Bagian 13

6.9K 408 39
                                    

Lula hanya bisa pasrah saat kuas make up menyapu wajahnya berkali-kali. Rena begitu bersemangat mempercantik temannya.

"Olesan terakhir untuk Blush-on." serunya. Setelahnya dia menutup tempat Blush-on nya. "Selesai! Wah.. Cantik banget lo. Buka deh matanya."

Lula membuka matanya perlahan. "Re-Rena." panggil Lula kaget. "Hari ini aku gak akan menghadirkan pesta."

Rena menghela nafas dalam-dalam. "Pesta apa? Ini make up ke kantor kok, ini masih terbilang tipis, Lu. Udah sana lo berangkat udah jam 6 kurang tuh."

"Hah?!" Lula segera berdiri. "Aku pergi dulu Rena, terima kasih untuk pagi ini." Setelahnya Lula mengambil tasnya yang sedari awal sudah di simpan di dekat meja.

Rena tersenyum puas. "Hati-hati sayang!"

"Iya!"

***

Lula melangkah lebar keluar dari rumahnya, mencari kendaraan yang dapat ia naiki untuk sampai ke rumah Galang. Banyak pasang mata yang menatapnya kagum, tapi Lula tak menghiraukan itu, dia segera masuk pada taksi yang berhasil dia hentikan.

Setelah 20 menit berlalu, Lula sampai pada  rumah Galang. Perjalanan menuju tempat itu cukup senggang hari ini. Setelah membayar taksi, Lula segera turun dan berlari keluar, dia juga sempat menyapa saat berpapasan dengan beberapa pelayan, walau pun para pelayan itu menatapnya takjub.

Rumah Galang tampak sepi, tak seperti biasanya, pemilik rumah sah, pak Farhan dan bu Ranti, sedang melakukan liburan bersama. Hah... Walau pun sudah tua, mereka tetap romantis, Lula berharap dia bisa seperti itu nanti di saat sudah tua.

Lula melarikan dirinya menuju kamar Galang. Ketukan kecil ia lakukan, tapi belum ada jawaban, dan Lula tak perlu menunggu itu. Lula membuka pintu kamar Galang perlahan, ternyata pria itu sudah bangun terlebih dahulu dan saat ini sedang mandi. Lula segera berjalan menuju Walk in Closet untuk memilih baju yang akan di gunakan Galang hari ini.

"Astaga!" seru Galang, ternyata pria itu baru saja selesai mandi, dan saat ini dia sedang mengenakan jubah handuknya.

Lula menoleh cepat. "Selamat pagi, Pak," ucap Lula menunduk hormat.

"Ka-kamu Lula?" tanyanya memastikan, siapa tau saja kalau ini bukan Lula dan ternyata Bidadari surga yang sengaja Tuhan kirimkan untuk Galang. Pikiran yang konyol bukan?

"I-iya, Pak." Lula semakin menundukkan kepalanya.

Galang memutari Lula, meneliti penampilan Lula hari ini. "Kamu akan menghadirkan acara apa?"

Lula mendongakkan kepalanya. "Tidak ada, Pak."

"Kamu terlihat berbeda."

"Terima kasih, Pak. Kalau begitu saya akan menyiapkan sarapan untuk anda." Setelah menunduk hormat, Lula segera pergi dari ruangan itu.

Galang memperhatikan punggung Lula yang semakin menjauh. "Ya Tuhan, semalam gue mimpi apa?" Galang menguspa wajahnya.

***

Sebuah mobil BMW 7 Series, baru saja berhenti di depan pintu masuk sebuah gedung yang menjulang tinggi, Lula yang duduk di samping sopir segera keluar, sedangkan Galang baru saja keluar dengan pintu yang di bukakan oleh penjaga. Lula menunduk hormat saat Galang melewatinya. Kemudian dia pun menyusul Galang.

Semua mata menatap Lula ingin tahu, terutama para mata kaum adam yang menatapnya penuh minat. Tapi Lula tidak mengindahkan mereka, bahkan dia harus bersikap profesional, walau pun saat ini pakaian dan rambutnya yang tergerai membuatnya tak nyaman.

Lula menekan tombol lift menuju lantai ruangan Galang, lift terbuka, Galang segera masuk ke dalam begitu pun Lula.

"Hari ini kamu cantik." puji Galang. Lula menoleh cepat pada Galang.

Lula The SecretaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang