Bagian 6: Kai

1.1K 287 12
                                    


'Kencana menghilang dari dunia ini pada tanggal satu April. Saat musim hujan berhenti. Saat matahari musim panas mulai bersinar. Usianya enam belas tahun.

Tidak ada yang bisa memberitahu ke mana perginya Kencana. Tubuhnya yang sudah rusak itu lenyap begitu saja, tanpa bekas, tanpa jejak, seakan-akan gadis itu memang tak pernah hidup. Saksi mata terakhir yang melihat wujud Kencana adalah Lisye dan Balqis, dua sahabat terdekatnya. Mereka membantu Kencana kabur dari rumah sakit demi menemui seorang pemuda yang disukainya. Namun saat tiba di lapangan basket, tiba-tiba saja Kencana menghilang.

Pemuda yang ingin ditemui Kencana tidak pernah melihat gadis itu. Satu-satunya yang dilihat pemuda itu di hari hilangnya Kencana adalah kursi rodanya yang terguling di tanah...

Sampai hari terakhirnya mewujud di dunia, tak ada yang tahu penyakit apa yang dideritanya...'

Aku membaca ulang posting terakhir yang ditulis Ratih Kuncoro di blog pribadinya untuk mengecek lagi kebenaran tulisanku. Ya, memang betul. Putrinya Kencana lenyap begitu saja, tanpa penjelasan. Posting itu mendapat sekitar delapan puluh komentar, sebagian besar menyatakan keheranan, tetapi banyak juga yang mengolok-olok Ratih dan menuduhnya mengada-ada.

Tidak ada posting apa-apa lagi selain yang satu itu. Di bawah posting itu, Ratih menambahkan catatan kecil tentang bagaimana dia dan Radi mengadakan upacara pemakaman untuk Kencana. Peti yang kosong. Pekabung yang sedikit. Kisah Kencana ditutup dengan berubahnya gadis itu menjadi kasat mata.

Kencana yang kasat mata, pikirku getir. Aku sudah menuliskan kisahmu...

Sebuah ketukan terdengar dari pintu kamar. Aku mengecek jam di dinding. Saat ini pukul tujuh. Tak terasa aku sudah menulis sampai pagi.

"Masuk!"

Kakak perempuanku membuka pintu. Wajahnya masih sedikit mengantuk, tetapi dia tersenyum padaku. "Selamat pagi. Kamu menulis lagi semalaman, ya?"

Aku mengangguk. "Selamat pagi juga. Kenapa, kak?"

Kakakku mengedik ke bawah. "Ada yang nyariin kamu, tuh!"

"Sepagi ini? Siapa?"

Kakakku terkekeh kecil. "Sahabat kamu. Dia bawa kue pandan bikinan sendiri, lho..."

Aku menutup laptop dan bergegas turun ke bawah, untuk menyambut sahabatku itu.

6 LIVES [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang