06 : Part Time-nya Arjuno

651 64 6
                                    

"Kamu kenapa lagi? Muka sama toilet kok nggak beda jauh."

Komentar dari Agus berhasil menyita perhatian Annika. Wanita itu menatap kesal ke arah barista yang tengah bersandar di pinggir pintu dengan kedua tangan terlipat di depan dada dan satu alis terangkat. Gaya arogan yang (sayangnya) membuat pria itu terlihat tampan.

"Tolong ya. Aku lagi nggak mood ngeladenin kamu."

Agus mengeryit. Ia hendak bertanya lebih lanjut, namun sosok yang muncul dari balik pintu masuk membuat pria berambut pirang itu mengurungkan niatnya.

"Prince charming dateng tuh. Emang udah waktunya cek rutin ya?"

Annika menatap Agus dengan pandangan bertanya. Pria itu menghela nafas, memilih untuk mengedikkan dagunya ke arah sosok yang berjalan mendekati mereka. Annika mengikuti arah pandang Agus, dan alisnya bertaut saat sang kekasih muncul di depannya dengan kaos hitam polos dan celana jeans.

"Ar..ju..no?"

Kekasihnya terlihat berkali lipat lebih tampan dari biasanya. Annika memang suka melihat Arjuno memakai pakaian santai seperti saat ini. Namun, ini hari kerja dan Arjuno tidak biasanya melakukan cek rutin dengan pakaian non-formal seperti ini.

Dalam satu bulan, Arjuno melakukan cek rutin pada Annika di café. Biasanya ia mengamati Annika selama 2 jam, sebelum kembali ke kantor dan muncul lagi saat jam pulang Annika--sampai sekarang tidak ada yang tahu tujuan Arjuno melakukan cek rutin pada Annika. Arjuno selalu memakai pakaian kerja dan datang saat menjelang makan siang. Tapi kali ini, Arjuno muncul dengan tas ransel hitam dan pakaian santai, dalam keadaan café yang belum buka. Tentu saja Annika dan Agus merasa heran dengan kemunculan Arjuno yang tidak seperti biasanya.

Tanpa menunggu pertanyaan yang sudah berada di ujung lidah Annika keluar, pria itu telah memberikan penjelasan. "Disuruh ayah cuti. Kalian belum buka kan?"

"Belum. Lo mau ngobrol dulu kan sama Annika?" tebak Agus dengan senyum tipis yang entah kenapa terlihat sinis di mata Annika.

Arjuno hanya mengangguk, tidak mengalihkan perhatiannya dari Annika. "Boleh?"

Annika menghela nafas pelan, sebelum berjalan memutari konter yang menyajikan display kue dan menarik Arjuno menuju kantor Ayodya yang masih kosong. Setelah memastikan pintu tertutup, Annika berbalik. Secara tiba-tiba, aroma sabun yang selalu ia cium saat berada di apartemen Arjuno memasuki indra penciumannya. Tubuhnya dilingkupi rasa hangat. Wajahnya bertubrukan dengan dada bidang Arjuno.

"I'm sorry," lirih Arjuno, memeluk erat Annika yang masih sedikit terkejut dengan perlakuan Arjuno.

"Maaf aku nggak bisa nahan emosiku kemarin... aku cuma takut... kalau kejadian waktu itu terulang lagi. Aku nggak mau kamu diambil sama orang lain."

Penjelasan Arjuno membuat Annika merasa sedih. Tangannya terulur, menepuk pelan punggung Arjuno serta mengelus under-cut milik sang pria yang terlihat berantakan. "Permintaan maaf diterima."

Tawa pelan yang berasal dari Arjuno membuat seulas senyum muncul pada wajah Annika.

Arjuno melepas pelukannya secara perlahan.Tangannya meraih tangan Annika dan memperhatikan pergelangan sang gadis. "Tanganmu masih sakit?"

Annika menggelengkan kepala, mengulas senyum manis demi meyakinkan Arjuno. "Nggak. Oh ya, kamu beneran nggak papa cuti gini?"

Alis Arjuno terpaut saat melihat warna biru keunguan samar di pergelangan tangan Annika. Namun, saat melihat Annika yang terlihat ceria, Arjuno memilih untuk mengurungkan niatnya membahas lebam tipis itu. "Kan ayah sendiri yang suruh aku cuti. Aku disuruh istirahat dulu. Aku boleh kan nemenin kamu hari ini?"

Not a Fake Lover ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang