09 : The Truth

701 74 13
                                    

Malam itu, ketiga wanita dengan sifat yang unik berkumpul di ruang tengah.

Letty asyik mengolesi kuku tangannya dengan cat kuku berwarna biru metalik. Ivena dengan serius menguncir rambut Annika, mencoba model rambut yang ia temui di aplikasi pinterest.

"Eh...kapan hari kan gue pergi mau beli tempat pensil. Lo tau nggak gue ketemu siapa?"

Pertanyaan yang seperti tebak-tebakan itu membuat Ivena mengeryit-sedangkan Annika mengangkat kedua alisnya. "Siapa? Krish?"

Mendengar nama pria yang menjadi salah satu sahabat Arjuno-dan juga teman satu kampus Letty-Ivena mendengus. "Cowok itu kok nggak pernah sadar ya kalo letoy nggak bakal nerima cinta dia."

Sedetik berlalu dalam keheningan, sebelum bantal berukuran sedang melayang ke arah Ivena-dan tentunya wanita itu menjadikan Annika sebagai tamengnya. Annika memejamkan matanya, tepat saat bantal itu bertubrukan dengan wajahnya. Bantal itu jatuh, menampakkan Annika yang melempar tatapan tajam pada Letty yang mengacungkan dua jarinya-membentuk tanda peace.

"Ivena sih, ngeselin."

"Kok jadi salah gue?"

"Terus salahnya siapa? Kak Aya?"

Merasa perdebatan keduanya tidak akan selesai, Annika memilih untuk menjadi penengah-mengalihkan perhatian Letty. "Jadi...lo ketemu siapa? Prince charming lo?"

Letty-yang telah membuka mulut hendak membalas Ivena-kembali memusatkan perhatiannya pada Annika. Ia meletakkan botol cat kukunya, menatap Annika dengan raut serius. "Gue nggak yakin 100%, tapi gue ngeliat cowok yang mirip banget sama Arjuno...lagi jalan berdua sama cewek yang bodynya...wow banget."

"SERIUS?!" Teriakan histeris Ivena berhasil membuat Annika tersentak, segera menutup kupingnya yang baru saja menerima 'serangan' dari Ivena.

"Iya. Sebenernya...ini udah kesekian kalinya gue lihat cowok yang mirip sama Arjuno, jalan sama cewek lain," aku Letty, mengucapkan dengan pelan sembari mengamati Annika-takut jika sahabatnya itu tiba-tiba meledak.

"Tuh kan! Udah gue bilang kalo dia tuh playboy. Dari awal gue lihat dia tuh ya, auranya udah beda banget sama bang Agus atau kak Dwino. Auranya dia tuh mirip-mirip sama Bobby," seru Ivena, mengayun-ayunkan sisir di tangannya.

Annika hanya menghela nafas pelan, memilih untuk mengecek ponselnya yang belum mendapatkan notifikasi apapun dari kekasihnya. Ia kembali menghela nafas, beralih menatap Letty yang kini menceritakan semua kejadian tentang ia memergoki pria yang mirip dengan Arjuno secara menggebu-gebu.

"Terus ya-"

"Heh. Kalian berdua lupa ya?" potong Annika, menerima tatapan bingung dari kedua sahabatnya.

Annika menggelengkan kepalanya, "Juno yang posesif kayak gitu selingkuh? Juno yang itu?"

Baik Letty maupun Ivena saling melempar tatapan, seolah berusaha berkomunikasi lewat tatapan mata. Letty lah yang pertama kali memutus komunikasi mereka, kembali menyibukkan diri dengan kukunya.

Tidak menerima respon apapun, Annika beralih menatap Ivena. Wanita itu juga sedang menatapnya, mengulas senyum tipis sembari mengangkat sisir yang sempat ia layangkan pada Letty. "Lanjut lagi? Tinggal dikit tuh."

Menyadari keduanya yang menghindari pertanyaan darinya, Annika hanya diam. Secara otomatis, bibirnya mengulas senyum lebar-dan membuat Ivena kembali bersemangat meneruskan pekerjaannya yang sempat tertunda.

Sayang, keduanya tidak menyadari senyum Annika yang tidak mencapai matanya. Bahkan saat wanita itu menunduk, ekspresi datar dan tatapan kosong itu kembali menguasai wajah cantik itu.

Not a Fake Lover ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang