Capter 14

67 13 0
                                    

Budidayakan Vote setelah membaca. Jangan jadi penggemar rahasia.

Happy Reading😘

Swandi melangkah memasuki rumah yang seperti istana itu. Rumah Swandi memang besar tapi begitu sepi, seperti tak ada kehidupan.

Swandi mengusah nafas lemah, melihat kondisi rumahnya yang begitu sepi. Cuma ada bi Midah saja dirumah, asisten rumah tangga.

"Eh den Swandi sudah datang. Mau bibi siapkan makan?" Tanya bi Midah.

Swandi tersenyum pada bi Midah. "Boleh bi, ntar bawa aja ke kamar Swandi ya!" Ucap Swandi.

"Siap den." Bu Midah pun melangkah pergi seraya menyiapkan makanan untuk Swandi.

Swandi memasuki kamarnya yang begitu luas. Terlihat poster - poster penyanyi Rock di dinding kamarnya. Gitar dan koleksi yang berbau Rock juga ada di dalam kamarnya.

Swandi merebahkan diri dikasur empuk miliknya seraya menatap langit - langit kamarnya.

"Bu Swandi kepingin ketemu. Swandi kepingin lihat wajah Ibu. Kenapa Ayah tidak mengizinkan Swandi buat lihat foto Ibu dan kenapa Ayah selalu menghina Ibu. Apakah Ibu jahat?"

Perlahan air mata Swandi menetes. Ia sama sekali tak pernah melihat wajah Ibunya. Swandi kepengen sekali bisa menikmati kasih sayang dari seorang Ibu.

"Den ini makanannya!" Bi Midah datang membawakan makanan yang diminta oleh Swandi tadi.

"Simpan aja dimeja!"

Bi Midah pun menyimpan makanan itu di tempat yang disuruh oleh Swandi.
"Di makan ya den!"

"Iya bi."

Setelah mendengar ucapan Swandi, bi Midah pun meninggalkan kamar Swandi.

😌

Plak..

Sebuah tamparan dari Aroy mendarat ke pipi manis Gissel.

Baru Gissel pulang sudah di beri hadiah oleh ayahnya.

"Kamu gila atau apa ya, merusak semua barang, mamimu kamu kasi menangis mau mu apa?" Aroy sangat marah kepada Gissel.

Gissel menangis seraya menatap Aroy. "Mami udah bohong sama Gissel yah!"

"Pasti gara - gara Swaran. Lupakan Swaran nak, lupakan fokus dengan sekolahmu, kamu itu udah kelas tiga sudah mau tamat. Ayah juga mendapat kabar dari gurumu, bahwa kamu akhir - akhir ini suka bolos, kamu itu kenapa sih nak!"

"Inget ya yah Gissel gak akan pernah ngelupain Swaran, Gissel cinta sama Swaran. Coba ayah di posisi Gissel. Jika Kakek menyuruh ayah ngelupain mami apakah ayah bisa?"

Aroy terdiam setelah mendengar ucapan Gissel. Gissel itu memang keras kepala selalu saja melawan orang tuanya.

"Besok ayah tidak mau tau, kamu harus rajin masuk sekolah, kalo kamu malas. Jangan harap panggil aku dengan sebutan ayah." Aroy pun melangkah pergi meninggalkan Gissel.

Entah kenapa hati Gissel begitu sakit setelah mendengar ucapan ayahnya sendiri, air mata Gissel terus mengalir. Andai saja tadi Gissel sudah mengakhiri hidupnya pasti Gissel tidak akan mendengar lagi omelan dari Ayahnya.

"Ayah udah gak sayang sama Gissel. Hiks... Hiks... Hiks..."

TBC

Vote and Comment!

HIRAETHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang