"Saya mencintai kamu..."
Mendengar ucapan Arya, Widya spontan menggigit bahu mantan suaminya hingga berdarah
"Argh...! Apa yang kamu lakukan Widya?!" Arya langsung melepaskan pelukannya dari Widya. Wajahnya meringis menahan kesakitan.
Saya hanya berusaha menyadarkan anda, Tuan. Takutnya barusan anda kerasukan makanya bicara seperti itu." Ucap Widya tanpa merasa bersalah sama sekali.
"Mana ada yang kerasukan. Saya itu bicara jujur, biar kamu tahu!" Gerutu Arya kesal.
Widya memutar bola matanya malas, "Saya mana tahu, Tuan. Tapi mendengar anda bicara ngawur kayak tadi, saya yakin anda pasti dirasuki oleh hantu perempuan itu."
"Keterlaluan kamu, Wid! Mana mungkin saya kerasukan, iman saya itu kuat lho,"
"Kalau kuat, kenapa datang bertamu ke rumah perempuan lain malam-malam begini?" Sindir Widya.
Arya menjadi salah tingkah. "Itu kan beda, Wid..."
"Beda apanya?" Desak Widya gusar. Ia tidak habis pikir dengan Arya. Saat bersama dirinya dulu, pria itu sama sekali tidak mengacuhkannya. Sekarang ketika hubungan mereka sudah tidak ada lagi, Arya malah dengan gampangnya menyatakan cinta kepada dirinya. Apa tidak keterlaluan itu namanya.
"Sudahlah, kamu tidak mengerti perasaan saya," Arya mengusap wajahnya kasar. Sulit baginya untuk meyakinkan Widya. Sepertinya kelakuannya di masa lalu masih sulit untuk dimaafkan. Sehingga Widya sulit untuk mempercayai perasaannya.
Widya yang melihat ekspresi gusar Arya memilih untuk tidak menanggapinya. Lalu, seperti teringat sesuatu, wanita itu hendak berbalik masuk ke dalam kamar.
Kontan saja membuat Arya yang melihatnya langsung menahan tangannya. "Mau kemana?"
"Ke dalam."
"Ngapain?" Arya tak ingin Widya membiarkannya sendiri di luar.
"Mau ngambil ponsel."
"Untuk apa?" tanya Arya bingung. "Lagian di dalam gelap. Kalau untuk penerangan saya rasa ponsel saya cukup untuk menerangi kita berdua."
"Bukan untuk penerangan. Saya butuh menelpon seseorang."
"Siapa?" Suara Arya terdengar gusar. Ia tidak ingin mantan istrinya itu berniat menghubungi pria yang sempat bersitegang dengannnya waktu itu.
"Nyonya Helen." Jawab Widya datar. "Saya mau bilang, bahwa suaminya nyasar ke rumah saya
Arya menatap Widya horor. Ia tak percaya mantan istrinya itu berani mengancamnya. Tak ada raut bercanda tampak di wajahnya. "Jangan dong Wid," Arya buru-buru mencegah Widya.
"Kalau begitu sebaiknya anda pulang. Biar saya tidak jadi menelpon Nyonya."
"Tapi kalau saya pulang siapa nantinya yang akan nemenin kamu. Kamu gak takut nanti sama hantu? Serem loh Wid," Arya berusaha menakut-nakuti Widya kembali. Ia berharap dapat berhasil seperti tadi.
Widya mendengus kesal "Saya sepertinya lebih takut dengan anda dibandingkan dengan hantu.
"Hahaha..." Arya tak dapat menahan tawanya mendengar sindiran Widya. Ia baru tahu mantan istrinya yang terkenal lemah lembut bisa juga bicara kejam.
"Tapi saya lebih tampan Wid,"
Widya semakin bergidik ngeri mendengar ucapan nyeleneh Arya.
"Bisa disentuh. Juga ngangenin..." cengir Arya lebar
Asli, Widya sudah memasang tampang jijik mendengar gombalan Arya. Ia lebih suka melihat Arya yang dingin daripada yang seperti sekarang ini. Entah kenapa yang sekarang malah membuat bulu kuduknya jadi merinding.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jembatan Rasa
ChickLitCover by @Mom_Indi Mereka kembali dipertemukan lagi. Tetapi bukan kembali menjadi sepasang suami istri. Melainkan sebagai tuan dan pelayan.