Namanya Nino.
Nino pernah bertanya pada orangtuanya mengapa dia dinamai seperti itu. Orangtuanya memberi jawaban yang tidak memuaskan; karena mereka suka dengan nama itu. Nino pernah mencoba Googling arti namanya. Dalam bahasa Spanyol, Nino berarti 'anak muda'. Dalam bahasa Italia, Nino berarti 'kebaikan Tuhan'. Jadi, Nino menyimpulkan namanya bisa berarti 'anak muda yang berasal dari kebaikan Tuhan.'
Kalau dilihat seperti itu, mudah saja berasumsi bahwa hidup Nino selalu penuh berkat. Memang, selama ini dia belum pernah ditimpa kemalangan yang berarti. Keluarganya berasal dari golongan menengah yang biasa-biasa saja. Ibunya bekerja sebagai seorang perawat, sementara ayahnya punya usaha bengkel. Semua kebutuhan hidup Nino tercukupi, apalagi dia anak tunggal.
Satu-satunya hal menyesakkan dalam hidup Nino terjadi waktu dia SMA. Sekarang Nino sudah berkuliah semester empat. Meski sudah empat tahun berselang, setiap kali mengingat kejadian itu Nino masih merasa pedih.
Tidak banyak hal yang bisa menyakiti hati remaja SMA, tetapi kalau ada satu yang punya efek paling dahsyat, itu adalah patah hati.
Nino menyukai seorang gadis, tetapi gadis itu tidak membalas cintanya.
Saat Nino pertama kali melihat gadis itu, dia langsung tersihir dengan parasnya. Apalagi ketika gadis itu membalas ucapan Nino. Suaranya yang lembut bikin Nino gemas. Dia ingin mendekati gadis itu, tetapi tidak tahu bagaimana caranya. Wajar saja, Nino belum pernah berpacaran. Sewaktu SMP, dia pernah tertarik pada gadis-gadis lain tentu, tetapi hanya sekedar mengagumi saja. Dia tidak pernah menyatakan perasaannya pada salah satu gadis-gadis itu. Tetapi gadis yang ditemui Nino sewaktu SMA itu berbeda. Nino betul-betul penasaran padanya.
Namun tiba-tiba gadis itu pindah sekolah, dan Nino tak pernah bertemu lagi dengannya. Setidaknya, begitulah yang dikatakan pihak sekolah tentang gadis itu. Nino ingat betul jawaban beberapa guru yang ditanyainya soal keberadaan gadis itu. Dia pindah ke sekolah lain yang lebih bisa memahami keadaannya...
Sebetulnya bisa saja Nino melacak keberadaan gadis itu, tetapi alasan pindah sekolah bagi anak SMA terasa seperti vonis kematian. Pindah sekolah berarti hilang, lenyap selamanya. Gadis itu akan bertemu teman-teman baru, di sekolah baru yang entah di mana letaknya. Kejadian-kejadian di sekolah lamanya akan menjadi kenangan saja, tidak lebih. Nino tidak tahu apakah gadis itu mengingatnya. Padahal Nino masih ingin mengobrol dengan gadis itu dan mengenalnya lebih jauh. Dia merasa Tuhan tidak adil karena mempertemukannya dengan gadis itu sebentar saja, tanpa memberi kesempatan untuk berbuat lebih.
Demikianlah, Nino merasakan cinta sekaligus patah hati pertamanya sewaktu SMA.
Pengalamannya dengan gadis itu membawa perubahan drastis pada hidup Nino. Gadis itu mengajarkan Nino bahwa setiap pertemuan pasti ada perpisahan, bahwa sukacita karena pertemuan dengan seseorang bisa saja berakhir dengan gundah gulana buah perpisahan selamanya. Terdengar kejam memang, tetapi sudah terjadi.
Dan rupanya bukan hanya Nino saja yang mengalami hal seperti itu. Para sahabatnya juga pernah mengalami hal serupa. Sakti, salah satu sahabat karib Nino, putus dengan pacarnya Inez yang dipacarinya sejak kelas sepuluh saat kuliah semester satu. Yang paling parah adalah Bertha, teman cewek Nino, yang satu kelas terus dengannya sejak semester satu. Bertha pernah patah hati dengan sembilan cowok.
Omong-omong soal galau, dari hasil pengamatan Nino pada teman-temannya, cowok dan cewek merespon patah hati dengan berbeda. Bertha uring-uringan seminggu setelah putus. Nafsu makannya menurun, penampilannya kacau, dan selera hidupnya seperti lenyap. Dia jadi benci pada hal-hal yang berhubungan dengan couple, mulai dari film-film romantis sampai sumpit mi ayam yang selalu berpasangan. Semua kenangan tentang pacarnya dibakar, dibuang, dihapus, atau diremas-remas. Selama seminggu itu Bertha berubah menjadi bom yang sewaktu-waktu bisa meledak. Ledakannya pun punya berbagai wujud, mulai dari tangis meraung-raung yang dramatis ala sinetron, hingga angkara murka persis ibu-ibu yang memergoki lakban toples kue Lebaran dibuka sebelum waktunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
6 LIVES [TAMAT]
Narrativa generaleEnam orang manusia. Enam kehidupan yang berbeda. Satu kisah yang menyatukannya. Genre: Drama, Slice of Life, Magical Realism Novel kedelapan dari Kai Elian.