Bagian 31

3.2K 313 45
                                    

Setelah beberapa hari berada di kampung halaman. Akhirnya Lula kembali ke Jakarta bersama Galang.

Usai berpamitan dengan Santo dan Ratih, yang tentunya memberi segudang pesan dan petuah, Lula dan Galang pun kembali ke dunia kerja mereka.

Saat ini mereka sedang berada dalam perjalanan pulang, tentunya Galang yang menyetir. Sepanjang perjalanan, Galang tak henti-hentinya menyurutkan senyumnya. Sehingga membuat Lula penuh tanya.

"Ada apa?" tanya Lula penasaran.

Galang menoleh singkat. "Kamu enggak bahagia hari ini?"

Lula mengerutkan dahinya, sembari menggeleng lemah, dia menjawab, "untuk?"

"Abah sudah setuju dengan hubungan kita. Aku sudah mengalahkan Dadang." Galang menghela nafas panjang, "sungguh ini pertarungan yang berat," keluhnya.

"Pertarungan apa? Kamu tidak berkelahi."

"Bagi aku ini seperti pertarungan, Lula." Setelah menoleh pada Lula sekilas, Galang kembali tersenyum.

"Lula, Dadang pernah melihat kamu tanpa kacamata?"

"Pernah," jawab Lula seadanya.

"Kapan?" tanya Galang penuh selidik.

"Dadang teman sekolah saya, jadi dia hafal betul bagaimana saya."

Galang menyebik. "Seharusnya aku beli saja sekolah kalian itu, setelah itu aku akan mengeluarkan Dadang, atau memindahkannya ke luar negeri, biar enggak perlu ketemu kamu."

Lula tergelak seketika. "Itu dulu, sebelum aku mengenalmu, pastinya." Tawa Lula belum menghilang, Galang memperhatikan wajah Lula yang berseri.

"Apa jadinya kalau ayah dan bunda tau tentang kabar baik ini," gumam Galang.

***

Setelah melewati berkilo-kilo meter perjalanan. Akhirnya mereka telah sampai pada rumah Galang.

Sebenarnya Lula ingin kembali saja ke kontrakannya, hanya saja Ranti sudah lebih dulu berpesan agar Galang membawa Lula pulang. Alasannya karena 'Rindu'.
Rindu memang menyakitkan.

Galang dan Lula memasuki rumah besar itu, di ruang utama sudah ada Ranti dan Farhan menyambut mereka dengan gembira.

"Ya Tuhan, Bunda kangen sama Lula!"  seru Ranti berlari memeluk Lula.

Farhan dan Galang hanya bisa geleng-geleng kepala melihat sikap Ranti.

"Bunda, jaga sikap, dong."

Ranti mengabaikan ucapan Galang, tatapannya lebih terfokus pada Lula yang kini tersenyum sungkan padanya.

"Kamu semakin cantik saja, Sayang," puji Ranti tulus.

"Makasih, Bu."

"Bunda! Bun-da." Eja Ranti. Lula hanya tersenyum.

"Bun, ayo bawa Lula masuk, kasihan, Lulanya lelah tuh kayaknya."

"Oh, iya, benar. Ayo, Sayang masuk." Ranti membawa Lula ke dalam.

Sedangkan Galang hanya tercengang saja di tempatnya. "Galang enggak percaya ini, bunda lebih care sama Lula di banding anak kandungnya sendiri."

"Sabar, ini cobaan." Farhan terkekeh. "Bagaimana hasilnya?"

Galang menatap Farhan lekat, dengan sengaja dia memasang wajah kecewa. Sedangkan Farhan terlihat menunggu jawaban Galang.

"Hah... Kayaknya gagal, ya?"

Bibir Galang mengembang membentuk senyuman. "Ayah salah, Galang diterima kok sama anaknya Lula."

Lula The SecretaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang