Hari berganti, bulan berlalu, dan tak terasa bahwa sudah 5 bulan Annika mengemban status not in a relationship. Semenjak kejadian dengan pria yang entah menghilang entah kemana, Annika berusaha sekeras mungkin untuk menghilangkan kenangan yang ditinggalkan oleh pria yang kini tidak berada di sisinya lagi. Tapi memang karena dasarnya Annika termasuk dalam golongan wanita yang suka mengingat-ingat hal yang sudah lalu-atau bahasa kerennya throwback-jadilah bayangan pria yang-tidak-ingin-ia-sebutkan-namanya itu terus terngiang di dalam otaknya seperti noda tinta pada baju yang sulit dibersihkan. Tidak hanya itu, hubungannya dengan kakaknya-Ayodya-sedikit merenggang sejak kejadian di hari ia memergoki pria menyebalkan itu.
Kini, hari-harinya hanya diisi dengan bermalas-malasan di apartemen dan membantu Yoga untuk beradaptasi dengan tugas-tugas yang menanti pria itu.
Sungguh hidup yang sangat indah-tidak.
Demi apapun, Annika benar-benar bosan berada di dalam apartemen hampir 24 jam. Karena ke-parnoan Yoga dan sang ayah-karena mereka tidak ingin Annika bertemu dengan mantannya secara tidak sengaja di jalan-kedua pria itu memutuskan bahwa lebih baik 'mengurung' Annika di dalam apartemen.
Memang hanya dalam hal seperti ini kedua pria itu kompak.
Hal ini juga yang menyebabkan Ivena menjadi tamu tetap apartemennya. Setelah mengetahui bahwa Annika kembali ke Jakarta dan pindah ke apartemen baru bersama Yoga, Ivena segera datang dengan 'menyeret' kekasihnya serta Letty.
Tentu saja Annika menerima ceramah yang bisa membuat telinganya menjadi terbakar. Dimulai dengan ia yang tiba-tiba menghilang, lalu pertengkarannya dengan trio 'bucin'-sebutan Ivena untuk Agus, Bobby, serta Marcus-dan berakhir dengan Ivena yang menghujat mantan kekasihnya dengan segala macam hujatan yang sahabatnya sejak kecil itu pernah dengar. Annika hanya bisa terdiam pasrah menerima ceramah Ivena, setidaknya ia merasa terhibur saat melihat ekspresi Sebastian-kekasih Ivena yang terkenal dengan ekspresi 'lempeng'-terlihat shock saat Ivena memasuki sesi menghujat mantan kekasihnya.
Di sisi lain, hubungannya dengan... trio bucin, sedikit membaik. Setiap dua hari sekali, Agus akan muncul dengan membawa snack yang menjadi favorit Annika dan duduk diam di samping Annika. Tidak melakukan apa-apa, hanya duduk di samping Annika dan mengamati sang wanita-sesekali menggenggam erat tangan Annika saat melihat sang wanita mulai berkaca-kaca. Bobby dan Marcus sesekali muncul, entah itu datang dengan tujuan ingin mengajak Annika untuk menonton film bersama, atau karena ada urusan dengan Yoga.
"Hei."
Suara itu berhasil mengalihkan perhatian Annika pada joystick di tangannya dan menatap Yoga-yang masih dibalut kemeja dan jas-dengan alis terangkat. "Tumben udah pulang?"
Pria itu hanya menyunggingkan senyum tipis. Annika mengeryit, sebelum mengedikkan bahu dan kembali memusatkan perhatiannya pada layar LCD di depannya.
"Sweetie."
Panggilan itu kini terdengar tepat di samping telinganya. Annika kembali menekan tombol pause, menatap Yoga yang telah menanggalkan jasnya, menyisakan kemeja dengan tiga kancing atas terbuka dan dasi yang telah menghilang entah kemana.
"Apa? Butuh sesuatu? Aku mau panen dulu nih."
Saudara kembarnya menghela nafas berat, beralih menyandarkan kepalanya pada pundak Annika sembari memeluk pinggang sang wanita. Bau mint yang tercium dari rambut Yoga membuat Annika tersenyum kecil, sebelum kembali melanjutkan permainannya yang tertunda.
"Besok ada pesta, salah satu kolega Papa. Kamu ikut ya? Temenin aku."
Suara bariton yang hampir terdengar seperti bisikan itu membuat Annika kembali mengangkat alisnya. "Bukannya kamu udah ada sekretaris ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Not a Fake Lover ✔
RomanceOrang bilang move on itu gampang. Bahkan orang-orang di sekelilingnya memberitahu Annika bahwa move on itu semudah membalikkan telapak tangan, apalagi ia cantik, sudah pasti banyak pria yang mau menjadi kekasihnya. Tapi waktu sudah berjalan 6 bulan...