Bagian 8

7.4K 492 17
                                        

"Permisi, Pak, maaf saya telat," kata Lula.

Galang menoleh, dan dia amat sangat terkejut melihat penampilan Sekretaris nya itu. "Lula?!" seru Galang. Galang merasa tak percaya, dan sungguh dia terpesona dengan penampilan Lula saat ini.

"Iya, Pak, maaf saya lama," ucap Lula semabri menunduk ketakutan.

"Wah, kekasih baru mu Galang?" tanya salah satu teman Galang. Galang menoleh, dia tersenyum ragu.

"Bukan, Pak, saya Sekretarisnya Pak Galang," jawab Lula.

Kedua pria itu tersenyum lembut pada Lula, keduanya berjalan mendekati Lula. "Siapa namamu? Kita belum berkenalan."

Lula merasa risi dan canggung, dia menatap Galang. "Itu..."

"Ayo, Lula, kita harus bertemu dengan pemilik pesta dulu." Galang segera menarik tangan Lula dan menjauh dari kedua teman bisnis Galang itu.

Alih-alih membawa Lula ke pak Rudi, Galang malah membawa Lula keluar Ball room, tapi tetap saja Lula merasa bersyukur, karena Galang dapat mengertinya. "Jadi, ini benar kamu, Lula?" tanya Galang setengah berbisik. Saat ini mereka sedang menyusuri jalan setapak di taman.

Lula menoleh pada Galang. "Maaf, Pak, bila penampilan saya berlebihan, karena koper saya tertukar dengan koper teman saya." Sesal Lula.

"Dan saya yakin, kamu akan tetap menjadi pusat perhatian kalau koper kamu tidak tertukar."

"Kenapa?"

"Karena bisa jadi, kamu memakai kebaya pernikahan atau bahkan setelan pakaian malaikat mautmu itu saat ini." Lula terdiam.

"Maaf, Pak."

"Dimana kacamata tebalmu?"

"Oh, saya menggunakan lensa kontak, Pak."

Galang mengangguk. "Rambutmu indah, kenapa di kantor selalu kamu gulung?"

"Saya tidak leluasa kalau harua menggerai rambut di saat bekerja."

"Jadi Kenapa tidak kamu berpenampilan seperti ini setiap harinya?" Tanya Galang sekali lagi.

"Memakai gaun?! Maaf, Pak saya masih butuh uang, pak Farhan akan memecat saya, bila saya mencari sensai di kantornya."

Galang tergelak. "Kenapa? Bos mu itu saya, bukan ayah."

"Tapi saya bekerja di kantor itu karena pak Farhan dan bu Ranti." Galang mengangguk.

"Lula, kamu terlihat cantik malam ini." Puji Galang tulus semabri menatap wajah Lula yang terpantul cahaya bulan.

Lula menoleh pada Galang, wajahnya bersemu merah. "Terima kasih, Pak."

"Saya masih heran sama kamu, kenapa bisa kamu menyembunyikan kecantikan kamu ini di balik kacamata tebal kamu."

"Saya gak bersembunyi, Pak," jawab Lula.

"Oke, oke."

Galang kembali memperhatikan Lula kembali. "Pak, ada apa?" tanya Lula akhirnya. Jujur saja dia merasa risi kalau harus di perhatikan terus menerus dengan Bosnya itu.

Lula The SecretaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang