[19]

268 34 8
                                    

🐣

Sore ini Helga dan Holga kembali pada rutinitasnya. Setelah mencuci pakaian tadi siang, Helga dan Holga mulai melipat pakaian yang telah kering. Masih sama, karena gaun itu, hukuman mereka belum juga dicabut. Malah sudah menjadi kebiasaan mereka.

"Iya, pak. Saya segera kesana. Berkas-berkasnya sudah saya siapkan." Wina berjalan menuruni tangga. Sembari memasukkan ponselnya ke dalam tas setelah memutuskan panggilan.

"Sayang, mamah ke rumah sakit dulu. Kalian jaga rumah, ya." Kata Wina. Si kembar itu kompak menyalimi sang mamah. "Jangan lupa gaun mamah,"

"Mah, hidungnya berdarahh," Kata Helga.

Wina langsung mengusap bawah hidungnya. Darah segar keluar dari hidung sambil menarik beberapa lembar tissu dari atas meja. "Ah iya,mamah buru-buru,"

"Itu ga di bersihin dulu? Banyak loh, mah,darahnya." Kata Holga.

"Gapapa, ntar juga berenti sendiri."

Kepergian Wina, mereka kembali melanjutkan pekerjaannya.

"Nggak biasanya mamah mimisan," Gumam Helga pelan. Tatapannya seolah menerawang  kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi.

"Nyerah ajalah gue." Kata Holga.

Helga menoleh. "Apanya?"

"Soal gaun."

"Kenapa tiba-tiba?"

"Gue gabisa kalo suruh deketin Ailee terus."

"...maksud lo?"

"Lo kan yang nyuruh gue ambil hati Ailee biar luluh? Nah disini tuh malah gue yang luluh duluan."

Helga mendesah pelan. "Lo aja yang salah tangkep. Maksud gue buat ambil hatinya Ailee bukan buat dia jatuh cinta, tapi buat Ailee biar empati ke kita. Terus mau ngembaliin gaun mamah."

Holga tak menjawab membuat Helga berdecak pelan.

"Emang gabisa sih kalo cewe cowo deket tanpa ada yang baper salah satunya."

Mendengar itu, Holga langsung menoleh lagi. "Kayak lo enggak aja,"

"Bacot," Ketus Helga lalu pergi meninggalkan Holga sendiri. "Banggg, gue masukin ke lemari mamah langsung aja yaa?"

"Iyaaa!" Balas Holga sambil teriak.

Helga membuka lemari di salah satu bilik kamar mamahnya. Berdecak takjub saat melihat barang-barang yang ada di walk in closet. Jajaran sepatu, tas, hingga baju-baju tertata rapi di almari kaca. Tapi anehnya, ada sebuah lemari satu pintu berwarna putih yang tertutup rapat diujung bilik itu. Lemari yang selama ini membuat Helga penasaran karna selalu tertutup rapat.

Tapi kali ini, kuncinya menggantung dilemari tersebut.

Rasa penasaran Helga kian membuncah. Mengabaikan pakaian yang baru ia lipat. Dua kali berbunyi 'cetik' setelah memutar kunci tersebut, akhirnya pintu itu terbuka.

Bagian bawah, terdapat satu lipatan gaun dan sebuah kemeja yang terlihat usang. Helga mengabaikan dua benda itu. Karena atensinya tertuju pada sebuah buku album.

"Hel, ini kaos kakinya papah ketinggalan—— lo ngapain?"

Helga menoleh kaget saat mendapati Holga.

"Liat ini, punya mamah bukan?"

Holga ikut masuk. Melihat-lihat foto yang ada di album tersebut. "Foto mamah pas SMA itu."

Neighbor Enemy [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang