Bagian 3

7.6K 485 17
                                    

Tok! Tok! Tok!

"Masuk!" perintah Galang. Tak lama pintu terbuka.

Lula segera masuk dan memberikan dokumen pada Galang. "Ini dokumen yang harus anda tanda tangani, Pak."

Galang menatap Lula dengan tatapan kesal. "Apa kamu tidak bisa berbasa-basi dulu?"

"Selamat siang, Pak, ini dokumen yang harus anda tanda tangani, Pak." ulang Lula. Galang mendengus kesal.

"Sudah-sudah. Mana sini?" Galang merampas maps dari tangan Lula. "Kenapa ayah bisa memilih wanita kaku kayak dia sebagai sekretaris gue sih?" gumamnya.

Meski pun bisa mendengar dengan jelas, Lula tak mengubah ekspresinya, dia sangat tidak peduli. Baginya diam adalah pilihan yang terbaik.

"Sebutkan agenda saya hari ini." Lula menatap Galang sesaat, dia kembali menyebutkan agenda Galang. Padahal hari ini dia sudah menyebutkan lebih dari tiga kali.

"Malam ini jam delapan malam, anda di undang dengan pak Restu dalam acara ulang tahun pernikahannya dengan istri ke tiganya," kata Lula.

"Istri ketiga?!" seru Galang. "Padahal dia sudah tua, kenapa bisa punya istri sampai tiga?" Gumamnya.

"Maaf, Pak, menurut yang saya tahu, pak Restu memiliki enam istri, dan ini ulang tahun pernikahannya yang ke tujuh tahun bersama istri ke tiganya. Istri terakhirnya, adalah adik dari mendiang istri pertamanya," tutur Lula menjelaskan.

Galang membelalakan matanya. Bukan karena info yang baru di dengarnya, melainkan Lula yang tahu info koleganya sampai sedetail itu.

"Lula, dari mana kamu tahu?"

"Sudah menjadi tugas saya mencari tahu detail orang-orang yang bekerja sama dengan anda, Pak. Demi kebaikan anda." Galang menggeleng takjub.

"Info siapa saja yang kamu tahu?"

"Perlu saya katakan sekarang? Apa tidak mengganggu waktu kerja anda, Pak?" Galang menghela nafas panjang, Lula ada benarnya.

"Ya sudah, kamu boleh keluar." Lula menunduk hormat, kemudian melangkah pergi. "Lula." panggil Galang. Lula berhenti dan memutar tubuhnya cepat.

"Saya, Pak."

"Temani saya nanti malam ke pesta pak Restu," kata Galang memberi perintah.

"Maaf, Pak, tidak perlu di suruh, saya akan selalu mengikuti anda, karena itu perintah dari tuan besar."
Galang mendengus kesal. Selain menjadi Sekretaris dan Asisten, Lula juga bagaikan seorang ajudan dan Bodyguard baginya.

"Ya sudah sana keluar!" Lula menunduk hormat dan pergi.

"Apa Lula itu sebenarnya robot?" Galang berdecak, kemudian kembali melanjutkan pekerjaannya.

***

Sudah pukul delapan malam, Galang sudah bersiap untuk menghadiri pesta koleganya, Restu. Pria tua yang kini semakin sukses mengikat wanita muda untuk menjadi istrinya. Galang sendiri tidak tahu, apa yang menarik dari kakek tua itu, kalau di bandingkan dengan harta, keluarga Galang jauh di atasnya, tapi Galang sendiri malah tidak memiliki pasangan. Sangat miris.

Galang memperhatikan penampilannya di cermin, dia tersenyum puas dengan penampilannya malam ini. Ketampanannya tidak berkurang sedikit pun, itu pikirnya. "Nikmat mana yang kau dustai, Galang?" katanya sembari tersenyum bangga.

Kemudian dia keluar dari kamarnya. Ternyata Lula sudah berada di sana. Galang memperhatikan penampilan Lula yang tidak ada bedanya dengan penampilan sehari-hari saat dia sedang bekerja. Tidak, ada yang beda, celananya tidak kebesaran seperti biasanya. Walau pun tidak sepenuhnya menampilkan kaki jenjangnya.

Lula The SecretaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang