Galang memperhatikan Lula dari belakang. Dia melihat penampilan Lula yang begitu membosankan. Rambutnya yang berminyak membuat Galang risi di buatnya.
"Lula." panggil Galang akhirnya.
"Saya, Pak."
"Kamu suka ke salon?" tanya Galang.
"Belum pernah, Pak," jawab Lula jujur.
"Belum pernah?!" Lula mengangguk. "Kamu ini perempuan jenis apa, Lula? Lihat rambutmu, berminyak dan lepek, kamu keramas dengan minyak goreng merek apa?"
Lula menyentuh rambutnya. "Saya keramas dengan shampo, Pak."
Galang berdecak. "Dan, apa kamu punya model baju yang lain? Kenapa bajumu seperti malaikat maut?"
"Apa anda pernah melihat malaikat maut, Pak?" tanya Lula.
"Lula, jawab saja pertanyaan saya." tegas Galang.
"Semua pakaian saya seperti ini, Pak."
"Sangat kuno," cibir Galang.
"Terima kasih, Pak," ucap Lula. Galang berdecak lagi.
Mobil berhenti di pintu masuk kantor. Lula segera membukakan pintu untuk Galang. Sampai seorang wanita berteriak memanggil nama Galang.
"Galang!" Galang dan Lula menoleh bersamaan. Seorang wanita berlari ke arahnya.
"Lula, selamatkan saya." harap Galang.
Dengan reflek, Lula merentangkan tangannya menghadap Galang. Dorongan dari perempuan itu membuat kaca mata Lula terjatuh.
"Ish, siapa sih dia? Galang, aku kangen kamu," ucap Wanita itu.
Galang segera memerintahkan security untuk membawa wanita gila itu. "Galang, aku masih sayang kamu, ish lepasin, Galang!!" panggil wanita itu.
"Dasar wanita gila." umpat Galang. Galang memperhatikan Lula yang masih berdiri di hadapannya dengan menunduk. "Kenapa kamu?"
"Maaf, Pak, bisa carikan kaca mata saya? Saya tidak bisa melihat dengan jelas bila tanpa kacamata itu."
"Kamu menitah saya?" sontak Lula menatap Galang.
Bisa dia lihat dengan jelas wajah Lula tanpa kacamata. Lula memiliki mata hazel yang teduh. Sehingga siapa pun yang melihatnya ingin berlama-lama menatapnya.
"Bukan, Pak, bukan begitu, saya tidak tahu kacamata saya ada di mana," ujar Lula mencoba menjelaskan.
Galang mengambil kaca mata Lula yang jatuh tepat di bawah kakinya.
"Ini, cepat pakai, jangan sampai orang lain melihat mu seperti itu." setelahnya Galang pergi meninggalkan Lula.
Lula menunduk hormat. Dia menghela nafas panjang saat melihat Galang tidak lagi di hadapannya. Lula segera berlari menyusul Galang.
***
"Jadi Lula, kamu sudah punya pacar?" tanya Galang saat melihat Lula membenarkan kacamatanya.
Lulas tersenyum singkat. "Pak, anda memiliki rapat hari ini pukul satu nanti setelah makan siang di resto One, bersama nona Nadia." tidak mau menjawab pertanyaan Galang yang menurut Lula sangat privasi. Lula pun mengalihkan pembicaraan.
"Lula saya bertanya," kata Galang. "Oh iya, benar. Mana ada pria yang mau denganmu, kamu sangat membosankan. Lula kamu tidak niat untuk mengganti gaya mu?" Tanya Galang lagi. Lula berusaha tersenyum walau sebenarnya dia merasa risi dengan pertanyaan Galang.
"Maaf, Pak. Saya sudah nyaman dengan gaya saya." Akhirnya Lula hanya mampu berkata demikian, walau pun sebenarnya dia merasa kesal. "Kalau tidak ada lagi yang mau di sampaikan, saya pamit dulu. Permisi." Lula menunduk hormat, kemudian dia pergi dari ruangan Galang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Lula The Secretary
Ficção AdolescenteGalang Andrian, harus menerima kenyataan pahit, di saat sang Ayah mengganti Sekretarisnya yang juga kekasihnya dengan seorang gadis culun yang bernama Lula Lailla. Lula adalah Sekretaris Galang, yang di pilih sendiri oleh Farhan Adrian yang merupak...