Arya gila, Widya muak.
Widya merasa Arya sudah mulai gila. Beberapa hari ini mantan suaminya itu mulai sering pulang cepat ke rumah. Tidak seperti biasanya yang selalu menghabiskan dirinya bekerja hingga malam hari. Kini setiap sore Arya sudah tiba di rumah. Memang Arya masih tidak mau berbicara banyak dengannya, namun Widya merasa Arya terus memerhatikan dirinya. Bahkan seperti sengaja terus menempatkan dirinya agar selalu berada di dekat pria itu.
"Mana Widya?" Usai membersihkan diri sepulang dari kantor, Arya langsung turun ke bawah untuk mencari keberadaan Widya.
"Lagi kerja di belakang, Tuan." Jelas Bu Firda.
"Panggilkan dia sekarang juga." Perintah Arya tegas tak mau dibantah.
Segera Bu Firda melaksanakan perintah Arya untuk mencari keberadaan Widya.
Widya yang sedang sibuk menyapu daun-daun kering yang diterbangkan angin merasa terkejut ketika Bu Firda menemuinya.
"Tuan mencarimu."
Widya yang merasa bingung untuk apa Arya mencari dirinya tak dapat menahan mulutnya untuk bertanya kepada kepala pelayan tersebut. "Ada apa ya bu, Tuan mencari saya?
Bu Firda mengendikkan bahunya. Ia juga tidak tahu kenapa tuannya tersebut mencari keberadaan Widya. "Tinggalkan saja pekerjaan kamu itu. Soalnya Tuan sudah menunggu."
Ingin rasanya Widya menolak untuk menemui Arya. Namun Widya merasa itu akan membuatnya semakin dicurigai oleh Bu Firda. Sambil menarik nafas dalam-dalam, untuk mempersiapakan apa yang akan dihadapinya nanti, Widya segera berjalan ke dalam rumah untuk menemui mantan suaminya itu.
"Tuan, mencari saya? "
Arya yang sedang sibuk dengan ponselnya sama sekali tidak menyadari kehadiran Widya yang sudah berada di depannya. Melihat wanita itu segera menemuinya, tak ayal membuat Arya senang. Hingga tak bisa ditahannya ada senyum tipis di bibirnya. Untuk menutupinya ia segera memasukkan ponselnya ke dalam sakunya.
"Saya perlu kamu untuk membantu saya." Ucap Arya datar setelah berhasil mengembalikan raut wajah ke semula.
Widya mengernyitkan keningnya mendengar ucapan Arya. Ia bertanya-tanya dalam hati bantuan apa yang bisa diberikannya kepada mantan suaminya itu.
Belum sempat Widya bertanya, Arya sudah lebih dulu menerangkan maksudnya.
"Kamu ikut ke ruang kerja saya. Di sana sudah banyak buku-buku dan kertas yang tak terpakai lagi. Tugas kamu untuk merapikan semuanya."
Widya ingin membantah perintah Arya, karena setahunya selama ini sudah ada pelayan lain yang membereskan ruang kerja Arya. Belum sempat bibirnya berucap, Arya sudah lebih dahulu menariknya naik ke atas.
Widya berusaha melepaskan tangan Arya yang menarik tangannya. Ini sudah benar-benar kelewatan! Lancang sekali mantan suaminya itu menarik tangannya seperti ini. Lagipula Widya takut ada orang lain yang melihat aksi gila ini dan berakibat buruk kepada nama baiknya. Ia tidak mau semakin menambah daftar panjang kesialannya selama di rumah ini.
Tapi dasar entah apa yang sudah merasuki Arya, pria itu malah pura-pura tidak merasakan gestur penolakan Widya. Ia malah semakin mengeratkan genggaman tangannya hingga mereka tiba di lantai atas.
Widya sedikit lega saat Arya melepaskan tangannya. Namun rasa leganya itu tak berlangsung lama saat Arya mengatakan sesuatu yang membuatnya ingin marah.
"Kamu lihat baik-baik ruangan ini. Saya bosan dengan bentuknya, jadi ingin suasana yang baru. Sekarang tugas kamu untuk merubah interior ruangan ini menjadi lebih indah. Saya siap bantu kamu untuk geser-geser barang sesuai perintah kamu. Paham kamu?"
Dalam kepala Widya dibandingkan menggeser barang di ruangan ini, Widya lebih setuju jika isi otak Arya yang perlu digeser sekarang juga.
"Ayo cepat, Widya. Tunggu apalagi."
Menarik nafas dalam-dalam, Widya mencoba berbicara dengan Arya. "Tuan, saya rasa saya tidak bisa mengubahnya. Perlu orang ahli untuk membuat ruangan ini sesuai dengan permintaan Tuan. Dan mohon maaf, saya bukan ahlinya."
Arya mengerutkan keningnya menunjukkan ia tidak suka dengan penolakan Widya. "Kamu melawan saya?" Desis Arya tajam.
Widya menggelengkan kepalanya pelan, "Saya tidak berani melawan Tuan. Saya hanya mengatakan yang sebenarnya." Ucap Widya sesopan mungkin sambil mencoba mengendalikan emosinya.
Arya tidak suka mendengar kata-kata Widya, tapi harus diakui bahwa tindakannya kali ini memang sudah tidak bisa dicerna lagi. Namun pantang bagi Arya untuk mengaku salah. Karena itu Arya menyuruh Widya untuk merapikan semua koleksi bukunya yang terpajang rapi di tempatnya.
Dibawah tatapan Arya, Widya merapikan susunan buku yang ada di rak. Daripada dikatakan merapikan, Widya lebih tepat hanya melihat-lihat koleksi buku mantan suaminya tersebut. Apalagi soalnya mau dirapikan, soalnya semua sudah tersusun rapi dan bebas dari debu.
Melihat Widya yang terlihat tertarik dengan semua koleksi bukunya membuat Arya diam-diam menikmati pemandangan tersebut. Ia baru tahu bahwa mantan istrinya itu suka dengan buku. Mungkin Arya bisa memberikan Widya beberapa buku untuk diberikan kepada mantan istrinya tersebut.
"Ambil saja mana buku yang kamu suka." Tiba-tiba Arya berdiri di belakang Widya, sehingga mengagetkan wanita itu.
Widya segera menggelengkan kepalanya. "Terima kasih, Tuan. Tapi saya tidak suka membaca." Tolak Widya dengan cepat. Ia tidak sudi menerima kebaikan mantan suaminya itu. Baginya semua sudah tidak berguna lagi.
Mendengar penolakan Widya otomatis membuat Arya tersinggung. Padahal jelas-jelas mantan istrinya itu terlihat begitu tertarik dengan semua koleksi bukunya. Namun wanita itu terlalu keras kepala.
"Ya sudah, kalau kamu tidak suka buang saja semua buku itu. Saya tidak perlu lagi dengan buku ini semua!" Setelah mengucapkan kata-kata itu, dengan cepat Arya langsung mengambil semua buku dan melemparkannya ke lantai. Hingga menimbulkan suara yang keras.
Bukannya mencegah semua tindakan Arya, Widya malah membiarkan mantan suaminya itu melemparkan seluruh buku yang ada di rak hingga berserakan di lantai. Entah kenapa Widya terlalu malas untuk mencegahnya. Menurutnya itu bukan urusannya. Dan sama sekali bukan dia yang rugi melainkan mantan suaminya itu.
Namun di tengah kemarahan Arya, keduanya terdiam saat sebuah foto keluar dari sebuah buku yang dilempar Arya dengan keras.
Sebuah foto yang mengingatkan mereka akan hubungan keduanya di masa lalu.Yaitu photo buah hati mereka tercinta. Di foto tersebut tampak Vina yang tersenyum manis dengan tulus.
Entah apa maksud alam memperlihatkan foto tersebut kepada mantan pasangan suami istri itu. Karena kini keduanya terdiam membeku sesaat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jembatan Rasa
ChickLitCover by @Mom_Indi Mereka kembali dipertemukan lagi. Tetapi bukan kembali menjadi sepasang suami istri. Melainkan sebagai tuan dan pelayan.