjung keluar, Rena yang merasa bosan menunggu Lula, segera membuka pintu kamar sahabatnya itu. Tampak Lula sedang mencoba menurunkan rok sepan merah maroon-nya.

"Rena ini terlalu pendek, sepertinya kekurangan bahan. Sebaiknya aku pakai celana saja."

"No! Pakai celana yang Over big? Lo bukan emak-emak hamil yang pakai baju serba longgar ya, Lu."

"Tapi ini enggak nyaman. Rok-nya terlalu pendek. Aku risih."

"Itu menurut lo pendek. Batas tuh Rok cuma 3 senti di atas lutut lo, kesannya pendek, itu karena kaki lo jenjang."

"Tapi aku gak nyaman, Ren."

"Udah, gak apa-apa, ayo!" Rena segera menarik tangan Lula dan membawanya masuk ke dalam kamarnya.

"Kamu mau apa? Kenapa ada koper mini di sana?"

"Itu tas make up gue, dan lo mau gue make over. So, lo diem aja." Rena segera menuntun Lula untuk duduk di meja riasnya.

"Ren, aku juga punya make up kok," kata Lula mencoba untuk menghindar dari Rena.

"Make up lo cuma bedak bayi sama lips tint, itu lo bilang make up?"

"Aku punya alas bedak." sahut Lula.

"Foundation lo palingan juga udah Expired,  usah lo diem aja." Rena menahan pundak Lula untuk tidak pergi. "Gue mulai ya, lo merem aja." pada akhirnya, Lula mengalah dab memilih memejamkan matanya.

***

*Bersambung*

Hola... Aku kembali.

Ada yang rindu Galang dan Lula?

Dan siapa yang penasaran sama kelanjutan cerita ini?

Lula The SecretaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang